Bab 1 Wanita Sulit
Di sebuah Klub malam di kota A, Aurel bekerja dengan penuh semangat di malam hari. Ia sudah lima bulan bekerja di sana bersama dengan teman baiknya Shira.
Selama lima bulan pula ia terus mengatur staregi dan memikirkan cara untuk menolak secara halus para tamu pria yang menginginkan dirinya.
Ya, tidak sedikit ia menerima sikap tidak menyenangkan dari para tamu pria. Kebanyakan dari mereka memandang rendah dirinya. Menganggap dirinya sebagai wanita malam yang bermodalkan wajah cantik dan tubuh indah, untuk mendapatkan uang.
Bagaimana tidak, Aurel Mouran yang memiliki paras cantik, secantik sang Dewi, bertubuh tinggi seperti model, dengan bentuk indah bak gitar Spanyol, membuat ia mempunyai modal lebih untuk menghasilkan banyak uang dengan tubuhnya.
Tapi tidak dengan Aurel, ia tidak tergiur dengan uang, dan tetap memilih untuk mempertahankan mahkotanya hingga akhir. Ia tidak ingin seperti Shira, sahabatnya sendiri yang menjadi wanita malam melayani para tamu dan tidur dengan mereka demi mendapat bayaran yang lebih.
*
Malam ini, di Ruang VIP no 203 ada empat orang pria yang duduk dengan santai sambil berbincang. Sebelumnya, mereka sudah meminta sang manajer 'Klub' untuk meminta Aurel mengantar minuman mereka ke ruangan itu.
"Bagaimana jika kita taruhan? Jika di antara kita, malam ini ada yang berhasil tidur dengan wanita yang bernama Aurel itu, dia berhak mendapatkan uang sebesar 15 juta dari kita? Bagaimana?" pria yang bernama Rian berkata penuh semangat.
Mereka semua tahu, pesona Aurel dan penolakannya seperti apa. Bahkan para pria dari kalangan atas yang sering datang kemari pun sudah sering melakukan hal ini juga, tapi tidak ada yang berhasil.
Mereka menjuluki Aurel sebagai 'Wanita Sulit'. Dan kini, keempat pria kaya ini melakukan taruhan yang sama kepadanya.
"Oke, aku setuju! Aku penasaran dengan wanita itu! Apa benar dia selalu menolak jika ada tamu yang menginginkan dirinya? Apa bayaran yang mereka tawarkan kepada gadis itu terlalu sedikit? Hingga wanita Sulit itu menolak?" pria yang bernama Stefan menyetujuinya.
Dimana-mana, wanita akan luluh dengan uang yang banyak. Akan bersedia membuka kedua kaki mereka demi uang yang banyak. Pada dasarnya, semua wanita itu sama. Sama-sama murahan!
Edward, yang berada di samping Stefan ikut bersuara, "Coba saja beri harga setinggi mungkin jika kau bisa!"
Karena yang ia tahu, wanita sulit itu tidak tergiur dengan uang.
"Iya, kau adalah seorang pria yang memiliki banyak uang, pasti sangat mudah bagimu menaklukan wanita itu!" Juno, salah satu dari mereka mengejeknya.
Dia tidak yakin, siapa pun dari mereka akan berhasil mendapatkan tubuh indah Aurel.
Ahahhaaha ....
Ruangan itu seketika dipenuhi oleh suara tawa dari mereka.
Stefan tersenyum samar, meneguk minuman yang kini hanya tinggal setengah di dalam gelasnya.
Tiba-tiba tawa mereka terhenti tatkala mendengar suara ketukan pintu dari luar, diiringi suara pintu yang terbuka.
Dia adalah Aurel, pelayan wanita yang telah mereka tunggu-tunggu sebelumnya. Aurel segera masuk ke dalam ruangan dan berjalan menuju meja untuk menyimpan minuman dan beberapa gelas untuk mereka.
Stefan melihatnya, seketika ia menatap kagum kepada wanita cantik yang berjalan ke mejanya sambil memegang nampan yang berisi tiga botol dan beberapa gelas kaca di tangannya.
Wanita dengan tubuh tinggi hampir 170cm itu, hanya mengenakan mini dress berwarna hitam tanpa lengan yang memperlihatkan hampir seluruh kaki lenjangnya, membuat Stefan terus menelan air liurnya sendiri.
Sungguh cantik! Tidak salah, semua pria terus membicarakan dia karena dia memang sungguh menggoda.
Aurel meletakan nampan di atas meja, menghiraukan tatapan Stefan yang tertuju kepadanya. Sebelum ia berbalik dan pergi, tiba-tiba tangannya dipegang oleh seseorang dengan erat.
"Temani kami di sini!" Stefan sungguh menghentikannya.
Merasakan tangannya ditahan, Aurel segera menoleh dan menatapnya.
Ia mengangguk, "Baik!"
Aurel sebagai pelayan di klub ini hanya bisa menyetejui keinginan tamunya, menemani dan melayani mereka. Tidak ada hak baginya untuk menolak. Tentu saja, tanpa kontak fisik.
Ketiga teman Stefan tersenyum geli melihatnya.
Sepertinya malam ini, Stefan yang akan berusaha keras untuk mendapatakan Wanita Sulit ini.
Di ruangan yang sedikit redup, Aurel duduk di samping Stefan yang terus mengajaknya berbicara sambil memintanya untuk membantu menuangkan anggur ke dalam gelas.
Di ruangan itu, Aurel hanya menjadi teman ngobrolnya saja, tanpa mencurigai Stefan sedikit pun. Biasanya ia sangat waspada kepada para tamu pria. Tapi kali ini, karena keakraban dari Stefan, membuat Aurel rileks dan santai.
Entah sudah berapa anggur yang telah dihabiskan oleh Stefan malam ini, hingga dia kehilangan sedikit kesadarannya, dan tiba-tiba memeluk Aurel.
"Temani aku!"
Stefan berbicara sambil memeluk dan bersandar di dada yang empuk dan berisi milik Aurel, dan matanya sedikit terpejam. Ia merasakan hawa panas dari sana, rasa hangat dari tubuhnya bisa ia rasakan. Memeluknya seperti ini sungguh sangat nyaman.
Melihat tindakan Stefan, Aurel merasa tidak nyaman.
"Maaf, Tuan!" Ia mendorong Stefan, ingin dia menjauh dari tubuhnya.
Tapi pelukan Stefan semakin erat.
Ketiga teman Stefan tahu, ini hanya trik dia saja untuk memenangkan taruhan ini. Dia tidak benar-benar mabuk dan kehilangan kesadaran. Tuan muda Stefan tidak selemah ini, baru minum beberapa gelas saja sudah mabuk.
Untuk membantu Stefan, Rian segera berbicara dengan keras agar terdengar oleh Aurel.
"Wah, sepertinya dia mabuk! Aku khawatir, kejadian tempo hari akan terulang kembali."
Mengerti permainan Stefan dan Rian, Juno ikut bersuara, "Maksudmu, kejadian kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya?"
Edward tidak ingin kalah, ia ikut mengeluarkan suaranya, "Ya, kecelakaan saat dia mabuk dan memaksa untuk terus mengendarai mobil."
'Aishhhhh, brengsek! Apa mereka semua mengutukku? Kecelakaan Apa? Mabuk apa?' Stefan yang sedang nyaman memeluk tubuh Aurel, tidak terima dengan ucapa konyol ketiga temanya.
Aurel mendengarnya, ia sedikit merasa khawatir.
Ia memberanikan diri untuk memberikan pendapat, "Maaf! Lebih baik, dia ikut pulang bersama kalian. Tidak baik membiarkan dia pulang sediri dalam kondisi seperti ini."
"Tidak bisa!" Rian segera menjawab, "Kami membawa mobil masing-masing!"
Ia diam sejenak, seolah berpikir. "Maaf Nona! Bisakah kau membantu kami? Antar dia pulang, dan bawa mobilnya. Nanti kau bisa kembali pulang menggunakan taksi. Kami akan memberi kau uang taksinya."
Mendengar hal itu, Aurel sedikit ragu. Walau dirinya bisa mengendarai mobil, tapi ... harus mengantar pria ini pulang? Bahkan dirinya tidak tahu dimana pria ini tinggal.
Melihat keraguan Aurel, Edward segera membuka ponselnya, ia memesan satu kamar presidential suite dari salah satu hotel yang tidak jauh dari klub ini, menggunakan aplikasi yang ada di ponselnya.
Ya, malam yang indah Stefan harus di kamar hotel terbaik, agar menciptakan suasana yang tidak akan pernah mereka lupakan.
"Hotel Milton, kamar no 343. Antar dia ke sana! Atas nama Stefan." Edwar memberikan bukti check-in hotel kepada Aurel.
Stefan hampir mati di tempat mendengar ucapan dari Edward. 'Apa dia ingin menghancurkan citraku? Memesan kamar atas namaku? Dan nanti harus berpura-pura lemah, masuk ke gedung hotel bersama wanita ini?'
Edward mengeluarkan uang dari dompetnya, memberikan sepuluh lembar uang keretas berwarna merah kepada Aurel, "Ini, tip dan uang untuk naik taxi! Mungkin, jika Stefan sudah sadar nanti, dia akan memberimu tip lagi."
Terlintas senyum samar dari bibirnya. Tentu saja nanti jika Stefan berhasil meniduri dia. Stefan akan memberikan tip yang banyak kepadanya.
Melihat kondisi Stefan, dan uang yang diberikan oleh Edward, akhirnya Aurel memutuskan untuk mengambilnya.
"Baik, aku akan mengantarnya pulang."
Rian merasa puas dengan sikap Aurel, "Bagus! Jika diantar olehmu, aku yakin, dia pasti akan sampai dengan selamat ke kamar hotel."
Rian segera mengambil kunci mobil dari saku jas Stefan, dan memberikannya kepada Aurel.
Mereka bertiga membantu Aurel membawa Stefan masuk ke dalam mobil.
Ketika Stefan sudah masuk ke dalam mobil, Juno berbisik di telinganya, "Kami hanya membantumu sampai sini. Selanjutnya harus berusaha sendiri."
Stefan melotot menatapnya. Membantu apa? Yang ada, malah membantu dirinya merusak nama baiknya!
Setelah Aurel masuk ke dalam mobil, ia segera mengendarai mobil menuju Hotel Milton.
