Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

mengerut

Ayu sudah sejak pagi kesana kemari memeriksa semuanya sempurna. Yaa ini hari bahagia untuk Malaikatnya. Seseorang yang sudah membuatnya menjadi manusia seperti ini.

Setelah akad nikah Ayu berniat makan, namun sebelumnya dia harus menghapus semua make up yang menumpuk di wajahnyaa. Dia akan memakainya lagi saat resepsi nanti siangan. Saat dia akan ke kamar mandi dia terhenti saat ada seorang pria yang ada di depan kamar mandi wanita. Mata Ayu menatap tanda di kamar itu sekali lagi dengan cermat dan dia tak salah ini untuk perempuan.

"Mas, Maaf sepertinya anda salah masuk kamar." Lelaki itu menoleh ke arah Ayu tersenyum kikuk lalu pergi.

"Dasar gila," lirih Ayu sambil masuk dengan cepat menghapus semua make upnya. Namun baru dia menjalankan penghapus make upnya ke sebelah wajah pintunya terbuka membuat Ayu terkejut dan yaa pria tadi pelakunya. Mata Ayu menatap heran ke pria itu.

Dengan cepat pria itu berjalan melewati Ayu ke samping nya dan mengambil dompet disana lalu pergi dengan wajah memerah. Ayu menatap pria tadi tak percaya.

"Hell dia masuk ke kamar mandi cewek!" Ayu menatap kepergian pria itu tak percaya lalu cepat-cepat membersihkan make upnya.

Saat sudah di rasa bersih dia kembali ke ruangan dimana makanan tersedia.

Dan saat resepsi terjadi Ayu kembali menjadi orang yang paling sibuk. Diantara ratusan orang mata Ayu kembali bertemu dengan pria yang masuk ke kamar mandi perempuan tadi. Lelaki itu tersenyum kikuk menatap Ayu. Ayu tak memperdulikannya dia hanya menyerahkan tisu ke kakaknya yang kini sudah mulai berkeringat.

"Oh iya Dek, kenalin dong ini teman kakak di Rumah sakit." Ayu menatap lelaki di yang tersenyum dengan wajah merah itu heran.

"Dokter toh." Pikirnyaa.

"Namanya Dokter Bayu. Nama kalian ada kesamaan yaa jodoh kayaknya." Goda kakak iparnya yang sudah ia kenal lama itu. Ayu tak menanggapi dia menyerahkan tisu itu ke Kakaknya lalu berjalan ke arah prasmanan yang menanggilnya, samar-samar dia masih mendengar kakak iparnya itu meminta maaf atas kesombongannya. Ayu tak memperdulikan hal itu

••••••~~

"Masa ya dek semalam tuh rasanya gak sakit lagi tau, udahnya lemas sih tapi enak. Kakakmu hebat ihh dia tuh bisa bener bikin kakak ngerasain apa yang orang-orang ceritain. Enak tau." Ayu memutar matanya sebal, sejak kakaknya ini menikah semuanya di ceritakan dari mulai hari pertama yang sakit membuatnya menjerit ke langit ketujuh sampai betapa menakjubkannya benda yang membuatnya menjerit itu. Rasanya telinga Ayu panas yaa hanya telinga.

"Kamu yakin gak mau coba." Dan kalimat ini selalu menjadi penutup. Setan memang.

"Jadi kemarin pihak yang ngurusin kertas bilang kertasnya abis kak. Persediaan kertas kita kurang banyak buat buku terbitan selanjutnya cukup banyak yang PO belum lagi yang mau masuk Gramedia," lapor ayu tak memperdulikan pengalaman 'wow' kakaknyaa.

"Ish! Dasar Manusia gak normal kamu. Ya udahlah ayo ke pabrik!" Ayu hanya diam dan mengikuti bosnya yang berjalan sambil mendumel kesal. Dalam diam dia tersenyum menatap Kakak sekaligus bosnya yang terus medumel.

~~••

Ayu menatap restoran yang tampak ramai dengan kesal karena makanan mereka tak kunjung datang padahal dia sudah kelaparan. Yaa setelah menyelesaikan segala urusan mereka harus makan karena Ayu manusia rakus yang akan menjadi menyebabkan kalau tak makan.

"Mana sih ini makananya...," Gerutu Ayu untuk kesekian kalinya.

"Sabar lah Dek, gak liat ini restoran rame banget." Dengan kesal Ayu menghela napas.

"Sayang....," Ayu makin menghela napas saat suara pria itu terdengar.

"Uhhh Sayangku." Dan Ayu terpaksa menyaksikan drama seorang suami istri bahagia yang membuatnya muak.

Namun saat matanya menolah ingin menatap suasana Restoran lagi matanya kembali bertemu dengan pria berkaca mata yang sepertinya ikut dengan kakak iparnya.

Pria itu melempar senyum kearahnya, Ayu hanya diam tak membalas senyum itu membiarkan pria itu duduk di sebelahnya tepat menyaksikan pasangan suami istri yang sok romantis ini. "Nah Ayo pesanin makanan ya kak. Aku mau apa aja yang kakak pesan kalo Ayu pasti mau Bakso." Ayu menatap kakaknya tajam mendengar itu. Jadi dari tadi mereka belum pesan bukannya kakaknya ini tadi bilang sudah.

"Belum pesan?" Pekik Ayu kesal yang di balas cengiran yang makin membuat Ayu berang. Ya wajar saja makanan mereka tak sampai.

"Aku nitip Bakso juga Bro," ujar pria di samping Ayu. Kakak iparnya hanya menganggukan kepalanya. Dan pergi memesan.

"Jadi ... Kamu suka Bakso juga Bay?" Tanya Amira—Kakak Ayu— dengan senyum manis.

"Iyaa yaa begitulah," jawab pria itu.

"Wah sama dong kaya perawan tua disamping kamu itu." Ayu melotot tajam ke kakaknyaa. Sedangkan pria itu sudah tersenyum simpul.

"Ngeliat kalian berdua duduk sampingan gini pas banget lho. Cocok deh." Ayu hanya memutar mata kesal. "Jadi kapan ngelamar Ayu?" Ayu menatap kakaknya tajam mendengar itu.

"Eh itu ...,"

"Kak Dewa kenapa belum di antar?" Ayu menatap Kakak iparnya yang baru saja duduk.

"Ya ampun Dek, baru aja kakak balik dari mesan. Tunggu dulu lah." Ayu cemberut. Yaa dia tak benar-benar bertanya dia hanya ingin menghentikan usaha pembicaraan kakaknya saja.

"Dia tuh sengaja motong perkataan aku kak." Ujar Amira manja ke suaminya. Dewa tertawa saja mendengarnya.

"Memangnya kamu ngomong apa?" Tanyanya lembut.

"Yaa nanya aja kapan Bayu lamar Ayu. Udah cocok banget itu. Kalian itu pas sama-sama udah lapuk. Awas kalo kelamaan penismu gak bisa bangun dan punyamu nanti mengkerut." Ayu menatap kakaknya dengan mulut ternganga begitupun dengan kakak iparnya.

"Ehm! Eh itu ... Itu makanannya udah sampe." Kata Dewa kikuk. Dia tak menyangka mulut istrinya mampu berkata seperti itu.

Karena kata-kata mengkerut itu suasana makan jadi diam. Ayu dapat melihat pria disampingnya ini masih menampilkan wajah merah. Ayu bersumpah akan menendang pantat kakaknya itu nanti. Ini memalukan. Berapa kali kata 'mengkerut' harus disandingkan kepadanya?!

•••~•••~~~

Semoga suka??

Makasih udah baca

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel