Pustaka
Bahasa Indonesia

My Husband Is (Not) Impotent

35.0K · Tamat
Rose edelweis
40
Bab
13.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

"Kapan kamu nikah?! umurmu udah seperempat abad itu. Malu mamak ada anak kaya kamu! mau berapa lamaran lagi yang kamu tolak," kata itu adalah untuk ke seribu kalinya yang Ayu dengar sejak dia menginjak umur 23 tahun. Namun jawaban Ayu akan tetap sama. "Aku gak akan pernah nikah, Mak." Dalam kamus hidup Ayu menikah adalah kesia-siaan. Tak pernah sekalipun dalam hidupnya dia menginginkan seorang pendamping. Buat apa menikah kalau hanya membuatmu susah dan tak bebas. Dan semua itu berakhir saat pria mapan yang mengatakan butuh 'cover' karena dia impotent dan sama di desaknyaa ... Akankah perniakahan ini berhasil? • Cerita manis-manis Drama korea ? • Gak ada konflik berat • Area 18 anak kecil jangan coba-coba baca atau disentil ginjalnya sama tante.

RomansaDokterIstriLove after MarriagePengantin PenggantiPengkhianatanGAYPernikahanMemanjakanWanita Cantik

Ayu arnita

Ayu, ratusan bahkan ribuan orang rasanya memiliki nama itu tentu saja karena itu artinya cantik dan semua orang tua mengatakan anaknya cantik. Namun di kasus Ayu mungkin dia memang masuk salah satu manusia cantik.

Tak secantik orang korea atau rusia memang tapi bagi Indonesia dia sudah memasuki standar kecantikan yang cukup di butuhkan.

"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas niat baik anda melamar saya. Namun maaf untuk sekarang saya belum berniat membina rumah tangga, terima kasih."

Perempuan tua yang masih tersisa jejak kecantikan di jawahnya itu melotot ke arah Ayu kesal.

Namun apalah daya, tamu masih ada di rumah tentu mereka tak bisa mengeplak kepala anaknya sendiri walaupun ingin.

"Bisakah Nak Ayu memikirkannya sekali lagi. Menurut kami Rendi adalah pilihan terbaik. Dia sudah punya pekerjaan tetap, di jamin nak Ayu tidak akan kesusahan." Ayu hanya tersenyum menampilkan lesung pipinya dengan di paksakan.

Dan ya akhirnya dengan terpaksa keluarga yang kesekian kalinya itu pergi tanpa mendapatkan hasil.

Saat mereka pergi maka saat itulah sesi siraman rohani Ayu di mulai.

"Mau sampai kapan, Nak? Mamakmu ini udah mau mati lho." Ayu memakan makanan yang tersedia di meja santai.

"Biasanya orang yang ingat kematian itu matinya lama," balas Ayu santai.

"Kamu kapan sih mau nikah, Mamak udah capek cariin kamu jodoh. Kasian mereka yang udah berniat serius kamu tolak terus."

"Ayu juga gak minta mereka lamar Ayu, Mak." Perempuan itu menatap Ayu galak.

"Udahlah, Bu. Ayunya belum mau nikah yaa gak papa. Belum pas itu sama dia." Ayu mengarahkan jempol atasnya ke ayahnya.

"Yaa tapi mau sampe kapan! Umurnya udah 25 tahun. Semua temannya usah punya anak." Geram perempuan itu dengan gemas.

"Baru 25 tahun Mak, bukannya 52." Perempuan itu menghela napas kasar.

"Terserah Nak, terserah," ucapnya pasrah sebelum masuk ke kamarnya menenangkan diri.

Ayu hanya menatap sekilas lalu kembali makan makanan yang ada di meja rakus. Acara makannya terhenti saat dia merasakan ada yang menatapnya kuat. Dengan perlahan Ayu menatap ke arah Ayahnya yang menatapnya sambil tersenyum. Ayu menatap lelaki yang membesarkannya itu dengan mata bertanya.

Cukup lama mata mereka yang mirip saling tatap hingga pria itu bangun dari posisinya dan menepuk bahu Ayu lalu ikut pergi ke kamar. Ayu hanya menggelengkan kepalanya lalu mulai makan lagi. Tak peduli dia akan berat tubuhnya yang terus meningkat, yang penting dia bahagia.

•••~

"Jadi gimana kemarin? Kata Bibi pegawai negeri itu jadi ngelamar kamu yaa?" Ayu tetap memeriksa sederatan kalimat yang tertera banyak di komputernya dengan teliti.

"Yu! Jawab dong." Ayu menghentikan tangannya lalu menatap teman disampingnya itu bosan.

"Ya kalo Lo udah tau ngapain nanya Goblok." Temennya itu hanya berdeham lalu pura pura minum kopi.

"Lo tolak lagi?"

"Hmm." Ayu tetap memperhatikan sederet kalimat itu kesal.

"Ck sayang tau. Ganteng dia tuh, manis lah. Lagian lho juga udah tua. Bentar lagi mengkerut tuh Vagina." Ayu menghentikan tangannya yang sibuk mengetik lalu menatap temennya dengan mulut terbuka. Lalu tatapannya mengarah ke banyak orang yang menatap ke arah mereka.

Ayu melotot tajam ke temennya yang tak punya malu ini.

"Setan Lo yaa. Suara!" Perempuan itu hanya nyengir tak merasa berdosa. "Lagian ngapain juga kamu peduli. Toh kalo mengkerut juga punyaku kok." Dumel Ayu dengan suara kecil.

"Yaa kita ini temenan udah lima tahun say, pedulilah aku ini sama kamu." Ayu tak menanggapi lagi dia kembali mengarahkan dunianya ke Komputernya yang menyiksa matanya ini.

"Aih padahal nikah enak lho Yu, tiap malam bisa dapat enak berbagi kehangatan terus berbagi sesuatu yang hangat dimasukin ke dalam tubuh. Uhhh rasanya ... Coklat yang sering lo makan lewat deh." Ayu tak memperdulikan ocehan orang disampingnya itu dia tetap fokus ke komputernya yang sejak tadi rasanya makin banyak saja kalimat disana.

"Aih serah lo lah." Dengan kesal temennya itu pergi dari sana. Ayu menghela napas. Memang dasar manusia jaman sekarang sukanya ngurusin idup orang lain pikirnya. Memangnya kenapa kalau ia tak mau menikah toh dia ini yang merasakannya.

Menikah adalah kata terakhir dalam hidup seorang Ayu Arnita. Entahlah dia ini manusia seperti apa atau Tuhan memang lupa menitipkan hormon Feromon hingga tak ada ketertarikan apapun pada lawan jenisnya.

Bahkan di umurnya yang sudah 25 ini tak pernah sekalipun dia memina sebuah hubungan. Semua keluarganya bahkan mengira kalau dia belok sekarang. Terserahlah yang pasti Ayu tak memikirkan apapun soal ini. Dia nyaman hidup begini dan yaa beginilah dia. Apa pedulinya tentang pendapat orang lain.

•••

Ayu menyetir mobilnya cepat ke arah rumah dua lantai yang kini tengah sibuk itu. Dengan langkah cepat dia berlari ke dalam rumah.

"Ayu ... Kamu kenapa gak libur dulu kerjanya sih Sayang, itu kakakmu nunggu di kamar cemberut sendiri." Dengan langkah cepat Ayu memasuki kamar yang dulunya dia juga tidur di sini.

"Ehm! Calon pengantin cemberut terus." Perempuan manis itu menatap Ayu tajam.

"Kerja aja Dek Kerja. Gak usah peduliin kakak." Ayu hanya tersenyum simpul.

"Ngambekan. Udah mau nikah juga."

"Yaa kamunya geh. Aku tuh lagi khawatir dan sempat-sempatnya kamu kerja pas besok aku mau nikah!"

"Ya ampun Kak, ini juga demi perusahaanmu kali. Tadi tuh ada masalah sama penerbitan."

"Alah tai lah!" Ayu hanya tersenyum manis lalu duduk disebelah kakaknya itu. Di banding kakak mereka bisa di sebut kembar siam. Jarak umur mereka hanya 18 hari, namun untuk menghormati orang yang berharga baginya ini dia memanggilnya kakak.

"Kamu khawatir apalagi sih kak. Udah jelas kok Kak Azka orang baik."

"Yaa kamu gak tau geh Dek. Seorang pengantin itu selalu merasa resah pas mau dekat hari pernikahannya."

"Emang kamu berapa kali jadi pengantin?" Perempuan itu menatap Ayu tajam. Ayu hanya cengengesan menanggapi nya.

"Ayolah Kak, santai aja. Kalian pasti bahagia. Kalian tuh udah 10 tahun meminba hubungan yaa tinggal lanjutin aja." Perempuan itu mengangguk dan tersenyum manis lalu menatap Ayu lembut.

"Aku doain kamu cepat dapat deh. Nanti bunganya gak akan aku lempar, langsung aku kasih ke kamu." Ayu memutar matanya kesal.

"Aku sih gak bodoh yaa kaya kamu. Ngapain coba mau nikah segala dan jadi pembantu orang saat kamu bisa hidup bebas." Perempuan itu tersenyum manis

"Biar bisa Ena-ena dong. Emang kamu mau muasin diri pake jari terus."

"Njir ... Gak pernah yaa!" Teriak Ayu membahana membuat Kakaknya itu tertawa terbahak-bahak