Chapter 6 : Aina, Anara, dan Inara
Jordan menatapnya dengan penuh amarah, tangan besar itu hampir saja memukul istri keduanya namun beruntung Raka segera menepisnya dengan perasaan kesal. "Pah!"
Pria paruh baya itu kembali mengambil lengannya, jika saja malam itu ia tidak terjebak mungkin anak ini tidak akan lahir dan ia tak usah berurusan dengan wanita serakah itu. "Pergi kalian! Aku gak mau lagi liat kalian ada di sini!"
Mawar yang mendengar perintahkan itu bukannya mengiyakan, dia malah bangkit dan mengalungkan tangannya di lengan Jordan. "Sayang! Aku mohon, biarkan Raka mendapatkan pengakuan publik! Bagaimana pun dia adalah ahli warismu!"
Dari istri pertama ia hanya mendapatkan dua orang putri dan setelah itu rahimnya diangkat karena komplikasi serius, Jordan pikir setelah mendapatkan kenyataan kalau ia tak bisa mendapatkan anak laki-laki harus ia terima, tetapi sebuah takdir tak sengaja itu malah membuat dia mendapatkan masalah sekaligus berkah.
Raka berusaha menarik ibunya, agar tidak mencari gara-gara demi harta dan tahta. "Mah, udah lebih baik kita pulang! Jangan buat papa marah lagi!"
"Baiklah!" ucap Jordan tiba-tiba yang membuat dua orang itu menatapnya heran, setuju? Begitu saja? "Tapi kau boleh bilang kalau dia anakmu, jika ada yang bertanya maka kau bilang saja kau itu hanya pengasuh anakmu!"
Ucapan keji itu membuat Raka murka, dengan cepat lelaki itu mendorong sang ayah menjauh dari ibunya, kenapa dari jutaan pria di dunia ini, kenapa harus Jordan Sebastian yang menjadi ayahnya.
"Bajingan! Selamanya aku tidak akan mengakuimu ayahku! Bagaimana kau bisa melakukan itu pada istrimu sendiri?!"
Plak! Sebuah tamparan mengenai pipi Raka, dan itu dilakukan oleh orang yang paling ingin ia bela di dunia ini, ibunya. "Apa yang kamu katakan Raka? Minta maaf sama papa kamu!"
Raka terdiam beberapa detik, hingga ia melihat pria paruh baya itu tengah dibantu sang ibu untuk bangun, senyuman miring pun Jordan perlihatkan dan itu membuat tangan Raka mengepal kuat.
"Sayang, kamu gak apa-apa, kan? Maafin Raka ya! Aku akan ngikutin semua yang kamu mau kok, tapi kamu jangan marah ya!" ucap Mawar yang amat peduli pada sang suami dan seakan-akan menelantarkan anaknya sendiri, memang benar jika seorang wanita jatuh cinta, otaknya pun ikut terbawa arus deras.
Jordan mendorong Mawar agar sedikit menjauh, dia pun mengibaskan-ngibaskan tangannya ke baju guna mengusir debu atau jejak Mawar di sana.
"Raka! Ikut papa!" ujar Jordan yang membuat Raka enggan untuk melangkah, namun tangan Mawar dengan cepat mendorong sang anak untuk mengikuti instruksi yang diberikan.
Raka terus mengikuti langkah Jordan, sesekali ia pun melihat ibunya yang hanya tersenyum menatapnya, ada jejak kesedihan di sana dan ia tau itu karena siapa.
Langkah mereka membawa wartawan mengabadikan momen hal tersebut, cahaya lampu yang amat silau membuat Raka menutupi wajahnya akan tetap Jordan menurunkan dengan tatapan tegas.
"Ini keinginan ibumu, jadi ikutin aturanku sekarang!"
Raka berusaha untuk tetap menatap cahaya lampu yang semakin lama membuat matanya perih, salah satu wartawan maju sambil memegang mic guna menanyakan siapa anak lelaki yang ada di sampingnya.
"Tuan Jordan, bisa anda jelaskan siapa yang ada di samping anda?"
Jordan berdehem sebentar, lalu tersenyum ramah pada semua orang. "Dia---dia anakku!"
Ucapan itu membuat kerumunan heboh dan membuat jepretan mereka semakin cepat.
"Anak? Kenapa tiba-tiba? Ada apa ini Tuan Jordan?!"
"Sebenarnya aku dan istri memiliki anak lain selain dua putriku, aku menyembunyikannya karena suatu alasan yang tidak aku bicara sekarang," ucap Jordan yang membuat semuanya sibuk untuk mencatat, karena ini akan menjadi berita viral yang akan mengguncangkan jagat maya.
"Bisa anda lebih jelas lagi, Tuan?!" ujar salah satu wartawan yang benar-benar ingin tau apa yang terjadi, namun Raka ditarik paksa oleh Jordan, yang sontak membuat para wartawan kecewa.
Sedangkan istri Jordan, Aina mengepalkan tangannya. Tidak pernah ada satu kebenaran pun yang keluar dari mulut suaminya itu, semuanya hanya kebohongan belaka dan ia tak tau selama kalau suami yang ia sangka begitu setia juga mencintainya memiliki anak dari wanita lain.
"Mah!" panggil salah satu anak perempuannya yang ingin ibunya angkat bicara kalau semua itu adalah kebohongan sang ayah.
"Cukup! Kita bicarakan ini saat acaranya selesai!" ujar Aina yang membuat kedua anaknya kembali pergi untuk mengunjungi teman-temannya.
.
.
Plak! Sebuah tamparan keras Aina berikan pada sang suami setelah apa yang ia tau, matanya berkaca-kaca dengan amarah yang tak terlukiskan jelas. "Tega kamu Jordan! Beraninya kamu selingkuh dari aku!"
Raka yang melihat itu samar-samar tersenyum tipis, ia puas melihat pria yang selalu bersikap kasar padanya juga sang ibu akhirnya mendapatkan tamparan keras dari orang yang dia cintai.
"Aku minta maaf, sayang! Aku minta maaf, itu semua gak sengaja, tolong maafin aku sayang!" ujar Jordan yang saat ini bertekuk lutut dihadapan sang istri guna meminta pengampunan.
"Gak sengaja? Udah gila kamu ya? Gak sengaja dan punya anak sampai sebesar ini? Gak sengaja atau kamu yang gak bersyukur sama aku?!"
Jordan menggeleng. "Sumpah demi Tuhan, semua itu kecelakaan."
"Gak usah bawa-bawa Tuhan! Aku tau kalau aku gak bisa ngasih kamu anak laki-laki, aku tau kok kekurangan aku itu, tapi setidaknya kalau itu yang kamu mau, kamu cerai aku dulu! Aku gak Sudi dimadu Jordan!"
Pria paruh baya itu menatap sang istri sambil menggeleng dengan linang air mata, tentu saja Aina yang melihatnya langsung membuang muka dengan perasaan sesak yang begitu menyakitkan.
Mendengar Isak tangis wanita yang ia cintai selama puluhan tahun itu, membuat tangan Jordan mengepal, ia tak bermaksud untuk mempermainkan perasaan mereka, tapi semua terjadi begitu saja dan ia mendapatkan seorang putra.
Namun sekarang ia menyesal telah berkata pada Dunia bahwa dia Jordan Sebastian, selebritis terkenal yang dipuja banyak orang akhirnya memiliki penerus.
Ia menatap tajam pada Raka yang terdiam sambil melipat tangannya di dada, rasa kesal pun segera memenuhi pikirannya karena apa yang ia lakukan sebelumnya.
Jordan berjalan kearah Raka lalu menariknya, membuat ketiga wanita itu menatap keduanya. Si kembar yang bernama Anara dan Inara segera mendekati sang ibu. "Mah, papa mau apa sama anak itu?"
"Mama gak perduli, sekarang lebih baik kita kemasi barang-barang kita! Mama akan ceraikan papa kalian!" ujar sang ibu yang membuat si kembar tentu saja menatapnya tak percaya, kalau mereka pergi dari keluarga Sebastian apa yang akan terjadi nanti.
Inara segera menghadang Aina untuk tidak melakukan hal nekat hanya karena marah. "Mah, Inara mohon jangan tinggalkan papa, kalau kita jauh dari papa apa yang akan terjadi nanti mah, semua kehidupan ini dari papa."
Aina menatap sang putrinya dengan tatapan tak percaya. "Jadi kamu senang mama terluka seperti ini?"
Inara menatap saudara kembarnya untuk ikut membujuk sang ibu agar tidak bercerai dari donatur mereka. "Mah, bukan maksud kami seperti itu, tapi ini cuma kesalahan kecil yang papa lakukan, lagipula papa terlihat begitu menyesal tadi, tolong maafkan papa, mah!"
"Iya mah, papa sudah begitu berjasa pada kita. Lagipula apa yang akan mama lakukan tanpa papa?"
Aina segera melepaskan tangannya dari si kembar dengan perasaan kesal, tidak anak tidak ayah, sama-sama tidak mengerti perasaannya. "Kalau kalian tidak mau ikut ya sudah, tinggal saja sama papa kalian itu!"
Setelah mengatakan Aina segera pergi meninggalkannya Anara juga Inara yang bingung dengan semua ini.
