Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 09

Jonathan keluar dari kediaman Alberto. Dia memasuki mobil hitam yang sudah terdapat Richard di dalamnya.

Pria itu hendak membuka sarung tangannya. Sambil menatap Jonathan dengan tatapan yang membuat Jonathan kesal.

"Aku bersumpah akan menusuk bola matamu jika kau terus menatapku seperti itu!" tukas Jonathan tanpa menoleh kepada Richard. Dia tau, sahabatnya itu sedang mengejeknya melalui sebuah tatapan.

Richard tergelak dan mulai menjalankan mobilnya. Mereka melaju menuju bandara untuk terbang ke Rusia.

Jonathan terlihat sibuk dengan tablet-nya. Dia mengecek rekaman kamera yang dia pasang di ruangan tempat Alberto tertembak. Memastikan tak ada seorangpun yang datang ke sana untuk membersihkan mayat-mayat itu.

"Mereka semua terlalu bodoh. Aku akan mengecek kamera yang kau pasang di Rusia. Aku yakin mereka menyambungkan kamera cctv sampai ke sana," ujar Jonathan. Saat dia tersambung dengan kamera tersembunyi yang dipasang Richard beberapa waktu lalu. Terlihatlah gambar Baranov; kakak dari Alberto. Namun gambar itu terlihat menjijikkan dengan adegan bercinta yang dilakukan Baranov dengan beberapa jalang.

"Richard! Kau memasang kamera di kamar utamanya?!" protes Jonathan.

"Ya... kupikir perlu. Si keparat itu tak percaya siapapun. Jadi kurasa dia akan melakukan hal tersembunyi di kamarnya," jawab Richard santai.

"Dia melakukan percintaan menjijikkan! Oh sial! Dia sungguh merusak penglihatanku barusan," ujar Jonathan menutup tablet-nya kasar.

Richard tertawa puas, "apa miliknya lebih besar dari punyamu?" tanya Richard konyol.

"Shut up, asshole!" bentak Jonathan, namun tawa Richard malah semakin besar. Terdengar mengesalkan bagi Jonathan.

Jonathan menggelengkan kepalanya, merasa pusing dengan sahabat gilanya. Dia berdoa semoga Richard mendapatkan seorang wanita yang bisa membuat sahabat gilanya itu menjadi sedikit waras.

Keadaan menjadi hening ketika sebuah tawa terabaikan. Jonathan memilih menghubungi Natasha. Dia membuka ponselnya dan menekan angka satu sebagai panggilan pertama yang terpenting baginya.

Beberapa detik kemudian terdengar suara Natasha menjawab panggilannya.

"Halo, sayang... kau sudah di mana?" tanya Natasha.

"Aku diperjalanan menuju bandara. Bagaimana denganmu? Apa Pauline merepotkanmu?" tanya Jonathan.

"Tidak sama sekali. Dia memberiku makan yang banyak. Aku takut saat kau kembali, kau tak lagi mengenaliku. Karena aku sudah berubah menjadi seekor babi gemuk," ungkap Natasha, Jonathan tergelak.

"Aku tak pernah mempermasalahkan tentang berat badanmu. Bersenang-senanglah dengannya Nath. Dia sudah lama kesepian," ujar Jonathan.

"I know... Baiklah, aku harus tidur. Besok pagi aku akan membuat sarapan untuk mom. Kau hati-hati, kabari aku jika senggang," ujar Natasha.

"Ya sudah. Istirahatlah dear. Dan... Bersabarlah dengannya," ujar Jonathan mengakhiri teleponnya. Dia kembali melihat Richard dengan wajah mengejeknya.

"Jangan cemburu, aku akan meminta Natasha untuk mencarikan seorang wanita untukmu," ujar Jonathan.

"Jangan lakukan itu! Kau berkata seolah aku seorang bujang yang tak laku," ujar Richard. Jonathan terkekeh pelan.

Perjalanan kembali hening hingga tiba di bandara. Mereka menggunakan pesawat pribadi milik Richard. Dia sendiri memiliki sebuah perusahaan yang dia pimpin setelah kematian ayahnya yang masih belum dia temukan sebab kematian yang terasa janggal bagi Richard.

Maka dari itu, dia merahasiakan jati dirinya sebagai sniper. Hanya Jonathan dan Natasha yang mengetahui bahwa dirinya begitu ahli dalam menembak jarak jauh.

-

Di sebuah gedung bertingkat dua, jauh dari jangkauan penduduk sekitar. Jonathan dan Richard memilih tempat bekas sebuah bengkel yang memiliki dua lantai untuk beristirahat dan menyusun rencananya. Tubuh lelah mereka tak membuat keduanya hendak istirahat

Namun setibanya mereka di Rusia. Jonathan dan Richard malah langsung melakukan penyusunan rencana untuk mendatangi Baranov.

Mereka terlihat sibuk dengan sebuah peta buatan untuk mendatangi kediaman Baranov.

Mereka berencana akan membuat sesuatu yang tak akan disangka oleh seorang Baranov. Sebuah rencana untuk mengelabui dan mencurangi Baranov yang terlampau berhati-hati.

Jonathan menghempaskan sebuah pion catur yang sejak tadi digunakan olehnya dan Richard sebagai perumpamaan Baranov. Dia melempar pion catur berbentuk king ke atas gambar lautan api di peta yang dia buat.

Richard menyunggingkan senyumnya seraya puas dengan rencana gila Jonathan. Sahabatnya terlalu pintar membuat strategi, sementara dirinya lebih suka melakukan praktek daripada membuat materi yang rumit.

Jonathan menengak minumannya, dan melempar botolnya ke arah Richard yang dengan sigap menangkap minuman tersebut.

"Habiskan. Aku harus istrirahat untuk melakukan tugas tersebut. Aku tak ingin kita terlambat, atau semua rencana kita akan berantakan," ujar Jonathan.

"Bukankah selalu ada rencana b jika rencana a telah gagal?" tanya Richard. Jonathan menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Richard dengan senyum mencurigakan.

"Bukankah tak ada yang tak bisa dilakukan olehmu Mr.Dowson? Aku tak menyiapkan rencana b, jika kau gagal. Karena aku percaya dengan slogan sombongmu itu!" tukas Jonathan lalu terkekeh.

"Dasar bajingan sialan! Kau menggunakan slogan-ku untuk meremehkanku?" tanya Richard.

"I'm don't!" ujar Jonathan mengedikkan bahunya mengejek.

"Persetan dengan perkataanmu Nathan! Aku akan buktikan slogan-ku tak akan bisa kau lenyapkan dengan mudah," tukas Richard.

"Silahkan kau buktikan... Good nite Mr.Dowson," ujar lagi Jonathan dan kali ini diakhiri dengan sebuah siulan sambil melangkah menaiki tangga untuk beristirahat.

***

Sebuah truk besar dengan muatan ton obat terlarang. Sedang melaju melintasi jalan panjang. Keadaan gelap tanpa penerangan di sepanjang jalan membuat truk tersebut melaju dengan cepat.

Tanah dan semak kosong di kiri dan kanan sepanjang jalan itu, membuat suasana teramat sepi dan mencekam.

Sebuah kamera di dalam truk, terpasang menyoroti seorang supir yang memakai topi hitam dan jaket kulit berwarna senada. Walau yang terlihat di balik layar monitor kamera tak berwarna sama sekali.

Kamera bagian depan truk menyoroti jalan yang sangat gelap. Tanpa adanya penerangan jalan, hanya sebuah lampu dari truk itu sendiri yang menerangi. Walau kamera dari truk itu dilengkapi dengan infrared -yang akan tetap terlihat jelas dari monitor yang tersambung dengan kamera itu-.

Sebuah mobil sedan hitam terlihat melintas melewati truk dari arah belakang menyalip dari kiri. Lalu mobil sedan berwarna merah gelap ikut melewati truk itu.

Terlihat cukup mencurigakan memang jika sebuah mobil pribadi, melintasi perbatasan pada dini hari seperti itu.

Sang supir truk mulai curiga. Dia menatap ke kamera yang ada di sisi kanan. Supir itu seolah memberi isyarat ada sesuatu yang aneh di depan sana. Karena mobil-mobil sedan itu terlihat memperlambat lajunya.

Dan firasat sang supir benar, tiba-tiba terjadi baku tembak. Mobil yang berada tepat di depan truk itu menembak mobil di depannya. Lalu mobil paling depan melakukan tembakan balasan, hingga beberapa tembakan mengenai kamera depan truk.

Mobil sedan merah gelap itu kembali melakukan tembakan pada ban mobil sedan berwarna hitam. Sehingga membuat mobil hitam itu terlihat mulai berjalan tak beraturan dan lajunya semakin melambat.

Lalu mobil sedan merah gelap yang berada di belakangnya itu melewati mobil hitam dan menembakkan satu peluru terakhir kepada pengemudi mobil hitam. Secara otomatis mobil hitam itu terhenti dalam keadaan horizontal.

Mobil merah gelap melaju meninggalkan mobil sedan hitam yang terhenti menghadang jalan dengan pengemudi yang sudah tak sadarkan diri. Secara otomatis truk berisi muatan barang ilegal itu-pun ikut terhenti di belakangnya.

Supir truk menatap kamera yang berada di dalam yang sejak tadi menyoroti dirinya. Dia menunjuk ke depan, dimana mobil sedan hitam itu menghalangi jalannya.

Supir itu terpaksa keluar dari truk, untuk memeriksa keadaan pengemudi mobil yang dikalahkan.

Setidaknya supir itu harus menyingkirkan mobil yang menghalangi jalannya. Karena supir bertubuh tinggi itu, tak merasa harus menolong orang lain yang akan memperlambat pekerjaannya.

Supir truk itu turun dengan sebuah pistol kecil di tangan kanannya, guna berjaga-jaga jika kejadian di depannya itu adalah sebuah perampokan.

"Hei! Apa kau masih sadar?!" teriak supir itu. Pengemudi di dalam mobil tersebut tak bergerak sedikitpun.Karena tubuh pengemudi mobil sedan tersebut bersandar dikemudi stir dengan wajah tertunduk.

Supir truk itu mencoba menembak sebisanya. Demi memastikan pria yang ada di dalam mobil itu sudah tak bernyawa.

Beberapa peluru terdengar mengenai pintu mobil. Namun pria di dalam mobil tetap tak merespon. Supir itu merasa yakin jika pengemudi mobil sedan itu sudah tak bernyawa. Lantas supir truk tersebut menyelipkan pistolnya ke belakang celananya.

Supir itu berjalan mendekati mobil sedan untuk setidaknya menyingkirkan mobil tersebut ke pinggir jalan.

Supir tersebut membuka pintu mobil sedan itu dan....

"Surprise!!" seru sebuah suara menyambut supir bodoh itu dan tubuhnya secara tiba-tiba tergeletak di aspal. Darah segar mengalir membasahi bagian yang terkena aliran darah dari supir truk tersebut.

Peluru dari senjata api milik Richard telah menembus jantung supir itu. Tanpa suara dari pistol tersebut, karena Richard menggunakan peredam.

Dengan seringaian puas terukir di wajah tampan Richard. Pria itu keluar dari mobil dan menginjak mayat supir itu.

"Itu balasan atas peluru-peluru bodoh yang kau tembakkan ke mobil kesayanganku!" tukas Richard.

Jonathan kembali dengan mobilnya, dia membuka pintu mobil dan melihat Richard yang mengambil topi supir yang sudah tergeletak tak bernyawa itu. Lalu melemparkannya pada Jonathan.

"Kau sungguh hampir membuatku mati Nathan! Jika kau gagal melanjutkan misi bunuh diri ini! Aku akan mempersunting Natasha agar tak terlalu lama menjadi seorang janda!" gurau Richard dan malah mendapat pukulan telak diperutnya.

"Ough! god damn! Jika bukan sahabatku! Sudah kubunuh kau sejak lama! Karena hanya kau yang berani memukul bagian luka itu!" tukas Richard lalu meringis.

"Sebelum kau membunuhku! Aku sudah merobek mulutmu lebih dulu agar kau berhenti membicarakan Natashaku!" tukas Jonathan, "singkirkan mobilmu dan supir bodoh itu! Ini sudah terlalu lama! Mereka akan curiga jika supir tersebut tak kembali ke dalam truk," ujar Jonathan, setelah dia memindahkan mobilnya ke semak-semak.

Lalu Jonathan menggunakan topi dari supir truk tersebut. Dan meletakkan sebuah jaket kulit di pundaknya. Membuat seolah dirinya sebagai seorang supir yang kelelahan karena mendorong sebuah mobil.

Jonathan memasuki truk. Dia menunduk dan memberikan tanda 'ok' melalui ibu jarinya ke arah kamera. Lalu mulai mengendarai truk tersebut dengan melihat gps yang terpasang di dekat dashboard.

-

Pemantau kamera dari truk tersebut kembali duduk di kursinya. Saat melihat truk berisi obat terlarang itu kembali melaju seperti sebelumnya. Terlihat normal seperti tak terjadi apapun.

"Apa ada masalah?" sebuah suara terdengar berat dan kental akan khas logat Rusia.

"Tidak ada, Sir," jawab pemantau kamera itu. Terlihat tunduk di hadapan seorang Baranov.

"Good! Berapa lama lagi barang itu sampai?" tanya lagi Baranov.

"Setengah jam, Sir."

"Baiklah...," ujar Baranov, "Sergio, Aku akan mengeceknya sebentar sebelum aku ke kembali ke London dan mengurus kematian adikku," ujar Baranov pada pengawal pribadinya yang selalu melakukan tugas dengan benar dan tak pernah mengecewakan Baranov.

"Baik, Sir!" jawab Sergio.

Mereka berdua keluar dari ruangan pemantau cctv. Bergegas menuju ke luar dari sebuah gudang penyimpanan barang-barang ilegal.

Sergio terlihat sibuk menghubungi seorang petugas yang biasa mengecek barang yang datang. Sergio memerintahkan orang itu untuk menahan periksaan barang tersebut sampai tuannya tiba di sana.

"Bagaimana Sergio?"

"Semua beres, Sir. Apa anda ingin sesuatu lagi?"

"Itu permintaan terakhirku sebelum ke London. Aku hanya ingin memeriksa sekaligus melihat para pekerjaku, agar mereka tak berani macam-macam ketika aku meninggalkan tempat ini," ungkap Baranov.

Sergio hanya mengangguk sebagai tanggapan. Dan tetap berjalan di belakang tuannya menuju tempat penyimpanan barang-barang ilegal-nya.

**

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel