Pustaka
Bahasa Indonesia

My CEO Next Door

37.0K · Tamat
Kardinah
35
Bab
376
View
9.0
Rating

Ringkasan

Anjel yang sedang patah hati ingin melupakan mantan kekasihnya dan mengobati luka hatinya dengan meninggalkan Indonesia dan pergi ke Paris. Namun, baru saja Anjel tiba di Paris, kesialan sudah menghampirinya. Dia harus berhadapan dengan lelaki menyebalkan, yang sama sekali tak dikenalnya. Kesialan itu datang bertubi-tubi, ketika dia mulai menempati apartemennya. Lelaki yang sudah membuat moodnya jatuh bangun sejak di bandara itu ternyata, tetangga apartemennya. Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Follow IG kardinah.dinah

PresdirCinta Pada Pandangan PertamaPengkhianatanWanita CantikRomansaSweetRevengeBaper

Meet You

Brakkkkkk!

Seorang lelaki tampan dengan dadanya yang bidang menabrak Anjel, membuat koper-koper yang berada di dekatnya ambruk. Anjel menghampiri lelaki  menyebalkan, yang sudah membuat koper miliknya berantakan.

“Hei, lihat! Apa yang kamu lakukan,” keluh Anjel menahan emosi.

"Maaf, Nona, saya sedang terburu-buru,” balas lelaki dengan mata biru dan tampan itu, hendak berlalu.

“Aku tidak peduli! Kamu terburu-buru atau tidak, itu bukan urusanku, lebih baik segera bereskan koperku yang berantakan akibat ulahmu ini!” seru Anjel kesal.

Pria bermata biru dengan wajah nan dingin itu, enggan menanggapi amarah Anjel. Dia merasa lelah setelah hampir tujuh belas jam berada di dalam pesawat. Jet Lag membuatnya ingin segera sampai di rumahnya.

“Saya lelah, kamu bisa menyelesaikan masalah kamu sendiri, Nona?” ucapnya, membuat Anjel ingin menghajarnya habis-habisan.

“Kamu pikir, hanya kamu saja yang lelah, saya juga sama, dan kamu dengan seenaknya berjalan tanpa melihat haluan, kamu pikir, ini jalan nenek moyangmu!” sindir Anjel pada pria asing di depannya.

Anjel benar-benar tak mengerti kenapa dia mengalami kesialan bertubi-tubi.

Maksud hati, dia ingin melupakan segala kenangan buruk yang baru saja menimpanya dan berlari ke sini untuk mengubur dalam-dalam kenangannya bersama mantan kekasih sialannya. Sayangnya, ketika Anjel baru saja tiba di Bandara Paris-Charles de Gaulle, dia harus bertemu dengan pria dingin dengan wajah tampan dan juga menyebalkan.

Lelaki itu berdecak sebal, menatap Anjel dari atas ke bawah, lebih tepatnya, menelusuri dan mengintimidasi.

Namun detik berikutnya, dengan tergesa pria tersebut mengambil kopernya dan berjalan menjauh, mengabaikan Anjel yang masih memandanginya dengan tajam.

“Brengsek! Dasar GGS, Ganteng-ganteng sialan!” umpat Anjel. Dia mengambil koper-kopernya dan menyeretnya keluar dari bandara. Mereka tidak tahu bahwa koper mereka saling tertukar. Anjel masuk ke dalam salah satu taksi dan segera menuju apartemennya. Orang tuanya sudah menyiapkan segala kebutuhan yang Anjel inginkan.

Perjalanan dari bandara ke apartemennya tidak membutuhkan waktu lama. Anjel menurunkan semua koper-kopernya, tepatnya ada tiga koper yang dia bawa.

Menyeret ketiga kopernya memang sangat merepotkan, berkali-kali dia mendengus pelan. Dengan setengah hati, dia memencet tombol lift menuju apartemennya, untung saja lift kosong, hanya ada dirinya. Lift berhenti tepat di lantai sepuluh. Anjel menyeret satu persatu kopernya.

“Argh, menyebalkan sekali,” gumamnya pelan. Sungguh dia ingin merebahkan diri di tempat tidur. Saat ingin membuka unitnya yang bernomor 103, dia dikejutkan oleh pintu apartemen sebelahnya. Anjel menoleh, matanya membeliak tak percaya. Seketika tubuhnya membeku.

“Kenapa Tuhan tega sekali padaku,” keluhnya menatap seseorang yang baru saja dia umpat sedang keluar dari apartemen sebelahnya. Pria itu menoleh menatap Anjel, keningnya berkerut, dia seperti mengingat-ingat di mana pernah bertemu dengan Anjel.

Anjel yang kesal tak mempedulikannya, dia tak mau moodnya menjadi semakin memburuk. Segera dia membuka apartemen dan memasukan kopernya. “Oh, my God, aku lelah sekali.”

Anjel masuk ke kamarnya merebahkan tubuhnya di atas ranjang, dia menatap langit-langit di kamarnya, rasa lelah dan mengantuk membuatnya tertidur.

Entah sudah berapa lama dia tertidur, bunyi bel apartemennya, sungguh membuatnya kesal.

“Menyebalkan, siapa lagi yang menggangguku, aku baru pindah hari ini, rasanya tak mungkin ada yang mencariku,” gerutu Anjel, bangun dan segera keluar, dilihatnya di monitor, siapa yang yang sudah mengganggu tidurnya.

Seorang lelaki yang membuat emosinya naik lagi ke ubun-ubun, gegas Anjel membuka pintu untuknya.

“What happen, hari ini, hari pertama saya di sini dan kamu, benar-benar membuat saya sial! Sialnya lagi kenapa kita harus bertetangga!” pekik Anjel sembari melipat tangan di dada.

“Kamu pikir, saya mau berurusan dengan kamu. Jangan mimpi! Saya ke sini, hanya untuk menukar koper saya yang tertukar dengan milik kamu. Jauh-jauh ke Paris membawa banyak koper dengan isi yang menurut saya, stupid. Kamu pikir di sini tidak ada Victoria Sucret,” ejek lelaki bermata biru itu menampilkan smirk di sudut bibirnya.

Seketika muka Anjel memerah, pipinya terasa panas.

“Jadi, kamu membuka koper, Saya? Kamu keterlaluan!” seru Anjel mengepalkan tangan. Ingin rasanya dia mencabik-cabik makhluk astral yang ada di depannya.

“Kembalikan koper saya!” teriak lelaki bermata biru itu. Anjel kesal, menghentakkan kaki masuk ke dalam apartemen dan mengambil koper dengan warna hitam.

“Sial, kenapa juga, koper-koper ini harus tertukar dengan manusia astral seperti dia,” keluhnya berjalan keluar menyeret koper dengan model dan warna yang sama dengan miliknya.

Anjel menyerahkan koper milik lelaki sombong depannya, sayangnya lelaki itu malah enggan memberikan koper Anjel.

“Kenapa lagi? Jangan membuat saya emosi lagi, ya, kembalikan koper, Saya!” seru Anjel.

Lelaki tampan tetangga unit sebelahnya itu, malah tersenyum menggodanya. Membuat Anjel semakin jengah dibuatnya. Anjel yang sudah terpancing emosinya, berkacak pinggang, menatap tajam ke arah lelaki itu.

“Bagaimana, kalau kita makan malam dulu, sepertinya Nona baru saja pindah ke sini, bukan?” ujar lelaki itu.

“Ide yang sangat bagus, sayangnya, saya tidak tertarik makan malam dengan Anda, Tuan,” sambung Anjel ketus.

“Kamu terlalu sombong, Nona. Di sini wanita begitu menyukai saya, bahkan mereka rela melemparkan diri di atas ranjang saya,” ucap lelaki itu angkuh.

Anjel benar-benar tak mengerti dengan lelaki yang berdiri di depannya saat ini, dia sudah menyerahkan koper lelaki itu, seharusnya dia mengembalikan koper Anjel dan masalah selesai. Namun sepertinya lelaki di depannya ini memang sengaja mencari gara-gara dengan Anjel.

“Saya memang sombong, sombong adalah bagian dari diri saya,” tutur Anjel angkuh. Dia mulai mengikuti permainan yang dimainkan lelaki di hadapannya. Dia tidak mau kalah darinya, apalagi makhluk astral di depannya ini, seperti ingin menguji kesabarannya sejak di bandara tadi. Kepalanya berdenyut, jet lag membuatnya merasakan sakit kepala yang tidak seperti biasanya

“Sepertinya kamu, sedang tidak enak badan, Nona, apa perlu saya menemani kamu di sini?” tawar lelaki itu. Anjel menatap tak percaya, mencoba menelaah kata-kata yang baru saja lelaki itu ucapkan.

“Tawaran yang cukup menarik, namun lagi-lagi, saya tidak tertarik dengan tawaran Anda, Tuan. Saya masih waras untuk memutuskan sesuatu!” Anjel tersenyum meremehkan, membuat lelaki di hadapannya itu mulai tersulut emosi. Dia memajukan tubuhnya ke arah Anjel, Anjel mundur ke belakang, membuat pintu apartemennya semakin terbuka lebar. Jantung Anjel berdebar-debar, banyak tanya dalam benaknya, ini pertama kali dia tinggal di sini. Lelaki tak tahu diri itu menghimpitnya di pintu dan mengecup bibir Anjel sekilas, tersenyum menampilkan smirk di sudut bibirnya. Anjel terkejut, dia merasa direndahkan dengan perlakuan lelaki yang tak dikenalnya itu. Anjel marah, dengan emosi dia menampar lelaki itu

Plak! Plak! Plak!

Lelaki itu memegang tangan Anjel dengan kuat, dia tidak terima dengan perlakuan Anjel barusan. Anjel yang tidak menyerah, kemudian menginjak kaki lelaki itu.

“Sialan!"