Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. Terpaksa

Damian Lucero POV

Aku terus membanting barang-barang yang aku lihat di apartemen Laura, rasanya aku ingin meledak, mengetahui bahwa aku akan  di jodohkan dengan wanita yang tak aku kenal dan baru saja ku temui.

Ya Tuhan, aku bahkan tak minat melihatnya, bahkan ibuku lebih cantik tiga kali lipat darinya.

Dia kuno!

Berkacamata dan rambutnya digelung sangat rapi membuatnya seperti wanita tua. Jika bukan karena harta warisan yang akan grandpa berikan pada yayasan keseluruh kota jika aku tak mau

dijodohkan dengan wanita itu karena dia mempunyai hutang janji pada perempuan tua keluarga Smith yang bernama Amor, aku tak akan terjebak dalam perjodohan bodoh ini.

Dan ini pertama kalinya aku menyesal di lahirkan sebagai laki-laki kenapa tidak adikku saja yang terlahir sebagai laki-laki kenapa harus aku, oke aku akui itu memang penyesalan

yang menggelikan.

"YaTuhan Damian!" pekik Laura yang baru saja masuk kedalam apartemennya.

Dia adalah teman dekat wanitaku,

tepatnya mantan kekasihku dua tahun yang lalu, tapi kami masih berhubungan dengan baik, dan dia masih menjadi partnerku di atas ranjang, Laura juga seorang model yang cukup terkenal dibelahan Amerika.

"Aku akan menggantinya," jawabku enteng, lalu duduk di sofa dengan perasaan yang tak karuan karena perjodohan sialan itu.

Aku memijat pangkal hidungku dan memejamkan mataku sejenak.

"Terserah kamu." Laura mendekat ke arahku dan mengambil duduk di sampingku, mengelus tanganku dengan lembut.

"Sepertinya ada masalah, ceritakan padaku."

"Perjodohan." Satukata yang lolos dari bibirku.

Laura terdiam aku rasa aku menyakitinya, aku sudah menolaknya beberapa kali karena aku memang tak mencintainya seperti dulu, karena pengkhianatannya yang dulu ia lakukan, tapi aku sudah melupakannya.

"Lalu?" Laura adalah perempuan yang baik, aku juga  tidak tahu mengapa dulu ia melakukan pengkhianatan padaku, sudahlah aku tak mau menguak masa lalu, toh sekarang Laura

sudah mengabdikan dirinya padaku.

"Aku harus menerimanya, bagaimanapun warisan itu adalah ditangan wanita kuno itu," ujarku. "Bisakah kita tidur? Aku benar-benar sudah lelah," lanjutku.

Laura tersenyum ia mengerti apa arti tidur yang aku ucapkan. Lalu berkata, "Dengan senang hati."

Aku segera membawa Laura ke dalam kamar apartemen miliknya dan aku akan melupakan perjodohan untuk malam ini dan menggantikannya dengan kenikmatan.

***

Hari ini hari pertam aku menjadi pemimpin di Lucero Corp setelah beberapa tahun belakangan aku memimpin perusahaan di Los Angeles.

Sebenarnya perusahaan di Los Angeles takterlalu besar seperti perusahaan Lucero Corp yang beradadi New York namun aku menyukai LosAngeles dan mengharuskan Mario

yang memimpin diperusahaan Lucero Corp, karena grandpa sudah tak mau mengambil alih perusahaan, karena aku sudah tidak memiliki Ayah.

Aku segera turun dari mobil Lamborgini hitam milikku yang terparkir di depan gedung pencakar langit dengan logo Lucero Corp.

Ada beberapa anak buah dibelakang ku, bagaimana tidak aku adalah seseorang yang berpengaruh didaratan Amerika jadi akan banyak musuh yang pasti mengincar diriku.

Dan bisa kulihat dari luar para karyawan sedang berdiri dan menatapku penuh hormat, dan oh shit! aku tak menyukai tatapan dari wanita yang seperti sedang menggodaku dan seperti sedang menawarkanbselangkangannya padaku, seperti seorang bitch.

Sapaan dan bungkukkan penuh hormat aku dapatkan dari mereka aku hanya mengangkat satu tanganku yang artinya, cukup!

Aku segera masuk kedalam lift bersama beberapa kepercayaan keluargaku untuk menaiki gedung teratas dimana ruangan itu adalah tempatku.

Ting!

Dentingan dari lift membuatku semakin siap untuk menghadapi beberapa karyawan yang berada satu lantai denganku.

Mataku menangkap satu sosok wanita yang tadi malam aku temui, oh shit! Ini sangat memalukan.

****

Elena Smith POV

Mata biru yang semalam aku lihat kembali aku tatap, setelah lift di lantai ini terbuka menampilkan sosok Damian yang sangat tampan dan beberapa orang yang mengikutinya.

Dia melirikku, namun dalam sekejap ia membuang muka.

Kami semua membungkuk penuh hormat kepadanya dan dengan santai penuh kearoganan ia mengangkat satu tangannya, lalu melewati kami untuk masuk ke dalam ruangannya.

Seperti biasa para karyawan wanita akan menjerit kegirangan setelah melihat laki-laki tampan, apalagi sekarang laki-laki tampan itu adalah CEO di perusahaan kami.

Aku mengabaikan mereka dan segera duduk di kursi miliku dan kembali tenggelam dalam data-data yang akan aku susun menjadi sebuah berkas.

"Nona Smith, apa Anda sudah menyalin semua data yang saya berikan pada Anda?" Tanya tuan Mario.

"Baru selesai Tuan, saya akan kembali mengeceknya takut ada kesalahan," jawabku.

"Baiklah, cek kembali." Tuan Mario melihat arlojinya kemudian kembali berkata, "Saya ada sedikit urusan bisakah Anda langsung memberikannya pada Mr. Lucero?"

Aku terdiam mencerna perkataannya, lalu sedikit mengangguk.

"Terima kasih, Nona Smith," ujar Tuan Mario lalu pergi dari hadapanku kemudian menghilang di balik lift.

Setelah beberapa kali mengecek data itu, kemudian aku segera melangkah kan kakiku untuk masuk ke ruangan Mr. Lucero. Aku mengetuk pintu itu dan segera masuk setelah mendengar kata masuk dari dalam.

"Mr. Lucero ini data-data perusahaan yang sudah saya salin." Aku meletakan berkas itu di atas meja kerja miliknya. Merasa sudah tak ada yang mau di bicarakan lagi aku segera undur diri, sebelum dia berkata sesuatu.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?" Suaranya sangat dingin membuat tubuhku menegang.

"Maaf tuan, saya rasa saya sudah selesai."

"Duduk!" Tanpa mau menjawab ucapanku dia malah menyuruhku duduk.

"Saya harap Anda tidak mengambil keuntungan."

Butuh beberapa detik untuk mencerna perkataannya yang aku tahu ini tentang perjodohan bodoh itu.

"Tenang saja Mr. Lucero, bersikap proporsional itu pegangan saya, saya rasa Anda salah tempat untuk membicarakan soal semalam, dan satu hal saya tidak tertarik dengan harta."

Dia menyeringai, lalu mengangguk acuh, Aku rasa dia menganggap aku akan mengambil keuntungan di perusahaan seperti bergosip ataupun bertindak jauh seperti merajai semua karyawan ataupun mengambil uang perusahaan atas nama calon tunangan Mr. Lucero.

Pemikiran yang bodoh!

"Menarik!"

"Baiklah, saya undur diri," ujarku lalu benar-benar pergi dari ruangan gila itu.

* * *

"Kakak cepat kemarilah!" Teriak Elina ketika aku baru saja memasuki rumah.

"Ada apa?" tanyaku.

"Pilih gaun pertunanganmu." Elina selalu menyikapi semuanya dengan berlebihan dan aku tak menyukainya.

Sedangkan Elvina hanya melemparkan senyuman padaku, lalu kembali beralih menonton talk show yang di adakan di salah satu stasiun televisi, dengan tamu seorang dokter hebat di daratan Amerika.

"Jadilah seperti dia, Nak," kata ayahku.

"Baiklah, sesuai kemauan ayah," jawab Elvina lalu tersenyum manis pada ayah.

Mataku beralih pada Elina yang terus mengoceh tanpa berhenti tentang gaun pertunanganku.

"Pilih saja pilihanmu, aku lelah."

"Ya Tuhan kau ini, ini pertunanganmu!" teriak Elina.

"Kalo begitu, kau saja yang bertunangan," jawabku asal.

TBC

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel