Pustaka
Bahasa Indonesia

Mr. Devil

41.0K · Tamat
Halunih
40
Bab
10.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Pernikahan sangat dinantikan olehnya, semua perjodohan selalu di lakukan oleh kedua orangtuanya, tapi tidak ada satu pria pun yang mau di jodohkan dengannya, karena tampilannya yang kolot dan tidak menarik.

RomansaFantasiMetropolitanBillionaireDewasaLove after MarriagePerselingkuhanPernikahanThrillerMengandung Diluar Nikah

1. Perjodohan

Elena Smith POV

Namaku Elena Smith, Elena artinya terang bercahaya dan kalian tahu bercahaya itu cantik tapi aku tidak cantik eperti namaku. Aku bekerja menjadi seorang karyawan di salah satu perusahaan ternama di NewYork, dan penghasilan ku cukup besar untuk membiayai ayahku dan ibuku yang sudah menua.

Adik pertamaku bernama Elina Smith, Elina artinya cerdas, namun dia tidak memilikinya dia bersikap konyol seperti orang bodoh dan selalu membuat kami sekeluarga tertawa membuat ku sangat menyayanginya. Dia juga cantik dan manis aku rasa nama kami memang tertukar. Dia bekerja menjadi seorang model yang akan merangkak kedunia perfilman, kami sekeluarga selalu mendukungnya namun kami juga memberi  syarat padanya agar mempertahankan kesuciannya.

Dan dia adik terakhirku bernama Elvina Smith, Elvina artinya ramah dan bijaksana memilikinya hanya dia yang memiliki anugrah sama seperti namanya, dia pendiam namun sangat sopan suaranya sangat manis juga bagus, dia kesayangan ayah, cita-citanya juga kemauan ayah yaitu menjadi seorang dokter.

Pagi memang selalu menjadi acara favorit kami karena teriakan, kemanjaan, juga curahan kami ada di pagi hari.

Nasehatayah, susudariibu, celotehan Elina dan pertanyaanyang selalu Elvina ajukan pada kami semua, semuanya ada di pagi hari dimana kami akan tertawa lalu berbicara dengan terus terang.

"Ele,bisakah kau bacakan berita ini untukku?" kataayah sambil melirik ku, aku segera berdiri dan membenarkan kacamata minus ku dan membacanya.

Aku membacakan jadwal pertandingan bola yang akan di adakan di salah satu stasiun TV nantipetang dan itu jadwal di mana tim yang ayah dukung akan bermain.

"Ibu, bisakah ambilkan roti untukku?"kata Elina dengan suara manjanya.

"Mengapa tidak ambil sendiri," kata ibuku yang sedang sibuk meladeni Elvina,dan beralih membawa tasku dari kamar.

"Ya Tuhan tak ada yang benar-benar menyayangiku disini mereka mempunyai anak kesayangan sendiri, ayah dengan si calon dokter nya dan ibu dengan anak kesayangannya,"ujar Elinapura-purasedih.

"Ya Tuhan anak manis ini," kata ibuku lalu mencium puncak kepala Elina dan memberikan dua lembar roti bakar padanya.

"Aku menyayangimu ibu," kata Elina setelah mendapatkan rotinya.

Ibu dan ayah selalu mengutamakan aku dan Elvina bukan karena mereka lebih menyayangi kami dari Elina tapi karena memang aku dan Elvina akan berangkat pukul tujuh sedang-kan Elina diadakan berangkat pukul sembilan, karena pekerjaan kami memang berbeda dan sibungsu yang sekolah.

"Ibu aku sudah selesai," katakanlah membenahi rambut sanggulku dan kacamata minus ku, dan merapikan blazer kebesaran milikku.

"Akujuga,"kata Elvina dengan suara rendahnya.

"Baiklah ayo berangkat,"kataku.

"Belajarlah yang rajin calon dokter dan kau kakak yang rajin cari uang,"Kata Elina sedikit berteriak, sambil tertawa sebelum mendapatkan pukulan dari ibu, tapi Elina hanya akan terkekeh lalau memeluk ibu.

Ya Tuhan anak itu memang benar-benar.

Aku selalu naik bus khusus karyawan yang disediakan langsung oleh perusahaan kami mengangkat jemput setiap karyawan yang bekerja di Lucero Corp.

Elvina juga ia naik bus sekolah yang disediakan oleh layanan sekolah miliknya.

Setelah beberapa lama di perjalanan akhirnya semua karyawan yang menaiki bus sudah sampai dan segera mengambilalih tempat masing-masing.

"Ya Mr. Lucero akan mulai memimpin lusa, "kata Kate, dia adalah temanku namun kami tak benar-benar dekat.

"Benarkah?" tanya lawan bicaranya. Dia sarah karyawan lain dia merupakan karwan paling cantik dan seksi, menurut desas desus Sarah sering berkencan dengan banyak pria.

"Ya, dan katanya dia sangat tampan, astaga, aku sudah tidak sabar melihatnya," ujar Kate.

Dan aku memilih menyalakan musik untuk menghindari gosip yg sedang Kate sebarkan.

***

Pukul delapan malam aku baru tiba di rumah dengan badan yang pegal setelah beberapa jam aku duduk didepan komputer membuat beberapa dokumen yang akan diperiksa lusa oleh Mr. Lucero.

Lucero Corp sebelumnya dipimpin oleh tuan Mario yang merupakan kepercayaan dari keluarga Lucero karena cucu semata wayang dari Lucero sangat sibuk dengan perusahaannya  di Los Angeles.

"Kau sudah pulang, Nak?" Ayahku tersenyum di depan telvisi sambil meliriku sebentar. Di temani oleh ibu di samping nya.

"Ibu sudah menyiapkan makanan untuk mu." Ibuku mulai melangkah kearah ku.

"Aku sudah makan ibu, sekarang aku sangat lelah," kataku.

"Ayah ingin bicara denganmu, Nak, kemarilah!"

Aku duduk didekat ayah, aku rasa ini adalah pembicaraan yang takkan bagus untuk ku, aku membuka kacamataku dan menyimpannya di atas meja.

"Besok mintalah izin untuk tidak masuk, karena besok akan ada tamu," kata ayahku.

"Ayah," kata ku dengan suara yang lemah.

"Berdoa saja, nak," bisik ayahku.

***

Kami selalu melakukan pagi dengan ritual ritual sederhana seperi sebelumnya, yang bisa membuatku sangat bahagia.

Aku tidak bekerja hari ini, ayah memaksa ku meminta izin dan aku mengabulkannya, ini permintaan laki laki yang aku hormati jadi aku mengabulkannya, walaupun pertemuannya

di undur menjadi nanti malam, karen laki laki itu belumpulang ke mansionnya.

Sudah beberapa jam aku duduk di kamar sendirian, karena ibu melarangku membantunya, ibu malah menyuruhku untuk pergi ke salon, dan tentu saja aku menolaknya.

Aku tak malu dengan penampilan ku yang kuno, aku berpikir jika memang mereka menyukai ku pasti mereka menerima ku apa adanya bukan? Aku kembali dalam lamunan ku.

Kalian tahu apa yang sedang aku rasakan sekarang? Aku rasa aku akan menangis lagi, di mana lelaki yang akan di jodohkan dengan ku malah akan memilih adik ku dan secara terang

terangan akan menghina ku, aku tak mau lagi terjadi hal seperti itu tapi aku bersyukur mempunyai keluarga seperti mereka, dengan bersikeras ayahku akan membatalkannya dan ibuku akan mengusirnya dan terakhir Elina yang akan kembali mencaci maki mereka, itu yang terjadi beberapa kali ketika ayahku akan menjodohkan ku.

"Kak, aku baru mengetahuinya, kau akan bertunangan," Pekik Elina yang baru saja masuk ke dalam kamarku dan memeluk tubuhku.

"Aku sangat senang mendengarnya, waktu ayah

mengatakannya padaku, karena aku bertanya mengapa ibu memasak banyak sore ini.

"Kau sangat cerewet Elina!" Protes ku.

"Aku akan mendandani mu," Bisik Elina.

"Tidak, aku tidak mau seperti badut yang sering berkeliaran di taman kota," Jawab ku asal.

"Aku tak bisa memaksamu, terserah kalau begitu," Aku tahu dia sedang merajuk namun aku tetap pada pendirian ku yaitu tampil apa adanya

***

Samar samar aku bisa mendengar mereka sedang berbicara, tentang apa lagi? Tentu saja perjodohan yang tak masuk akal!

"Elena, Elina, Elvina, kemarilah!" Teriak ibuku.

Aku dan kedua adiku segera menghampiri ibu di ruang tamu, mata ku menatap 3 orang asing yang sedang duduk di hadapan ayahku, satu perempuan paruh baya yang masih sangat cantik dan tersenyum pada kami, seorang laki laki yang bisa ku tebak mungkin dia kakeknya, dan satu lagi seorang laki laki berwajah tampan dengan mata berwarna birunya yang tajam dan tuxedo berwarna hitam membungkus tubuhnya yang atletis.

Aku yakin ini tak akan berjalan dengan lancar, dia akan menghin aku sama seperti lelaki yang sebelumnyamenghinaku dan memilih Elina adik ku.

"Biar ku tebak, kau Elena, kau Elina dan kau Elvina," Ujar lelaki tua itu menunjuk ke arahku dan bergantian menunjuk adik adik ku.

"Kalian sangat manis, aku Terry" Lanjutnya.

"Terimakasih tuan Terry," Jawab kami bersamaan.

"Kemarilah Elena duduk di sampingku."

Aku melangkah mendekat ke arahnya dan duduk di sampingnya, mata ku sedikit melirik ke arah lelaki tampan itu yang menatap ku tak minat. Bahkan dari tatapannya saja aku sudah tahu bahwa perjodohan ini tak akan terjadi.

"Damian, namanya Damian dia cucuku," Katanya sambil menepuk paha lelaki tampan itu.

"Kami berniat menjodohkan kalian berdua, dan ini adalah keputusan ku dan Amor, waktu itu." Tuan Terry tersenyum sendiri, sepertinya ia sedang bernostalgia dengan masalalunya bersama nenek ku yang bernama Amor.

"Dan aku sudah merencanakan pertunangan kalian yang akan di lakukan di mansion ku minggu depan."

Mataku terbelalak kala tuan Terry merencanakan semua ini tanpa sepengetahuan ku. Ku rasa Damian tak mengatakan sesuatu, namun aku tahu sebenarnya ia sangat muak berada di sini.

"Aku rasa aku harus pergi, ada beberapa urusan yangharus aku lakukan," Kata Damian dengan suara yang tajam.

"Hati hati, nak," Ujar tuan Terry.