Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. Ega

Sebelum Raizel sepenuhnya kehilangan kesadaran, dan tubuhnya jatuh ketanah berbalut aspal.

"Rai!!" Egy dengan sigap.

Berganti memeluk tubuh Raizel yang hendak jatuh, mencoba menahan dengan kuat tubuh temannya yang lemas karena ketakutan.

Kemudian, Egy perlahan menurunkan tubuh Raizel di atas jalanan aspal. sehingga Raizel pingsan dalam keadaan duduk, tak sampai di situ Egy juga menyangga punggung Raizel dengan lututnya.

"Rai!! lo aneh banget ....

Lo kanapa malah pingsan? aduh! Raizel! Bangun!" Teriak Egy.

Menepuk pipi Raizel yang sudah benar-benar berat untuk membuka mata.

Tidak jauh darinya, 'Mahluk hitam' yang mengikuti Raizel dan Egy sejak tadi, tanpa Egy bisa melihatnya. Sedang diam di samping Egy memperhatikan mereka yang panik, juga melirik ke arah Raizel yang pingsan.

Mungkin karena sudah berhasil menakuti Raizel, maka mahluk itupun perlahan berubah menjadi kabut putih yang tipis lalu menghilang.

Sedangkan Egy yang kebingungan bercampur panik, tidak tahu temannya kenapa, memutuskan untuk menggendong Raizel.

Lalu membawa Raizel pulang bersamanya.

Di malam yang gelap. Hanya diterangi oleh lampu jalanan, tampak Egy berjalan dengan agak laju bersama Raizel di belakang punggungnya.

"Sial sial sial!" cemoh Egy.

Setelah Ia berusaha dengan cepat berlari ke rumah, akhirnya Ia sampai.

"Maaah! Mamaaahh ...! Buka pintunya!" teriak Egy dari luar pintu.

Memanggil sosok wanita yang tidak lain adalah Ibunya.

"Egy, kenapa harus teriak-teriak?" sahut Fani—Ibu Egy dari dalam rumah.

Setelah pintu mulai terbuka, Egy langsung menerobos masuk ke dalam rumah, melewati Fani di ambang pintu. Bersama Raizel yang tak sadarkan diri di belakang punggungnya.

"Raizel ...," gumam Fani lirih.

Terkejut anaknya menggendong seseorang, yang ternyata itu adalah Raizel.

Dengan tergesa-gesa.

Egy naik ke ruang atas, menaiki tangga yang di mana ruang atas itu adalah kamarnya sendiri.

Tanpa bertanya apapun, Fani menutup pintu lalu mengekori putranya menaiki tangga menuju kamar.

Selesai Egy membaringkan Raizel di kasurnya, Ia panik, bingung, berlari ke sana ke mari tak tahu akan mengambil apa.

Tidak tahu akan melakukan apa.

Ibunya menyaksikan kelakuan Egy yang mondar-mandir tanpa arah, mencoba memanggilnya, untuk menyadarkan putranya dari kepanikan.

"Nak ... kamu nyari apa? cepet ambil baskom kecil sama handuk. Jangan lupa isi pake air anget buat ngompres Raizel"  perintah Fani lalu berjalan masuk ke kamar Egy.

Egy yang awalnya sedang kebingungan, begitu mendengar perintah dari Ibunya berhenti sejenak, kemudian langsung berlari ke dapur.

Di dapur, bukannya mengambil baskom dan handuk bersih seperti apa yang yang ibunya suruh. Egy justru malah mengambil piring dan sendok.

Tanpa melihat lagi apa yang diambilnya, dengan cepat ia kembali berlari menaiki anak tangga menuju kamar.

Sampai di pintu kamarnya, ia mendapati ibunya tengah duduk di sisi ranjang, bersama telapak tangan kanannya menempel di kening Raizel yang tak sadarkan diri.

"Mah, ini," kata Egy menyodorkan piring dan sendok yang ia bawa dari dapur kepada Fani.

Fani yang hendak menggapai apa yang Egy sodorkan, seketika tercengang setelah melihat apa yang dibawa Egy dari dapur.

"Loh! Egy, kenapa kamu bawa piring sama sendok? Kamu mau makan?

Mamah 'kan nyuruh kamu ambil baskom, air anget sama handuk kecil buat ngompres Raizel!" ujar ibunya kesal.

"Aduuuuhh, Mah ... kenapa nggak bilang dari tadi!" pungkas Egy yang tidak merasa bersalah.

Kemudian Ia kembali berlari turun. Melewati tangga, menuju dapur. Mengambil baskom kecil dan handuk, namun kini Egy salah mengambil airnya yang seharusnya diisi dengan air hangat, seperti apa yang Ibunya minta.

Egy justru mengisi baskom itu dengan air es dari kulkas.

Seperti sebelumnya, tidak memperhatikan kesalahnya lagi. Egy berlari kembali menaiki tangga, menuju kamar sambil bergerutu.

"Rai ... kenapa lo pake pingsan sih! Dan bikin gue panik gini, pacar bukan, cuma temen.

Tapi kenapa gue panik, seakan kaya pacar gue yang sekarat. Sialan lo emang!"

Setelah sampai kamar.

"Mah ... Ini" Egy kembali menyodorkan baskom yang ia bawa dengan handuk yang sudah terendam air es di dalamnya.

"Cepet taruh sini!" titah Fani kepada Egy, untuk menempatkan apa yang Egy bawa di atas meja samping kasur.

Sesuai arahan Fani.

Egy meletakan baskom itu di meja samping tempat tidurnya. Setelah selesai menyimpan baskom tersebut dia berdiri tegak dengan menggigit  ujung empat jarinya.

'Baru pertama kali gue lihat lo pingsan, Rai!' gumam Egy dalam hati. Sembari menatap Raizel yang terbaring lemah.

Fani dengan cepat mencelupkan kedua tanganya ke dalam baskom. Berniat untuk memeras handuk kecil yang ada di dalamnya, tapi baru saja setengah lima jari tangannya tercelupkan air di dalam baskom kecil, Ia tersentak karena dingin.

Kemudian Ia mengangkat kembali tangannya dari baskom tersebut.

Sejenak Fani terdiam, menarik nafas panjang. Lalu melirik tajam anaknya yang tengah berdiri di sampingnya itu.

"Eggyy!!" panggil Fani, bersama nada panjang dan raut wajah yang menahan emosi.

Egy yang awalnya fokus memandangi Raizel dengan keempat jari di mulutnya, lantaran ibunya memanggil. Jadi Egy mengalihkan pandangan, dan menatap ke wajah Fani dengan penuh tanya.

"Kenapa kamu isi pake air es!! 'Kan Mamah bilang air ANGEEETTT!!" ujar Fani, kesal.

"Hah ... air Anget?" Egy mengerutkan keningnya, mengulangi kata-kata terakhir Fani dengan bingung .

Matanya menatap wajah ibunya yang sudah bergejolak menahan nafsu ingin memoles kepala anaknya, di saat itu juga Egy masih berusaha. Mencerna apa yang dikatakan ibunya tentang 'Air Anget'.

Di waktu anak dan ibu tersebut sedang saling menatap, dengan Fani yang dipenuhi emosi dan Egy yang kebingungan mencerna perkataan ibunya—Fani.

Raizel perlahan membuka matanya, lalu dengan cepat beranjak duduk sambil berteriak "Egyyy ...!"

Berkatnya, hal itu mencairkan suasana hening antara anak dan ibu tersebut.

Egy menoleh pada Raizel yang baru saja sadar.

"Rai! Lo udah sadar!?" tanya Egy. Kemudian dengan cepat, Egy duduk di sisi ranjang. Di samping Raizel.

"Raizel, akhirnya kamu sadar juga?" imbuh Fani dengan nada lembut.

"Egy ... Tante? Kok saya di sini?" Raizel merasa kebingungan karena tiba-tiba Ia sudah berada di kamar Egy.

"Tadi lo tiba-tiba pingsan, setelah meluk gue di jalan tau! Geli banget gue! Hih! Nyebelin lo!" jelas Egy, sembari bergindik-gindik.

Fani yang mendengar perkataan anaknya mengulang lirih kata 'Meluk ...?' hampir saja timbul salah paham di pikirannya.

"Lo bikin gue panik dan takut, jadi gue bawa lo ke sini" lanjut Egy, mencoba menceritakan sedikit kronologi terakhir mereka di jalan.

Raizel mendengar itu, langsung meminta maaf.

"Maafin gue, Gy. Udah ngrepotin lo."

Di tengah-tengah perbincangan Raizel dan Egy, tiba-tiba Fani menyelanya juga menawarkan Raizel untuk menginap.

"Ya udah, malam ini kamu tidur di sini aja, ya, sama Egy. Udah malem besok aja pulangnya."

"Lo nggak papa Gy? Gue nginep di sini?" tanya Raizel.

Raizel takut dirinya akan menganggu jika menginap.

"Lo ngomong apaan sih?!

Ya, enggak pa-pa lah, dari kecil gue juga udah sering nginep di rumah lo kok, gue justru lebih tenang kalo lo nginep di sini, dari pada lo harus tetep pulang sendiri" jawab Egy.

"Makasih Gy, makasih, Tante" ucap Raizel.

"Ya, udah ....

Tante keluar dulu ya.

Kalo pengen minum atau makan turun aja sendiri ke dapur" pungkas Fani sembari berjalan keluar pintu kamar.

Raizel adalah teman Egy dari SMP, begitu juga Vano. Fani sangat mengenal Raizel dan Vano, karena mereka sering bermain bersama di rumahnya.

Bahkan mereka saling, bergantian menginap di setiap rumah mereka masing-masing.

Tinggal-lah Egy dan Raizel di kamar, mereka saling bertatapan. Sampai kemudian Egy bertanya kepada Raizel.

"Rai ....

Lo beneran nggak pa-pa 'kan?"

"Iya nggak papa, makasih udah nolongin gue tadi" jawab Raizel

"Haaaah ... nolongin lo? Nolongin dari apa?" tanya Egy, sedikit bingung dan merasa ucapan Raizel ganjil.

"Dari mah–" Raizel tidak meneruskan kata-katanya, Ia lupa bahwa Egy tidak bisa melihat apa yang dirinya lihat.

Raizel adalah Remaja yang lahir dengan indra yang lebih, maksud kata indra yang lebih adalah indra ke enam atau orang awam biasanya menyebut  mata Indigo.

Karena itulah apa yang dilihat olehnya, belum tentu bisa dilihat oleh orang lain.

Egy yang menunggu jawaban Raizel tapi malah tidak dilanjutkan, justru semakin penasaran.

"'Dari Mah' apa maksud lo?" tanya Egy menatap tajam mata Raizel.

"Enggak ... maksud gue ya makasih lo udah nolongin gue tadi pas pingsan" kelitnya.

Raizel mencoba menutupi fakta yang sebenernya terjadi.

Egy tahu Raizel berbohong, tapi karena kondisi Raizel yang baru saja siuman dari pingsan, Ia mengurungkan niatnya untuk bertanya lanjut.

Ia berencana akan bertanya kembali esok.

****

Suara jam mengisi kesunyian malam.

Kamar Egy yang hanya diterangi lampu tidur warna orange itu tidak bisa membuat Raizel untuk melelapkan diri dalam mimpi.

Raizel mengajak matanya berkeliling, menatap sudut celah dinding kamar Egy.

Seperti biasa, di situ ada foto Egy saat kecil. Ada juga foto Egy bersama teman dekatnya saat SMA yang di dalamnya ada Raizel, Egy, Vano, Diva, Caca dan Cindy.

Sejenak Raizel tersenyum melihat Figura foto mereka berenam.

Ia bersyukur memiliki teman baik seperti mereka, dan sebenarnya Raizel sendiri juga sangat menyukai salah satu teman perempuannya, yaitu Diva.

Dengan posisi berbaring Ia menatapi figura tersebut, di antara gambar wajah mereka itu, Ia hanya melihat ke arah satu wajah—Diva.

Seketika hatinya menjadi rindu pada Diva.

Asik hati memandangi figura foto. Tiba-tiba Egy yang sedang tidur di sampingnya terbangun, Egy berdiri lalu mulai berjalan tanpa melihat ke arah Raizel.

Raizel yang melihat Egy baru saja menggapai ganggang pintu, mencoba untuk bertanya.

"Gy ... mau kemana?"

Egy menoleh ke arah Raizel.

"Loh! ... kok lo belum tidur?"

"Iya belum bisa tidur, bentar lagi kayaknya"

"Oh, ya udah, gue mau turun dulu ke dapur pengen minum."

Tangan Egy mencubit jakunnya. Memberi isyarat kepada Raizel bahwa tenggorokannya kering.

"Gue ikut," kata Raizel pada Egy.

"Ayok."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel