Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1. Malam menyeramkan

"Dasar tukang ngayal! Mana ada orang udah meninggal bisa dilihat sama kamu! Hu!"

"Beneran, itu di sana ad–"

"Nggak usah ngada-ngada, Raizeeell! Kamu itu aneh. Yuk! Kita pergi aja, jangan temenan sama orang aneh kaya gitu!"

Sekelompok anak kecil pergi meninggalkan seorang bocah laki-laki yang berdiri, mengamati kepergian mereka sendirian.

Saat itu, Raizel belum mengerti. Dia tidak tahu, bahwa ternyata teman-temannya tidak bisa melihat apa yang ia lihat.

Di sekolah, Raizel kembali memberi tahu Bu Guru. Kalau ada dua anak perempuan, berlarian di depan kelas.

"Bu ... di depan Ibu, ada dua anak cewek lagi main lari-larian!" seru Raizel, di tengah pelajaran.

Tetapi, seperti sebelumnya. Bu Guru itu tidak melihat apapun, dan itu semua membuat Raizel dipandang aneh, dicap jadi anak tukang halu, karena selalu mengatakan hal yang tidak jelas.

Hingga Raizel memutuskan untuk tidak pernah mengatakan apapun dan pada siapapun lagi, setelah salah satu anak kecil yang Raizel lihat mendekatinya.

"Mereka nggak bisa lihat kami, cuma kamu yang bisa. Hihihi!" Anak kecil itu berlari, dan perlahan berubah menjadi transparan dan hilang.

Raizel tidak paham dengan perkataan hantu kecil itu, tetapi kian ia tumbuh. Semua itu bisa dia mengerti. Bahwa dirinya berbeda dengan yang lain.

*******

15 TAHUN KEMUDIAN.

Angin berhembus, menyapa kulit ketika mereka keluar dari dalam kafe. Suara hiruk pikuk kendaraan yang awalnya ramai, kini menjadi sepi. Masih ada beberapa yang lewat, dan itu pun hanya bisa dihitung jari.

Tetes-tetesan air dari ujung daun tanaman di pot di sisi parkiran, menjadi jejak kalau hujan baru saja turun dan juga baru saja reda.

Karena ini sudah waktunya orang tenggelam dalam mimpi.

Melepas lelah karena kegiatan pada siang hari.

Sekelompok remaja keluar, melewati pintu kafe.

"Ok. Besok lagi ya ...." seru Diva

"Dah, semuanya?" imbuh Caca

Sedangkan Cindy, hanya melambaikan tangannya. Beriringan bersama suara Diva dan Caca.

Ketiga gadis itu melambaikan tangan, pada tiga remaja laki-laki yang berjalan berlawanan arah dengan mereka.

"Iya iya. Dah, juga ... jangan pada keluyuran, langsung pulang!" sahut Egy, "kalo udah sampe rumah pada ngabarin di grub, ok!" lanjutnya

"OKEE ...!" sahut ketiga gadis itu, bersamaan dari sebrang sana.

Suara perpisahan yang tadinya mengisi gelapnya malam perlahan mulai hilang.

Suara-suara yang selalu mengisi keheningan di dalam hati, kini kembali tak terdengar.

Ketiga remaja cowok itu, terpaksa harus pulang berpisah dengan Diva, Caca, dan Cindy.

Karena letak rumah mereka, berlawanan arah.

Untung saja, Rumah mereka terhitung saling berdekatan. Jadi mereka tidak harus pulang sendiri- sendiri.

Mereka bertiga, pulang dari kafe dengan berjalan kaki.

Sembari berjalan di malam hari yang kira-kira sudah masuk jam setengah 10 malam itu, Raizel sudah berulang kali melihat berbagai jenis sosok yang sering disebut 'Mahluk halus.'

Sudah 15 menit waktu terlewat, sejak mereka pulang berjalan dari depan kafe, tidak terasa mereka bertiga telah sampai di jalan depan rumah Vano.

"Yah, udah sampe rumah gue nih. Kalian berdua baik-baik di jalan, ya. Gue masuk dulu, udah ngantuk, tapi jangan lupa, nanti kalo udah sampe rumah pada ngabarin di grub" kata Vano, kepada Raizel dan Egy.

"Oke lah, Bro ... kita bakal kasih kabar nanti" jawab Egy, menepuk pundak kanan Vano dua kali.

"Ya udah, masuk gih ... udah malem" titah Raizel.

Alasan Raizel menyuruh Vano untuk segera masuk adalah, karena tidak jauh dari tempat mereka bertiga mengobrol.

Ada sosok 'Mahluk hitam berbulu', yang tengah berjalan santai ke tempat mereka berdiri. Layaknya manusia.

Namun, meskipun begitu. Jelas Raizel tahu sekali, itu bukan manusia.

Egy dan Vano masih asik mengobrol beberapa kata. Sedangkan Raizel diam-diam tidak fokus pada apa yang temannya obrolkan, karena matanya yang terus mengawasi pergerakan mahluk astral tersebut.

Saat Raizel melihat sosok mahluk itu sudah semakin dekat menghampiri mereka.

Raizel kembali menyuruh Vano untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Van ... udah gih! Masuk, dingin. Kita juga mau langsung pulang nih."

"Ok. Kalo gitu, gue masuk dulu ya? Baik-baik di jalan," ujar Vano berpesan.

Setelah Vano masuk, sosok hitam besar itu yang sedari tadi berjalan menghampiri mereka, saat itu juga tiba-tiba berhenti.

Raizel yang melihat makhluk itu berhenti. Sejenak, Ia bisa bernafas lega.

Kini tinggal Raizel dan Egy yang harus berjalan pulang meninggalkan rumah Vano, beserta mahluk hitam itu di sana.

******

Kakinya yang melangkah berjalan bersampingan dengan Egy, ditemani malam yang semakin dingin dan sunyi.

Karena sudah terlalu malam .

sehingga tidak ada orang yang lewat di jalan lagi, hanya ada dua remaja itu. Raizel dan Egy yang menyusuri jalan untuk pulang.

Raizel, sesekali memutar kepala menengok ke arah belakang.

Memastikan mahluk itu berganti mengikutinya dan Egy atau tidak, dan ternyata dugaannya benar.

Jarak 10 meter dari tempat Raizel dan Egy berjalan, kini mahluk itu tengah mengikuti di belakang mereka berdua.

Raizel yang mengetahui itu, tentu sungguh terkejut dan mulai merasa sedikit takut.

'Kenapa, mahluk itu ngikutin gue sama Egy sih? Mau apa dia?' tanya Raizel dalam hatinya.

Raizel tidak menyadari, bahwa sedari tadi dirinya telah diperhatikan oleh Egy.

Egy juga menjadi penasaran.

Dia mulai ikut memutar kepala ke arah belakang, ingin tahu, apa yang sejak tadi Raizel lihat. Namun, Egy tidak melihat apapun.

"Raizel, Woy!" pekik Egy.

Egy memanggilnya dengan nada lumayan tinggi, yang membuat takut Raizel menjadi-jadi.

"Apaan sih lo, Ngagetin aja!" jawab Raizel, ketus.

"Hahaha ... lo tuh kenapa? ngeliat ke belakang terus, lihat apa'an lo? gue panggil gitu aja kaget," jawab Egy tertawa.

Egy menganggap respon Raizel terlalu berlebihan.

Raizel tentu bingung untuk menjawab, sekaligus memaklumi temannya—Egy yang sama sekali tidak merasa takut, karena Egy tidak melihat apa yang Raizel lihat.

"Enggak kok ... nggak pa-pa. Ayo lebih cepet jalannya gue ngantuk nih, Hooammhh ...," kilah Raizel.

Ia menutupi mulutnya dengan telapak tangan, mencoba berpura-pura menguap, agar terlihat mengantuk.

"Hahaha .. iyaa." Egy kembali terkekeh.

Beberapa menit sesudah itu, mereka berdua berjalan sedikit lebih cepat dari sebelumnya.

Raizel dan Egy sengaja mengobrolkan

macam-macam hal yang tidak penting, seperti membicarakan rasa makanan di kafe. Hingga menggosip karyawan kafe, yang menurut para remaja itu cantik.

Itu semua Raizel dan Egy lakukan, demi mengisi keheningan malam sambil berjalan pulang.

Saat sedang asik mengobrol, tanpa disengaja Raizel kembali menoleh ke belakang. Memastikan kembali, mahluk hitam itu masih mengikuti atau tidak.

Tetapi setelah Raizel menoleh, tanpa diduga, mahluk itu ternyata sudah berjarak dua meter dari belakang mereka berdua.

Artinya jarak antara mahluk itu, menjadi lebih dekat dengan jarak mereka berjalan.

Tiba-tiba ... tangan mahluk itu bergerak, mencoba meraih Egy. Raizel yang terkejut melihat itu dengan cepat menarik kuat baju depan Egy, sehingga membuat Egy terpelanting ke depan.

"Gyy ...!! Awaaass!!" teriak Raizel.

"Rai! Apa-apa'an sih Lo! Gue hampir jatuh!" protes Egy.

"Gy ... Gy ... awas," ucapnya sekali lagi dengan posisi tubuhnya dan tubuh Egy, sudah berdiri berhadapan secara dekat layaknya mereka bersama kekasih.

Raizel memeluk kencang tubuh Egy, secara tiba-tiba tidak perduli bahwa mereka sesama jenis, ia hanya takut, Mahluk itu berusaha melukai Egy. Dan Raizel takiut ia yang akan disalahkan dan merasa bersalah. Itu saja.

Ditambah Raizel sendiri yang melihat mahluk itu secara langsung, juga ingin bersembunyi, namun tidak bisa.

Egy yang ditarik paksa dengan cepat, ditambah juga secara tiba-tiba Raizel memeluknya sangat erat.

Sudah pasti merasa kaget, Ia juga merasa aneh dengan tingkah Raizel.

"Rai ... please jangan gini, takut dilihat orang" keluh Egy, sembari mendorong pundak Raizel, dengan kedua tangan.

Niatnya agar Raizel melepaskan pelukannya, namun malah menjadi lebih kuat Raizel memeluk Egy.

Membuat Egy, sedikit marah.

"Rai!! ... lo kenapa? Ada apa? Awas apa maksud lo!?" tanya Egy, keras.

"Gy, tolong lo diem dulu, Jangan banyak nanya," pinta Raizel.

"Tapi lo aneh Rai, lo lihat apa'an?"

Egy menunggu jawaban Raizel.

Raizel mencoba membuka matanya perlahan, mengendorkan sedikit pelukannya pada Egy, Berharap mahluk hitam itu sudah pergi.

Lagi-lagi ia dikejutkan kembali.

Siapa sangka, ketika dia membuka mata.

Bukannya melihat sosok hitam itu sudah menghilang, justru malah wajah makhluk tersebut berada tepat di depan wajahnya.

Hanya meyisakan 5cm, jarak tengah antara wajah mahluk hitam itu dari depan wajah Raizel, yang artinya hampir saling menempel.

Sungguh dekat, sangat dekat, terlalu dekat.

Raizel membelalakan matanya, ingin Raizel berteriak tapi tak bisa.

Ingin Raizel kembali menutup mata, tapi seakan-akan mahluk hitam itu ingin Raizel menatap wajahnya lebih lama.

Dia saksikan betapa seram dan menakutannya wajah mahluk itu, berbulu, hitam dan kening yang bertanduk, berdarah, berbau busuk. Ditambah matanya yang sudah tidak utuh menjadikan wajahnya benar-benar mengerikan.

Tidak enak untuk dipandang.

Karena ketakutan yang sudah melewati batasnya, Raizel kembali mengencangkan pelukan pada Egy.

Egy yang dari tadi menunggu jawaban Raizel, berharap bahwa temannya itu akan memberitahunya sesuatu, malah terkejut lagi karena pelukan Raizel yang kembali mengerat.

"Rai! ... jawab gue, lo kenapa?! Jangan nakutin gue kaya gini!" gertak Egy.

"Gy ... gu-gu-gue-" jawab Raizel dengan gagap.

"Lo kenapa? Jawab!!" Sekali lagi, Egy menyentak dengan keras pada Raizel, belum sempat Raizel menjawab Egy.

Mahluk hitam yang wajahnya 5cm dari depan wajah Raizel, Tiba-tiba menjulurkan lidahnya.

Hingga lidahnya itu menyentuh ujung hidung Raizel.

Seketika bau busuk masuk dan menyengat tenggorokan, Raizel yang tidak kuat menahan takut sekaligus bau busuk, yang dikeluarkan dari lidah mahluk hitam tersebut.

Perlahan mulai kehilangan kesadaran.

"Rai ... Raizel ...?" Egy mencoba melirik wajah Raizel, yang sedari tadi hanya diam. Menyembunyikan parasnya di samping telinga Egy.

"Rai ...?" panggilnya penasaran.

Suara Egy terdengar biasa karena ia merasakan pelukan Raizel yang tidak lagi erat seperti sebelumnya.

"Gy ... gue nggak kuat" keluh Raizel lirih.

"Nggak kuat kenapa?" Balas Egy

Kakinya terasa lemas, pandangan mulai hitam dan perlahan mulai menjatuhkan tubuhnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel