Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2

Azora sudah sampai di sebuah rumah mewah bergaya eropa. Disini ada satu anggota asosiai yang harus ia temui. Dalam asosiasi tersebut terdapat 200 anggota. 20% diantaranya sudah pasti akan memihak Azora karena hubungan yang telah terjalin diantara mereka. Azora membutuhkan 31% lagi agar ia bisa duduk di kursi kepemimpinan tersebut. Dan 31% inilah yang sekarang sedang ia coba dapatkan.

"Ms. Bezylka, apa yang membawamu kemari?" Mr. Kastanov menyambut kedatangan Azora. Pria itu mempersilahkan Azora duduk.

"Hanya berkunjung." Azora memberikan senyuman singkat, ia meletakan tasnya lalu duduk. Razel tidak ikut masuk, pria itu menunggu di depan pintu ruangan.

"Hanya berkunjung yang kau maksudkan pasti memiliki maksud tertentu. Aku mengenal kau cukup baik, Ms. Bezylka." Pria berusia 45 tahun itu menyajikan teh tradisional dan menuangkannya di cangkir satu kali teguk untuk Azora.

"Aku hanya menggunakan asas kesopanan. Tidak mungkin aku datang langsung mengutarakan maksud kedatanganku." Azora memandang Mr. Kastanov dengan mata bulatnya. "Aku ingin kau dan sekutumu mendukungku sebagai pemimpin asosiasi kita."

"Ah, itu." Mr. Kastanov nampak berpikir. "Aku pikir Mr. Abraham lebih menguntungkan." Itu artinya dia menolak permintaan Azora. Well, Azora sudah menduga ini tapi bukan Azora namanya kalau tidak bisa melakukan negosiasi baik dengan cara yang manis ataupun licik.

"Ah sepertinya aku telah di dahului." Katanya dengan nada santainya. Ia meneguk sedikit teh yang tadi dituangkan oleh lawan bicaranya. "Aku dengar kau akan mendaftar sebagai anggota parlemen di putaran berikutnya." Azora memulai negosiasinya.

"Benar."

"Aku bisa membantumu, baik dana ataupun yang lainnya."

Mr. Kastanov tersenyum tipis. "Mr. Abraham juga mengatakan itu. Aku lebih percaya pada kemampuan Mr. Abraham yang sudah lama berpijak di dunia ini." Lagi-lagi karena usia dia tidak dipercaya. Tidak masalah, Azora bukan butuh kepercayaan tapi hak pemilihan saja.

"Kalau begitu aku akan menggagalkan pemilihan itu. Cukup mudah bagiku."

Wajah Mr. Kastanov mulai kaku. Azora tersenyum tipis, umpan sudah di makan. Dia sudah menawarkan keuntungan tapi lawan bicaranya malah meremehkannya. "Salah satunya dengan ini." Azora menunjukan ponselnya pada Mr. Kastanov.

Wajah Mr. Kastanov makin kaku. Matanya menatap tak percaya di layar ponsel itu. "Aku punya banyak yang seperti ini. Wanita di video ini adalah orangku. Saat aku mengunggah video ini maka karirmu di dunia pemerintahan akan selesai." Boom, Azora berhasil menekan Mr. Kastanov. Untuk menjadi setinggi saat ini, Azora telah melakukan banyak hal. Menjebak, memanipulasi dan banyak hal licik lainnya sudah ia lakukan. Ia mempersiapkan segalanya dengan baik, ia tahu kalau suatu hari nanti itu pasti akan berguna baginya.

"Kau menjebakku, Ms. Bezylka."

"Aku tidak menjebak. Kau sendiri yang meniduri wanita itu. Ah, istri simpanan dan juga putrimu yang berusia 5 tahun aku juga bisa mengeksposnya." Banyak hal yang bisa Zora gunakan untuk mendapatkan dukungan. "Pikirkan dengan baik, aku bisa menjadikanmu presiden negara ini jika  kau memilihku. Kau memegang 10% dari yang aku butuhkan. Tidak ada ruginya bekerja sama denganku."

Mr. Kastanov mengepalkan tangannya. Ia tahu orang sering menyebut Azora sebagai iblis berparas malaikat namun ia baru meyakininya hari ini. Bagaimana mungkin dia menolak, sudah jelas dia tak akan mau karirnya berhenti setelah semua usaha yang dia lakukan. "Kau dapatkan apa yang kau mau, Ms. Bezylka."

Azora menang, 21% lagi yang dia butuhkan. "Senang bekerja sama denganmu, Mr. Kastanov. Yakinlah kau tak akan merugi."

"Kau mengancamku, Ms." Kata Mr. Kastanov dengan nada menahan marah.

Senyuman tipis tersungging di wajah Zora. "Kau susah diajak kerjasama jadi aku menggunakan cara ini. Well, aku sudah selesai. Terimakasih untuk tehmu." Azora meraih tasnya, bangkit dari sofa lalu segera melangkah keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana?" Razel mengikuti langkah Zora.

"21% lagi." Jawaban Zora menjelaskan kalau misi berhasil.

"Kita temui Mr. Kim. Dia bisa memberikan 10% lagi." Zora tak akan mendekati orang yang jumlah sekutunya sedikit. Ia lebih suka berurusan dengan yang memiliki banyak sekutu meskipun itu sedikit sulit.

"Aku akan meminta pilot kita untuk bersiap-siap." Seru Razel.

"Hm."

Untuk menemui Mr. Kim. Zora harus terbang ke Korea Selatan. Jauh memang tapi bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kursi pemimpinan tertinggi itu.

Razel membuka pintu mobil untuk Zora. Wanita itu masuk lalu Razel duduk di kursi kemudi dan segera melajukan mobilnya.

"Ada yang mengikuti kita." Razel memberitahu Zora.

Azora tak melihat ke belakang, ketenangannya juga tidak terganggu sama sekali. "Berapa mobil?" Tanyanya.

"3 mobil sedan."

"15 orang. Bukan masalah besar." Entah apa yang masuk dalam kategori masalah besar bagi Azora.  Azora meraih senapan api laras panjangnya. "Bawa ke jalanan sepi. Kita harus memberi sambutan yang baik untuk mereka."

"Baik." Razel menambah kecepatan. Berbelok di persimpangan dan melaju terus hingga sampai di jalanan sepi. Razel memblokir jalan dengan melintangkan mobilnya. Azora sudah bersandar di body mobil dengan senapannya yang kini menembakan timah panas. Satu mobil meledak, Azora suka suara ledakan itu, wajahnya kini tersenyum manis.

10 orang sudah keluar dari mobil, mereka menembak ke Zora dan juga Razel.

"Aku benci senjata, tapi bodoh jika aku melawan mereka yang bersenjata dengan tangan kosong." Azora berbicara pada Razel. Ia masih saja tenang meski nyawanya terancam.

Razel menarik Zora, hampir saja Zora tertembak. Zora bukannya tidak fokus hanya saja dia mengurus serangan lain. Jalanan sepi itu kini jadi arena tembak menembak. Bersembunyi, menembak, bersembunyi lalu menembak lagi. Itulah yang terjadi hingga beberapa menit kedepan.

Pertarungan usai. Zora dan Razel tak menyisakan satupun. Mereka sama-sama tak memberi ampunan lagipula menurut mereka orang yang tersisa juga pasti akan mati karena kegagalan mereka. Zora tak ingin tahu siapa yang mencoba membunuhnya, ia tak begitu peduli tapi tetap saja ia harus memberi hadiah balasan untuk orang yang sudah menyewa banyak orang idiot yang mengantarkan nyawa padanya.

"Orang-orang Mr. Abraham." Razel sudah memastikan itu. Dia mengecek ponsel semua orang yang tewas dan salah satunya ada yang berisi pesan membunuh Zora. Pesan dari Abraham.

"Balas pesan itu. Misi selesai. Biarkan Abraham senang, setelah ini kita akan beri dia kejutan." Zora masuk ke mobil setelah memberi instruksi pada Razel.

Razel membalas pesan sesuai dengan ucapan Zora lalu ia segera membuang simcard itu ke semak-semak.

♥♥

Zora keluar sendirian tanpa ditemani oleh Razel. Seperti biasanya dia selalu ke sebuah cafe di pinggir kota. Pemandangan malam di tempat itu sangat indah, Zora suka menikmati pemandangan itu.

Secangkir americano menemaninya. Makanan ala jepang juga tersaji di mejanya. Raut angkuhnya masih terlihat jelas, Zora memang tak bisa melepaskan image angkuh itu. Wajahnya  yang seperti itu merupakan bentuk pertahanan dirinya. Sekali saja dia menunjukan kelembutan dan kesedihan meski lewat wajah dan tatapan matanya maka akan ada banyak orang yang akan coba menjatuhkannya dan ditambah Zora tak suka orang lain mengasihaninya.

Urusan Zora dengan Mr. Kim sudah selesai. Ia berhasil mendapatka 10% dari yang ia butuhkan. Tersisa 11% lagi dan itu akan Azora selesaikan dalam waktu cepat. Pemilihan pemimpin asosiasi akan di lakukan bulan depan. Masih banyak waktu memang tapi Zora tak ingin menunda pekerjaannya. Jika sudah sepenuhnya ia dapat maka sisa waktunya akan ia gunakan untuk mengurusi masalah lain. Dalam asosiasi ini, tak diperbolehkan saling membunuh tapi sayangnya Abraham sudah mendahului Zora. Azora ingin menggunakan cara yang sama tapi dia tak mau melakukan hal itu. Jika  ia melanggar aturan maka tentunya tak pantaslah ia berada di puncak.

Azora selesai dengan minuman dan makanannya. Ia segera melangkah setelah meninggalkan beberapa lembar uang.

Mobil SUV milik Zora sudah melaju, melewati jalanan sepi di malam yang sedikit lebih gelap dari biasanya.

"Ah, kiriman siapa lagi ini?" Zora menghela nafas. Satu mobil memblokir laju mobilnya. Azora tidak keluar dari mobilnya, ia menunggu orang di mobil tersebut. 5 orang dengan tubuh kekar keluar lalu melangkah ke mobilnya. Zora suka bagian ini, olahraga malam. Ia meraih pisau lipat yang ia simpan di bawah jok mobilnya.

Keluar dari mobilnya sebelum orang-orang itu mendatanginya lebih dekat.

"Habisi dia!" Perintah pria berkepala botak. Sudah jelas itu pimpinan kawanan itu. Zora tidak terlalu berminat pada anak buah, ia segera menyerang si botak tadi. 2 kali menyerang saja Zora sudah berhasil menusukan 3 tusukan di dada pria itu. Jantung dan hati pria itu sudah dipastikan terkena tusukan. Sudah cukup untuk membuatnya mati.

Azora mengurus 4 orang lainnya. Mengayunkan pisau lipat yang ia pegang dengan lincah dan akurat. Jika ingin membunuh maka pusatkan ke titik yang pas, Azora mengingat ajaran dari Razel.

Beberapa meter dari sana Elzio duduk mengamati Azora yang tengah berkelahi. Niatnya ingin membunuh Zora namun ia tunda untuk melihat seberapa tangguh Azora. Dan hasilnya mengejutkan bagi Elzio, dia meremehkan sosok wanita itu. Paras cantik Zora ternyata menyimpan sisi iblisnya.

Elzio tersenyum miring, melihat Zora menusukan pisau ke orang terakhir membuatnya melihat dirinya sendiri. Tusukan akhir dari kemarahan.

"Mengesankan. Wanita yang selalu dianggap sebagai makhluk lemah bisa jadi mesin pembunuh." Elzio masih menatap Azora yang kini melangkah ke mobil.

"Dilihat dari ketenangannya membunuh dia sudah biasa melakukan hal ini. Well, Mr.X, sepertinya kau mencarikan aku lawan yang seimbang." Elzio tertarik untuk adu kekuatan dengan Zora

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel