Pustaka
Bahasa Indonesia

Miracle Of Love

53.0K · Tamat
Yuyun Batalia
38
Bab
22.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

Sisi gelap tidak hanya dimiliki oleh pria, seperti Azora Bezylka contohnya. Azora, pemimpin perusahaan besar yang tidak kenal ampun. Menghalangi jalannya berarti mati. Merusak rencananya, bersiaplah ke neraka. Sisi terang tidak berada pada sosok Elzio Kenward, dunianya gelap. Ia adalah pembunuh bayaran yang bekerja hanya demi uang. Hingga suatu hari Elzio menerima tugas untuk membunuh Azora, Elzio tentu saja akan melakukannya karena imbalan dari pekerjaannya bukan uang dengan jumlah sedikit. Tapi, Elzio tak membunuh Azora, ia malah menyekap Azora. "Dia lebih berguna dalam keadaan hidup." Elzio memperlihatkan seringaian liciknya.

PresdirCinta Pada Pandangan PertamaWanita CantikThrillerRomansaBillionaireRevengeMemanjakan

1

Keributan terjadi di ruangan CEO AB Group. Seorang pria paruh baya memaki wanita cantik yang usianya 20tahunan. Wanita yang dimaki hanya tersenyum tipis.

"Raz, bawa keluar pria tua ini. Lempar ke jalanan, pastikan dia tidak lagi datang mengacau di tempatku." Wanita muda itu memberikan perintah, ia tak berniat sama sekali membalas makian dari pria di depannya.

"Sialan kau, Zora!! Kau memang harusnya ikut mati bersama Daddymu!" Pria itu memaki lagi. Ini sudah kesekian kalinya pria ini datang dan memaki namun yang dimaki hanya menganggap itu angin lalu.

Wanita yang dipanggil Zora itu membalikan badannya tak mau melihat wajah pria licik tadi.

Razel, tangan kanan Zora segera menyeret pria licik yang tak lain adik tiri Daddy Zora.

"Kau akan mati, Zora!! Aku pastikan itu!!" pria itu berteriak marah pada Zora.

"Mati?" Zora tersenyum tipis. Kematian mana yang dia takuti? Azora tidak akan mati, tidak sebelum dia menemukan siapa dalang dibalik kematian ayah dan kakeknya 7 tahun silam. Azora sempat memikirkan bahwa Adrian –adik tiri ibunya- yang sudah membunuh ayah dan kakeknya karena pria itu begitu menginginkan tempat ayahnya tapi pemikiran itu patah karena penyelidikan Zora. Orang yang membunuh ayah dan kakeknya memiliki tato kepala singa pada lengan kirinya, dan jelas bahwa pamannya itu tidak memiliki tato seperti itu.

"Zo, apa yang harus aku lakukan pada Pak Adrian?" Razel sudah kembali ke sisi Zora. Adrian adalah pria yang mengacau tadi.

"Biarkan saja dia. Dia tidak mungkin bisa melukaiku karena dia tidak akan siap hidup di jalanan." Zora duduk di singgasananya. "Ah, mengenai kandidat calon pemimpin Asosiasi kau sudah mengetahuinya?" Zora menanyakan mengenai kandidat pemimpin Asosiasi Pengusaha dunia, ia merupakan anggota dari Asosiasi tersebut.

"Sudah. Hanya 3 kandidat, Ketua Abraham, CEO Damien dan kau." jawab Razel.

Zora adalah wanita yang rakus akan kekuasaan, dia tidak hanya ingin menjadi pengusaha sukses tapi juga ingin merajai perkumpulan para pengusaha dunia. Zora ingin menjadi yang tertinggi diantara yang tinggi. Bukan tanpa alasan dia ingin berada di puncak ini, dia ingin membuktikan pada semua orang yang dulu meremehkannya sebagai putri yang manja bahwa ia bisa mencapai puncak dunia dengan kerja kerasnya.

"Kau urus 2 orang itu, lakukan apapun untuk menjatuhkan mereka. Posisi itu aku yang harus mendapatkannya." Usia Zora memang baru 23 tahun tapi ambisinya melebihi orang yang sudah lama berpijak di bumi.

"Aku akan mencoba mengurus mereka, kau tahu sendiri tentu tidak akan mudah menghadang jalan dua orang berkuasa itu. Terlalu banyak berandalan yang berdiri di sisi mereka." Dua orang yang diperintahkan Zora untuk diurus bukanlah orang yang bisa dibunuh dengan mudah seperti membunuh nyamuk. Abraham, putra sulung dari seorang yakuza, mafia dengan otak licik dan kejam. Sedangkan Damien adalah seorang anggota parlemen yang sangat berpengaruh.

"Aku tahu, aku memintamu melakukan itu karena aku tahu kau dan anak buahmu mampu mengurus ini." Zora bukan tipe orang yang percaya pada orang lain tapi dia percaya pada kemampuan yang dimiliki oleh orang-orangnya. Zora memiliki 2 orang yang sangat dia andalkan, Razel dan Ruby. Jika Razel mengurus semua yang berhubungan dengan kontak fisik maka Ruby mengurus semua yang berhubungan dengan komputer dan jaringan, dia melakukan serangan melalui perangkat lunak.

"Terimakasih untuk kepercayaan itu, Zora. Ah, aku harus memperbanyak pengawal yang menjagamu. Abraham dan Damien pasti juga mengincarmu seperti kau yang mengincar mereka. Team mereka sama berbahayanya dengan kita."

"Tidak perlu, aku bisa menjaga diriku sendiri. Penjagaan yang terlalu mencolok membuat mereka berpikir kalau aku takut pada suatu hal. Azora tidak pernah takut pada apapun termasuk kematian." Kehidupan Zora selalu dikelilingi oleh kematian jadi karena hal inilah dia tidak takut pada kematian. Saat usianya 5 tahun Zora kehilangan Ibunya. Ibunya tewas dibunuh oleh lawan bisnis ayahnya yang sakit hati karena kalah bersaing, dan saat usianya 16 tahun ia kehilangan ayah dan kakeknya, pembunuh itu belum diketahui sampai saat ini.

Di usia 16 tahun Zora mendapatkan banyak sekali serangan tapi Razel dan Ruby selalu menjaga Zora dengan baik. Dua orang yang usianya hanya terpaut 5 tahun dari Zora itu mengajari Zora cara melindungi diri sendiri, dan sekarang Zora bukan hanya bisa melindungi diri sendiri tapi orang lain juga ya walaupun tak ada yang mau Zora lindungi kecuali perusahaan yang sudah dibangun oleh kakeknya dengan kerja keras yang mengucurkan keringat dan juga darah.

Orang tak akan menyangka jika wanita berparas lembut seperti Zora sudah melenyapkan banyak nyawa, Zora jarang membunuh dengan tangannya sendiri tapi perintah yang keluar dari mulutnya yang membuat banyak orang terbunuh. Azora tidak suka orang lain menghalangi jalannya, dia juga tidak suka orang lain mencampuri urusannya. Azora tahu tidak semua orang akan tunduk padanya tapi dia ingin orang yang tidak tunduk untuk tidak mengacau jalannya. Azora bukan tipe orang yang memiliki belas kasihan tapi dia juga bukan tipe manusia tak berperasaan. Ia pernah menggusur sebuah panti asuhan untuk pembangunan hotelnya tapi ia memberikan tempat tinggal yang lebih layak bagi penghuni panti. Tak punya belas kasihan tak lantas membuatnya tak punya hati. Azora mungkin pembunuh, tapi dia hanya membunuh orang yang mencari masalah dengannya. Orang-orang kecil tak berdosa bukan bagian dari orang yang harus ia lenyapkan.

Memang tak ada bedanya, membunuh orang yang mencari masalah tanpa membunuh orang tanpa dosa itu sama saja berdosa, tapi Azora tak peduli dosa yang sudah dia buat. Neraka urusan belakangan untuknya, dunianya akan jadi neraka jika dia tidak melenyapkan para pengganggu hidupnya.

"Baiklah, aku tahu kau mampu melindungi dirimu sendiri."

"Sekarang kita harus menemui beberapa anggota Asosiasi. Ada banyak hal yang harus aku bicarakan dengan mereka." Azora bangkit dari tempat duduknya. Beginilah pekerjaannya, bukan memeriksa berkas pekerjaan tapi menemui banyak orang penting. Semua pekerjaan Azora selalu ditangani oleh orang-orangnya. Hanya yang perlu ia tanda tangani yang akan dia sentuh. Azora tidak asal mempercayakan perusahaannya karena ia selalu memantau pekerjaan bawahannya, sudah dikatakan bahwa Zora bukanlah tipe orang yang bisa mempercayai orang lain. Zora berpegang teguh pada keyakinannya bahwa tak ada seorangpun yang bisa dipercaya bahkan seorang anakpun mampu berkhianat pada orangtuanya.

"Baiklah, aku sudah siapkan bahan-bahan untuk kau bicarakan dengan anggota asiosiasi lain." Razel selalu bertindak cepat, inilah yang membuat ayah Zora maupun Zora begitu menyukai Razel. Bahan-bahan yang dimaksud adalah setiap kelemahan yang dimiliki oleh orang yang akan menjadi lawan bicara Azora, bukan hanya kelemahan, Azora juga menawarkan keuntungan. Bagi Zora tak apa membuang sedikit uang untuk mendapatkan lebih banyak uang, intinya Zora akan memberi untuk mendapatkan lebih.

♥♥

Seorang pria tengah memandangi sebuah foto beserta data diri target berikutnya.

"Azora Bezylka." Dia membaca nama pada biodata sang perempuan cantik di foto yang ia pegang.

"Dia adalah CEO AB Group. 1 juta Dollar itu harga untuk kematian wanita itu." Pria lainnya berbicara.

"Nyawanya cukup mahal juga ternyata. Malang sekali, wanita secantik ini harus mati."

"Ckck, dia memang cantik, Elzio." Pria lainnya tadi beralih fokus dari komputernya. "Namun sayangnya dia terlalu banyak tingkah. Mr. X tidak akan membayar mahal jika tidak jengah pada wanita itu." Mr. X adalah orang yang tidak pernah tahu siapa, orang ini sering menggunakan jasa Elzio namun sampai detik ini Elzio tidak tahu siapa orang itu. Sebenarnya Elzio tidak peduli, jika ia ingin tahu dengan mudah pasti dia bisa mengetahuinya namun biarlah mereka sama-sama tidak saling mengetahui identitas masing-masing. Menyenangkan bagi Elzio bekerja tanpa tahu identitas satu sama lain. Semua orang yang menggunakan jasa Elzio hanya mengenal Elzio dengan julukan 'NO aka Number One'.

"Aku tidak peduli pada kesalahan wanita ini, dia mampu membuat kita mendapatkan banyak uang jadi segera kita habisi saja dia." Elzio tak akan menunda-nunda pekerjaannya, selesaikan dengan cepat lalu dia akan dapatkan uang dengan cepat. Elzio bukan tipe orang yang meminta dibayar dimuka, dia bahkan meminta pengguna jasanya untuk membayar setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Bagi Elzio, uang bisa ia terima jika ia sudah melakukan pekerjaan. Menerima uang sebelum bekerja itu melukai harga dirinya. Hingga saat ini Elzio sudah membunuh orang dengan jumlah yang tak bisa ia hitung sendiri dan sasarannya beragam dari pria ataupun wanita, Elzio tak peduli itu orang baik atau orang jahat. Ia hanya harus membunuh lalu melupakan.

Dari pekerjaannya ini Elzio mampu keluar dari kemiskinan dan hidup dengan segala kemewahan, dulu dia hanyalah anak yang lahir dalam keluarga miskin yang hidup di pinggiran kota, rumah kumuh yang bau sampah tercium dimana-mana. Ayah dan ibunya tidak bisa dibanggakan sama sekali, ayahnya penjudi dan ibunya wanita penghibur di club. Setiap kali bertemu hanya akan bertengkar hingga salah satu memilih pergi, begitu terus hingga Elzio berusia 15 tahun.

Pertama kali Elzio mengenal dunia seperti ini saat dia tidak sengaja terlibat perselisihan dengan seorang anggota geng. Orang itu mengerikan, hanya tidak sengaja tersenggol ia mengeluarkan pisau. Elzio bukan remaja lemah, ia bahkan membunuh pria yang usianya 2 kali lipat darinya menggunakan pisau si pria tersebut. Itulah awalnya Elzio membunuh, saat itu dia tidak menyesal sama sekali karena dia membunuh untuk keselamatannya sendiri. Mengubah nasibnya, Elzio meninggalkan tempat kumuh itu dan merantau ke kota besar. Di kota tersebut dia bertemu dengan seorang pria, pria itu lah yang melatihnya membunuh dan memberikannya tugas pertama hingga pada akhirnya Elzio tidak lagi menerima tugas dari orang lain dengan kata lain dia bekerja sendiri. Pria yang mengubah Elzio jadi mesin pembunuh sendiri sudah tewas ditangan musuhnya. Elzio yang menjunjung tinggi balas budi, membalas budi pria itu dengan membunuh orang yang telah membunuh pria tersebut.

Elzio hanya punya satu rekan kerja, Marcello. Pria yang duduk di depannya. Pria yang pandai dalam segala hal. Bela diri dan juga serangan jaringan. Pertama kali Elzio bertemu dengan Marcello adalah saat Marcello hampir mati di tangan mafia. Saat itu mafia tersebut adalah target Elzio, membunuh targetnya dan menyelamakan Marcell, Elzio mendapatkan uang sekaligus sahabat dan rekan kerja.

Bagi Elzio, tak ada warna yang lebih indah dari hitam. Menenggelamkan dalam kegelapan dan menjatuhkan dalam kesengsaraan sama seperti hidupnya yang gelap dan mematikan.