Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pindah Jurusan

Kepalanya reflek berputar, melihat punggung pria bertubuh tinggi dan tegap menghilang di balik pintu.

"Cih, memangnya dia siapa, aneh sekali." Angela heran sekaligus penasaran siapa sosok tersebut, seolah-olah dia adalah pengajar di kampusnya sekarang. Tak mau ambil pusing, Angela memutuskan berdiri lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi.

Tak berselang lama, Angela keluar dari toilet, menyusuri lorong-lorong kampus yang nampak sepi. Sebab perkuliahan telah dimulai. Angela panik, oh tentu saja tidak. Ia malah nampak tenang.

Sedari tadi tas ransel hitam dia kaitkan di bahu. Sesekali ia mengembung permen karet keluar sambil mengedarkan matanya di sekitar. Pandangan matanya terhenti sejenak di sebuah tempat di mana garis police line di salah satu ruangan membentang.

Tercium sedikit bau darah. Padahal jarak Angela lumayan jauh dari tempat tersebut. Angela tiba-tiba memutus kontak mata lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas. Tepatnya di lantai dua.

Angela belum lama berkuliah. Baru saja dua bulan dan kemarin terpaksa pindah ke jurusan ilmu ekonomi karena suatu hal.

"Aku pikir, aku yang telat,"gumamnya pelan kala melihat ruangan kelas barunya belum kedatangan dosen.

Sontak para mahasiswa dan para mahasiswi melirik Angela. Kelas mendadak sunyi.

Angela dapat melihat tatapan sinis terpancar dari sebagian para wanita. Tak peduli, ia memilih melangkahkan kaki masuk ke dalam lalu duduk di bangku paling depan, tepatnya di dekat meja dosen.

"Sombong sekali dia!"

"Dia pikir ini kampusnya!"

"Beruntung sekali Pak Leo belum datang! Kalau Pak Leo tahu mungkin dia tidak diperbolehkan mengikuti mata kuliahnya!"

Angela mengabaikan celotehan para wanita di belakang. Memilih mengambil buku dan kotak pensil dari tas lalu menaruh tas di bawah kursi.

"Hei, hei Sir Johnstone datang." Baru saja Angela menegakkan tubuh, salah seorang pria yang diyakini sebagai ketua kelas masuk dengan cepat ke ruangan dan melewatinya.

Para wanita nampak grasak grusuk, Angela reflek menoleh ke kanan dan ke kiri. Keningnya pun mendadak berkerut.

'Mereka kenapa?' Batin Angela seraya melihat gadis di sebelahnya mengoleskan lipstik di bibirnya dan becermin di kaca. Setelah itu gadis itu tiba-tiba menurunkan tangan dan memegang dua bolanya sejenak sambil tersenyum sumringah.

"Apa?"

Pupil mata Angela sedikit melebar ketika wanita itu menatap tajam ke arahnya tiba-tiba.

Angela mendelik sesaat lantas membuang muka ke samping dan kembali fokus memandang ke depan.

Detik selanjutnya, Angela mematung saat melihat seorang pria masuk.

Leo Johnstone — melangkah gagah, dengan kaca mata bening bertengker di hidung mancungnya. Pria dewasa, tubuh tegap dan sedikit kekar itu memakai kemeja putih yang dilipat sedikit ke atas dan outer rajut berwarna hitam, celana jeans hitam serta sepatu pantofel mengkilap berwarna senada dengan warna celana.

Rambut cokelatnya jatuh terbelah dan sesekali bergoyang-goyang, sesuai dengan irama hentakan kakinya.

Ia membawa sebuah macbook dan sebuah buku di tangan kanannya. Tampak menawan ia, aroma maskulin tercium amat kuat. Arloji mahal berwarna emas yang menempel di pergelangan tangan kirinya membuat Angela tak mampu menarik napas untuk sesaat.

"Hm, maaf aku datang terlambat, tadi ada urusan mendadak." Suara berat dan bass itu menyapa telinga seisi kumpulan manusia di ruangan.

Leo berdiri di depan meja sambil menyenderkan sedikit pantatnya. Matanya berpendar ke segala arah sambil melempar senyum tipis.

"Iya Pak tidak apa-apa."

"Lain kali datangnya agak cepat, biar kami tambah semangat."

Terdengar tawa pelan dari sebagian mahasiswa.

Angela sudah bisa menebak mengapa para wanita seakan-akan ingin mengambil perhatian sosok di hadapannya tadi. Akan tetapi, sekarang Angela merasa suara lelaki itu sangatlah tidak asing.

"Baiklah, apa kalian sudah mengejarkan tugas yang kuberikan kemarin?" Leo mulai maju beberapa langkah. Pergerakkan kakinya tiba-tiba terhenti di dekat Angela dan gadis di sebelah.

"Sudah Pak." Seluruh mahasiswa-mahasiswi menjawab antusias, terkecuali Angela. Bergeming di posisi semula, dengan pandangan lurus ke depan.

Tanpa sadar Angela menelan air ludah kala aroma parfum yang menguar tubuh dosennya itu menerpa hidung mancungnya.

"Good, kumpulkan dalam satu file!" titahnya lagi melirik sang ketua kelas yang berada paling belakang.

Selanjutnya para mahasiswa-mahasiswi sibuk sendiri menyerahkan tugas pada ketua kelas.

"Pak, aku sudah mencukur. Jadi kapan?"

Samar-samar telinga kiri Angela dapat mendengar gadis di sebelahnya tadi berbicara pelan pada Leo.

Melalui ekor matanya, Angela melihat Leo menggeser sedikit tubuhnya.

"Hmm, sampai botak?" Leo balik bertanya dengan suara sangat rendah, hanya dapat didengar olehnya dan gadis di sebelah.

"Iya sampai botak, tapi maaf kacang polongnya, warnanya hitam." Kekehan pelan terdengar setelahnya.

"Aku tidak peduli, asal tidak bau, kau tahu kan, aku tidak suka yang berbau, nanti temui aku di parkiran mobil."

Gadis itu terkekeh-kekeh dan sesekali melirik-lirik genit pada Leo, dosen tampan di kampusnya itu.

Kekaguman Angela mendadak menguap ke udara seketika. Tanpa sadar ia mengeluarkan decihan pelan.

"Kau mahasiswa pindahan jurusan itu kan?"

Angela sedikit tersentak kala Leo berdiri di sampingnya sekarang. Dengan cepat ia mendongak, menatap tajam sambil senyum sinis membentang di wajah.

"Pretty girl." Leo menyeringai tipis kemudian merendahkan sedikit tubuhnya dan mendekatkan bibirnya di telinga Angela.

"Mau tidur denganku, Sweety?"

Bugh!!!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel