Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 9

Ini sudah dua hari berlalu semenjak Wika yang berada di rumah Sofi, sejak malam itu ketika Pras dan Wika pulang bersama dari rumah Sofi, setelahnya mereka berdua terlihat tak saling bertemu baik di rumah maupun di kampus.

Selama dua hari ini pula Wika terlihat menjadi mahasiswa yang rajin di kampusnya. Tak pernah bolos lagi di mata kuliah lainnya kecuali bahasa Inggris, tak ada alasan mengapa Wika memilih bolos di mata kuliah Pras, intinya ia hanya tak suka saja dengan Pras yang semakin membuat ia membenci pria itu karena tempo hari Pras sudah membuatnya malu luar biasa.

Saat jam istirahat, Wika dan teman-temannya kompak keluar dari kelas dan menuju kantin demi mengisi perut mereka yang sudah sangat lapar.

"Wika, kau pergi kemana saat tempo hari mengajak ketemuan di mall?" tanya Ulfa setelah mereka berempat sudah duduk manis di kantin.

"Hmm, aku?" tunjuk Wika pada dirinya sendiri. "Aku ada di mall kok."

"Hei, kami berempat datang ke mall tapi kau tak ada. Tak terlihat di semua tempat." sambung Loli tampak kesal mendengar jawaban Wika.

"Oh ya? Tapi aku tidak menemukan kalian, padahal aku menunggu cukup lama loh sebelum...." Wika menggantungkan kalimatnya.

"Sebelum apa?" tanya Tika penasaran.

Wika terdiam, haruskah Wika menceritakan hal yang dia lalui dua hari yang lalu pada mereka.

"Kalian juga salah, kenapa tidak ada salah satu pun yang membalas chatku?" tanya Wika manyun, sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Eh, Wika jangan mengalihkan pembicaraan. Tadi kamu mau bilang apa? Sebelum...?" tanya mereka bertiga kompak.

Gawat! Ketiga temanku masih mengingat ucapkan ku yang menggantung. batin Wika kalut.

"Ah, itu—" Loli, Tika, dan Ulfa mendekatkan wajahnya ke wajahku. Menyipitkan mata menunggu ucapan Wika selanjutnya yang lagi-lagi sengaja  menggantungkan kayak jemuran.

"Karena anak pak Pras."

"Whattt!!!" pekik mereka bertiga secara bersamaan. "A—anak? Maksudnya, pak Pras sudah menikah?"

Wika menggangguk mengiyakan, "kalian tidak tahu?" tanya Wika.

Ketiganya menggeleng, "Wika, kau tahu darimana jika pak Pras sudah menikah dan anak—ah, aku tidak mengerti." desah Loli merasa bingung.

"Iya nih, nanti kamu mengada-ada cerita sengaja menjadikan alasan." sambung Tika dan Ulfa setuju menimpali ucapan Loli.

"Pak Pras tetanggaku, dia baru pindah sekitar hampir dua minggu yang lalu." karena kesal akhirnya Wika mengatakan yang sejujurnya.

"What!!!" Lagi, ketiga temannya terpekik kaget.

"Tetanggamu?" Loli.

"Kenapa kau tidak bercerita pada kami?" Ulfa.

"Astaga! Kami bertiga iri mendengarnya, huaaa!" Tika.

Wika merasa pusing dengan ketiga temannya, sambil memegangi kepalanya yang berdenyut pusing Wika bangkit berdiri dan beranjak pergi dari situ.

"Wika!!!" teriak Loli, Tika, dan Ulfa berbarengan ketika mereka menyadari Wika yang dengan cepat melarikan diri. "Wika, kamu berhutang banyak penjelasan pada kami!!!"

******

"Huffftt!" Wika bernafas lega ketika berhasil kabur dari ketiga temannya yang pasti akan terus menuntut penjelasan padanya.

Jujur, Wika pun cukup terkejut saat dia menyadari untuk pertama kalinya jika tetangga baru di samping rumahnya adalah pak Pras. Dan yang lebih membuat Wika terkejut adalah fakta bahwa pak Pras adalah pria yang sudah beristri.

Tapi anehnya, sampai sekarang Wika tak pernah tahu rupa dan bentuk istri pak Pras seperti apa. Secantik apa mamanya Vania itu, jika dilihat dari wajah Vania yang cantik dan imut tentulah jika ibunya juga sangat cantik.

"Kenapa aku tidak menyadarinya, dan kenapa baru sekarang menyadarinya?" gumam Wika bertanya-tanya sembari melangkah tanpa memperhatikan jalanan.

Bughh!

"Awwwhh!" ringis Wika merasakan sesuatu yang keras menabrak kepalanya.

Wika menatap dada bidang seorang pria yang membentur kepalanya, mendongakkan kepala ingin melihat orang tersebut dengan tatapan galak.

"Pak Pras...." lirih Wika semakin meringis.

Sial!

Kenapa disaat seperti ini ia harus bertemu dengan pria ini? Oh, Tuhan!

"Mau kemana kamu?" tanya pak Pras memperhatikan Wika dari atas ke bawah, dari bawah ke atas.

Wika yang risih di tatap seperti itu pun menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan ekspresi lebay.

Pras mengernyitkan dahinya bingung melihat Wika. "Kamu, kenapa menyilangkan kedua tangan di depan dada seperti itu?" tanya Pras merasa kesal. Memang Wika kira dia ini pria cabul!

"Gerakan cepat mengantisipasi hal-hal buruk yang akan terjadi." sahut Wika kalem dengan senyuman manis.

"Kamu!" Pras menudingkan jari telunjuknya ke arah Wika.

"Saya kenapa pak? Cantik ya?" goda Wika mendekatkan wajahnya ke arah Pras.

Pras tersentak sadar dan langsung melangkah mundur, mengambil tindakan menjauh dari Wika yang kini mencondongkan tubuhnya.

"Lancang kamu ya, berniat untuk menggoda saya!"

"Dih, menggoda bapak?" ulang Wika merasa geli dengan ucapan Pras.

"Denger ya pak, sorry banget nih, bapak bukan tipe saya." kata Wika menekankan empat kata di akhir ucapannya.

Skakmat!

Pras terdiam dan kehabisan kata-kata, Wika melepaskan tangannya yang tadi bersilang di depan dadanya. Salah satu tangannya mengibas di depan wajahnya dengan gaya angkuh, kemudian melangkah pergi meninggalkan Pras yang masih berdiam diri gak patung.

Tbc....

Yuhuuu, yuhuuu! Update!

Ada yang baca?

Bapak bukan tipe saya! Hohoho

Satu kata untuk Wika? 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel