
Ringkasan
Ziva jatuh miskin dan terpaksa menjadi pembantu CEO tampan. kecantikan Ziva yang luar biasa membuat Ammar, tuan mudanya jatuh cinta. Sayangnya kisah cinta tuan muda dan sang pembantu tidak direstui orang tua, hal itu membuat Ziva meninggalkan Ammar dan kembali ke rumah tuan mudanya itu dengan menyamar sebagai Zira, sosok wanita lain. Lalu bagaimana jika Ammar justru mengajak Zira menikah?
Malam Buta
“Hei, kau! Kemarilah!” Pria bertubuh tegap dan besar melambaikan tangan.
Ziva menoleh ke samping, menatap pria yang jalan sempoyongan keluar dari gang
menuju ke arahnya. Pria itu sesekali menenggak minuman kemasan botol yang tumpah-tumpah ke bajunya.
“Crazy! Dia mabuk!” Ziva mempercepat langkah, jemarinya mempererat genggamannya pada tali tas. Inilah yang paling tidak dia sukai saat harus berjalan kaki di tengah malam buta.
Pulang dari kampus, mobil Ziva mogok dan ia terpaksa harus menyerahkan urusan mobil pada mekanik bengkel. Dan sekarang, dia terpaksa harus berjalan kaki untuk pulang,melewati jalan sepi dan remang-remang.
Langkah kaki Ziva kian cepat. Pria di belakangnya tak kalah mempercepat langkah. Jarak semakin dekat. Ziva akhirnya berlari.
“Hei!” Sosok pria lain berkaos hitam muncul dari gang depan dan menghadang langkah Ziva.
Sial! Ziva terperangkap. Dia menoleh ke belakang, pria di belakangnya sudah berada di jarak satu meter saja darinya. Pria di depan merentangkan kedua tangan dengan senyuman licik. Tatapannya liar.
Jantung Ziva berlarian menatap silih berganti para preman memuakkan itu.
“Kalian mau apa?” seru Ziva kalang kabut.
“Mau apa? Tentu mau kamu, Baby!” Pria berkaos hitam menyahut.
“Jangan mendekat! Jangan macam-macam!” Ziva ketakutan melihat kedua pria itu semakin mendekat.
Bahkan pria berkaos hitam tampak mengeluarkan lidah dan menjilat sudut bibir
hingga ke sudut bibir lainnya.
Pria yang sejak tadi memegangi botol minuman itu akhirnya melempar botol ke sembarang arah. Dia menjulurkan tangan untuk dapat menangkap tubuh Ziva.
Dengan gesit, Ziva menolak tangan itu dengan mengibaskan tas miliknya. Plak! Tas mengenai muka pria itu. sontak si pria memelototkan mata penuh amarah. Tas yang terbuat dari bahan keras membuat pria itu merasa kesakitan mendapat hantaman tas.
Pria berkaos hitam maju dan meraih lengan Ziva. seketika Ziva menendang pangkal paha pria itu, membuat tubuh si pria membungkuk dan memegangi aset paling penting miliknya sambil merintih.
Tepat saat itu, tubuh Ziva tertarik mundur. Kedua lengan kokoh melingkar di perut
Ziva. Tas terlepas dari tangan Ziva saat gadis itu meronta memukul-mukul lengan yang melingkar di perutnya.
Dengan sekali angkat, tubuh kecil Ziva tergeret mengikuti langkah pria bertubuh besar dan bau alkohol itu.
Sementara pria lain berkaos hitam terbahak mengikuti. Dia menjulurkan tangan meraih dagu Ziva. Seketika Ziva mengelak dan malah menggigit telapak tangan pria itu.
Plak!
Pukulan keras mendarat di pipi Ziva. Seketika pandangan Ziva berkunang-kunang, lalu gelap. Benar-benar gelap. Kepalanya terkulai lemas.
Pria yang sejak tadi merangkulkan lengannya ke perut Ziva, melemparkan tubuh Ziva ke tanah. Kedua preman itu bertukar pandang sambil mengulas senyum licik.
“Ini mulus, bro! jadi, bagaimana?”
“Kita gantian.”
To be continued