Pustaka
Bahasa Indonesia

Married With Mr. Gay 2

62.0K · Tamat
Miraicle Dewi
53
Bab
14.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Kinandita gadis penurut yang begitu patuh pada keinginan orangtua untuk menerima perjodohan dengan Danial, seorang CEO di sebuah perusahaan. Namun setelah pernikahan, Danial tidak pernah menyentuhnya, hingga ia mengetahui sebuah rahasia yang disimpan oleh pria itu selama ini. Suaminya seorang gay!Alih-alih bercerai, Kinan tetap bertahan dengan pernikahan ini. Suatu ketika, Danial dituntut untuk memiliki seorang anak. Karena ia tidak menyukai seorang perempuan, ia membayar seorang pria untuk tidur dengan Kinan sampai mengandung seorang anak.Apakah Kinandita akan terus bertahan dengan pernikahan ini dan menyembunyikan rahasia Danial, atau sebaliknya?

RomansaBillionaireIstriDewasaLove after MarriageKawin KontrakGAYPernikahanMenyedihkan

Bab Satu Pertenuan dan perjanjian

Tatapan dari mata beningnya mengedar ke seluruh ruangan. Ia menghela napas, sesekali menatap arlojinya, mengetuk-ketuk meja, atau melirik ke arah pintu.

Hampir satu jam! Kinandita duduk manis di sebuah meja yang ada di restoran dengan gaya minimalis, tapi pembelinya kebanyakan orang-orang berduit tebal. Salah satunya adalah dirinya. Ia menunggu seseorang yang membuat janji temu dengannya siang ini.

Huh! Kinan tidak sabar lagi! Ia beranjak dari kursi, meraih tas tangannya, hendak pergi. Namun, seorang pria datang menghampiri, menghentikannya yang tampak tercengang.

"Nona Kinandita Tanutama?" kata pria itu.

Pandangan Kinan skeptis, melirik pria itu dari atas sampai bawah. "Betul. Anda siapa?"

"Tolong, silakan duduk dulu. Saya ingin membicarakan sesuatu dengan saya."

"Tunggu dulu! Siapa Anda? Maaf, ya, Mas. Saya tidak punya urusan dengan Anda," kata Kinan tegas. "Dan lagipula, saya tidak kenal Anda."

"Baiklah. Kalau begitu, bisa beri waktu pada saya untuk memperkenalkan diri?"

Pria itu sangat sopan, tak terlihat mencurigakan. Lagipula, untuk apa mencurigainya? Mana bisa pria itu melakukan aksi jahat di tempat seperti ini?

Akhirnya, Kinan melunak, mengangguk tanda setuju, lalu duduk di tempatnya.

"Perkenalkan, saya Fahlevi, sekretarisnya Pak Danial," kata pria itu, agak menundukkan kepala sebagai sikap hormat.

"Oh, kamu orang suruhannya Danial? Lantas, di mana dia?" tanya Kinan.

"Bapak Danial sedang sibuk, jadi saya datang untuk menyampaikan apa yang dikatakan oleh pak Danial," jawab Fahlevi, lalu mengeluarkan sebuah berkas dari tas yang dibawanya.

Sementara itu, di dalam hati Kinan merutuk. Ia tahu betapa padatnya jadwal seorang pemilik perusahaan internasional. Meskipun begitu, apa tidak bisa Danial meluangkan waktu untuk calon istrinya? Terlebih lagi, pria itu sudah ingkar janji.

"Apa ini, Pak?" tanya Kinan, meraih sebuah dokumen yang disodorkan padanya.

"Ini adalah surat perjanjian pernikahan," jawab Fahlevi. "Tolong dibaca dulu, lalu silakan tanda tangan di sini."

Semakin aneh saja pria ini. Surat perjanjian? Untuk apa semua itu? Menikah saja pakai perjanjian. Apa dia ragu akan kesetiaannya meski rumah tangga ini dibangun atas dasar tanpa cinta?

Isi perjanjiannya juga membuatnya ternganga. Tidak ada kontak fisik? Tidak boleh menuntut punya anak? Tidak boleh mencampuri urusan pasangan? Boleh meminta cerai ketika pernikahan sudah mencapai satu tahun? Apa-apaan semua ini? Kinan akan dijadikan istri, atau manekin?

Kinan menatap Fahlevi dengan ekspresi meminta jawaban dari semua poin-poin tak masuk akal yang tertulis di sana. "Ini maksudnya apa? Kenapa harus ada perjanjian? Dan poin-poin ini, apa benar Danial yang mengajukannya?"

Tak mau ambil pusing, pria itu buru-buru menukas. "Benar. Tapi saya tidak bisa menjawab semua itu, karena saya tidak tahu apa-apa. Tugas saya hanya menemui Nona dan menyampaikan berkas ini."

Kinan mendecakkan lidah. Isi berkas itu dibacanya dengan seksama, memahami isinya meski dahinya terus mengernyit. Memang aneh isinya, tapi akhirnya ia putuskan untuk membubuhi tempat kosong di sebuah kolom dengan tanda tangan. Lalu, ditutupnya berkas itu, dan diberikan pada Fahlevi.

"Apa ada lagi?" tanya Kinan.

"Tidak ada, ini sudah cukup," jawab Fahlevi, memeriksa berkas sebelum dimasukkan ke dalam tasnya.

Hanya begitu? Buang-buang waktu! Untungnya, Kinandita gadis yang sabar, jadi ia tak masalah dengan ini. Lagipula, kedatangannya ke sini untuk makan siang.

"Nona silakan pesan, biar nanti saya yang bayar," kata Fahlevi.

Baik sekali pria ini. Kinan jadi sungkan. "Tidak usah. Saya bisa bayar sendiri kok," katanya sembari terkekeh.

"Tidak apa. Ini pakai uang pak Danial. Dia yang menyuruh saya untuk menemani Anda."

Oh, ternyata atas suruhan pria itu? Ia sudah salah sangka. Lalu, ia mengambil buku menu, memesan soto ayam, jus, dan sebuah puding cokelat sebagai dessert.

"Em ... Pak Fahlevi sudah makan?" tanya Kinan, setelah mengatakan menu pesanannya pada seorang pelayan.

"Belum, Nona," jawab Fahlevi.

"Ya, sudah. Pesan saja. Bosmu itu tidak pelit, 'kan? Dia pasti tidak perhitungan hanya untuk harga makanan yang tak seberapa."

Sambil berpikir ragu, Fahlevi menyahut, "Ya, pak Danial memang baik. Em, baiklah. Saya akan makan bersama dengan Anda."

Keduanya memang dua orang asing yang baru bertemu, tentu sangat canggung meski Fahlevi berusaha menyembunyikannya dengan bermain ponsel. Namun Kinan, seorang gadis yang suka memperhatikan orang lain.

Mungkin Fahlevi sadar bahwa gadis itu tengah menatapnya sambil memangku dagu. Akan tetapi, ia lebih memilih untuk pura-pura tidak tahu.

"Em, Pak Fahlevi," sebut Kinan, akhirnya tidak tahan diam. "Pak Danial itu seperti apa, ya? Maksud saya? Apa dia tampan? Boleh saya lihat fotonya? Itu jika Anda punya." Sungkan Kinan.

"Ya, pak Danial sangat tampan ... Sebentar, saya perlihatkan fotonya."

Fahlevi itu bukan seorang penjilat, ucapannya memang jujur dan tidak dilebih-lebihkan. Di dalam smartphone pria itu, terdapat beberapa koleksi foto yang memang diabadikannya untuk sebuah kepentingan perusahaan. Pria yang bernama Danial itu memang tampan, tinggi, dan tubuhnya cukup atletis.

Tertarik? Sedikit, walaupun Danial sendiri bukan tipenya. Dia terlalu tampan, tidak menarik baginya. Ia lebih menyukai pria manis seperti....

Kinan tertegun saat pandangannya mengarah pada Fahlevi. Yah, pria itu lebih enak dipandang. Kulitnya kuning langsat, tubuhnya tidak terlalu tinggi, tidak kurus, senyuman ramah, dan rambut bob rapi yang membuatnya bertambah manis. Pacarnya pasti tak pernah bosan melihat wajahnya.

"Berapa umur Bapak?" Saat Kinan bertanya, makanan pesanan mereka datang. Ia tersenyum pada si pelayan sambil berkata, "Terima kasih."

"Umur saya 28 tahun," jawab Fahlevi.

"Oh, hanya beda tiga tahun dengan saya," kata Kinan.

Fahlevi hanya tersenyum. Tanpa Kinan tahu, semua tentang gadis itu sudah ia ketahui.

Kinandita Oktoberina Tanutama adalah gadis keluarga Tamaji yang memiliki sebuah perusahaan tekstil terbesar dan bisnis makanan instan yang ada di Indonesia. Mempunyai dua saudara—laki-laki dan perempuan. Salah satu alumni Universitas Stanford, Inggris.

Penyelidikannya tidak sampai di sana. Apa pun yang disukai gadis itu juga ia ketahui. Namun, semua fakta menarik tentang gadis cantik ini hanya mendapatkan reaksi biasa saja dari Danial.

"Apa Anda ingin ke suatu tempat? Biar saya temani," kata Fahlevi, melihat Kinan mulai menyantap makanan penutupnya.

Kinan meletakkan tangannya di bawah dagu, menatap pria itu sambil tersenyum geli. Di dalam hati, ia bergumam, "Sebenarnya, aku berkencan dengan Danial atau asistennya sih?"

"Pak Fahlevi," katanya kemudian. "Anda dibayar berapa untuk menyenangkan hati saya?"

Fahlevi agak terkejut, dalam beberapa saat tergagap. "Nona, saya bekerja dengan pak Danial, tentunya saya harus mematuhi semua perintahnya."

Kinan melirik ke arah lain sambil berpikir, lalu mengangguk. "Em, ya juga. Tapi saya sedang tidak ingin ke manapun. Saya ingin langsung pulang saja."

"Baiklah," sahut Fahlevi, tersenyum. "Saya akan mengantarkan Anda, nanti."

-;-;-;-

Jerit manja dari suara bass pria memenuhi ruangan, lalu terdengar suara cipratan air dan tawa menyusul. Dua pria tampan berendam di sebuah bath up, saling menyentuh dengan desahan yang tak tertahankan.

Lalu, permainan pria gay itu dimulai sampai mencapai pada puncak kenikmatan. Mereka mendengus, lelah dengan permainan penuh nafsu itu.

Salah satu dari mereka keluar dari kamar mandi, setelah membersihkan diri. Pria itu berjalan ke ruang tidur, meraih ponselnya yang berdering sejak tadi.

"Halo, apa kau sudah menyelesaikan tugasmu?" Bibirnya yang tipis menyahuti, mengulas senyum misterius.

"Sudah, Pak," jawab seorang pria di seberang sana.

"Bagus. Besok, kau laporkan semuanya padaku." Tutupnya, lalu meletakkan ponselnya di atas nakas.

"Danial," panggil seorang pria di belakangnya.

Pria yang memiliki punggung atletis itu menoleh, tersenyum manis bagai pada seorang kekasih. Ia bergeming, sementara pria tadi berjalan mendekat ke arahnya.

"Siapa tadi?" tanya pria yang bernama Tristan. "Apa kau punya pria lain selain aku?"

"Mana mungkin sayang." Lalu, Danial mendaratkan ciumannya ke bibir Tristan. "Aku hanya mencintaimu. Tadi itu, Fahlevi."

Tristan menunduk muram. "Sebenarnya, seberapa dekat kau dengan pria itu? Kau tahu, dia lumayan tampan. Kadang aku merasa...."

Danial tersenyum kecil. "Cemburu? Hanya kau yang ada di hatiku. Mana mungkin aku menyukai dia? Aku tidak sama seperti pria lainnya, yang suka melirik pria lain."

Bujukan Danial kembali membuat Tristan tersenyum. "Baiklah, aku percaya."

"Baiklah, aku harus pergi," kata Danial, menggapai kemeja yang ada di ranjang."

"Cepat sekali," protes Tristan, memanyunkan bibirnya. "Aku masih merindukanmu."

Sambil memakai kemejanya, Danial berkata lembut, "Nanti malam saja, ya. Sekalian ada yang ingin aku bicarakan."

Jadi, sebenarnya Danial menghindari pertemuannya dengan Kinan adalah untuk bertemu dengan Tristan, kekasih gay-nya.[]