Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

part 2. LELAKI PELINDUNG

John meminta Jenny untuk diam di tempat. Perlahan-lahan John bangkit dari duduknya lalu berjalan pelan untuk melihat keadaan pintu goa itu. Perasaannya mulai tidak karuan, takut jika sampai ada serigala yang akan masuk kedalam goa itu dan akan melukainya, melukai Jenny yang membutuhkan perlindungan.

Degup jantungnya berdetak kencang, John berusaha untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu sambil menyenderkan tumbuhnya di dinding goa itu. Matanya terus menatap kearah pintu goa yang terlihat beberapa batu yang ia letakan berjatuhan. Namun, karena John ingin benar-benar melindungi Jenny, pada akhirnya ia memberanikan diri untuk mendekati pintu goa.

"Apa yang terjadi? Kenapa batu itu berjatuhan?" John bergumam dalam hatinya, sambil terus melangkahkan kakinya.

Tidak lama kemudian ia sampai di dekat pintu goa. Pada saat itu John tidak melihat adanya mahluk aneh ataupun binatang buas yang ada di dekat pintu goa itu. John mengarahkan pandangannya kearah luar untuk memastikan keadaan. Ketika tidak melihat ada siapa-siapa, John langsung menata ulang susunan batu itu supaya tidak ada orang atau binatang yang bisa masuk kedalam goa tempat persembunyiannya.

Setelah selesai menyusun batu menutup pintu goa itu, John kembali berjalan untuk menghampiri Jenny.

"Ada apa, John?" tanya Jenny menatap penuh kearah John.

"Tidak ada apa-apa. Sudah kita aman, mungkin gerombolan serigala itu sudah kembali," jawab John yang kemudian duduk di dekat api unggun.

"Mereka tidak akan kembali sebelum matahari terbit. Mereka masih ada di sekitar sini, John," ucap Jenny pelan.

Mendengar itu John terdiam, ia merasa heran dengan ucapan Jenny.

"Darimana kamu tahu kalau gerombolan serigala itu masih ada di sekitar tempat ini?" tanya John penasaran.

"Aku tahu, dan aku bisa merasakannya, Jhon. Jadi aku sarankan, kamu jangan keluar goa ini sebelum matahari terbit," jawab Jenny menjelaskan.

"Baik. Jika memang begitu, aku akan menuruti perkataanmu." John memanggutkan kepalanya lalu meraih minuman yang dibawanya.

John terlihat meminum air, ia juga memberikan air itu kepada Jenny. Dalam suasana itu Jenny semakin yakin kalau John adalah pria baik dan pengertian. John nampak memperlakukannya seperti teman dekatnya. Dengan begitu maka Jenny merasa nyaman berada di goa itu.

"Apa kamu mau ini," ucap John menawarkan kelinci yang sedang dipanggangnya di atas api unggun.

"Tidak, John. Terimakasih kamu sudah baik terhadapku," jawab Jenny.

"Hey, Jenny. Kamu harus makan. Kalau tidak nanti kamu sakit," ucap John merasa prihatin melihat kondisi Jenny.

"John. Aku tidak sedang lapar, sebaiknya kamu saja yang makan itu," jawab Jenny menyarankan.

"Baiklah. Akan aku makan ini semua. Tapi ingat yah, kalau kamu lapar kamu makan aja. Itu banyak, aku sudah siapkan kelinci hasil buruan. Jadi kamu tidak perlu khawatir akan kelaparan," timpal John tersenyum menatap serigala putih itu.

"Terimakasih, John," jawab Jenny pelan.

Malam semakin larut. Jenny masih terduduk di dekat api unggun sambil memperhatikan John yang sedang menikmati kelinci bakar. John yang melihat Jenny terdiam seperti itu, ia merasa kasihan dan kembali menawarkan apa yang sedang di makannya.

"Aku tidak lapar, John. Kamu habiskan saja makanan itu," ucap Jenny pelan.

"Jenny. Aku lihat dan aku dengar dari nada bicaramu, kalau kamu sedang sedih. Jenny, apa kamu tidak suka tinggal di sini?" John meletakan makanannya.

"Bukan itu, John. Justru aku merasa senang dan berterima kasih kepada kamu yang sudah menolong aku," balas Jenny menjelaskan. Namun masih dengan nada yang terdengar sedih.

"Tidak, Jenny. Aku paham dengan keadaanmu. Apa yang bisa aku bantu biar kamu tidak bersedih?" John menawarkan dirinya, sambil mengusap-usap kepala serigala itu.

"Aku sedih karena jauh dari orangtuaku. Aku sedih karena wujudku seperti ini," jawab Jenny pelan. Matanya nampak berkaca-kaca.

"Hey, Jenny. Aku paham dengan situasi yang kamu rasakan. Lantas apa yang harus aku perbuat? Apa yang bisa aku bantu?" tanya John merasa sangat kasihan.

"John. Apa kamu tahu dimana letak mata air keabadian?" Jenny menanyakan sesuatu yang seketika membuat John terdiam kebingungan.

John mengerutkan keningnya mendengar ucapan Jenny. John terlihat mengingat-ingat nama mata air itu. Namun ia pun belum pernah tau sebenarnya mata Ari yang disebut mata air keabadian.

"Jenny. Aku pernah mendengar nama mata air itu. Tapi aku lupa dimana mata air keabadian berada," ucap John pelan, raut wajahnya masih terlihat kebingungan.

"Ada apa dengan mata air itu, Jenny?" sambungnya.

"Menurut pembesar kerajaan, jika seseorang terkena kutukan dan ingin mengembalikan ke wujud semula. Maka orang itu harus mandi di mata air keabadian," jawab Jenny menjelaskan.

"Jadi begitu? Sebentar, Jenny. Akan aku ingat-ingat dulu dimana lokasi mata air keabadian. Karena jujur saja aku juga belum pernah kesana, dan menurut manusia sepertiku nama mata air itu hanyalah sebuah mitos yang kemungkinan kecil tidak ada dalam dunia nyata," ucap John.

"Tidak, John. Mata air itu sebenarnya ada. Akan tetapi, hanya karena energinya tinggi sehingga manusia sepertimu tidak berani berkunjung ke sana, karena jika manusia biasa mandi di air keabadian, dia bisa masuk ke alam atau ke dimensi lain," balas Jenny menjelaskan.

John terdiam seakan mulai paham dengan apa yang dikatakan oleh Jeny.

"Tolong aku, John. Bawa aku ke mata air keabadian, aku ingin mandi di sana. Supaya kamu bisa melihat wujud asliku," ucap Jenny pelan, dega raut wajah memelas.

"Aduh ... Di mana lokasinya? Apa kamu tahu letaknya di mana?" tanya John yang benar-benar tidak mengetahui.

"Menurut orang-orang terdahulu. Letak air terjun keabadian ada di antara dua gunung, yang di sebut gunung kembar, dan ada di wilayah utara," jawab Jenny sedikit menjelaskan.

Seketika mata John terbelalak mendengar nama gunung kembar. John mulai terlihat senang karena ia tahu letak gunung itu. Namun letaknya begitu jauh dari posisinya saat itu.

"Jenny. Kalau nama gunung itu aku tahu, tapi itu sangat jauh dari sini. Belum lagi jika ingin kesana harus melewati hutan iblis. Hutan yang sangat dilarang untuk dimasuki oleh manusia," ucap John menjelaskan.

"Aku akan menjaga keselamatanmu, John. Asal kamu mau membantu aku untuk sampai ke mata air keabadian. Tidak hanya itu, setelah aku berubah kembali ke wujud asliku, akan aku jadikan kamu suamiku," timpal Jenny pelan.

John seketika kaget, ia menatap penuh kearah serigala putih itu sambil mengerutkan keningnya.

"Hey, Jenny. Mana mungkin aku mempunyai istri serigala? Aku kan bangsa manusia. Sudah lah niat aku hanya membantumu, tidak lebih dari itu, Jeny," timpal John sedikit tertawa sambil terus mengusap-usap kepala serigala itu.

Dalam keheningan malam itu, John dan Jenny yang semula ngobrol-ngobrol. Tidak lama kemudian, dan tanpa sadar akhirnya Jhon tertidur di dekat serigala putih itu. Goa itu nampak masih berwarna jingga dari cahaya api yang terus menyala. Jenny hanya terdiam sambil memperhatikan John yang terlelap.

***

Dalam tidurnya, John terbawa ke alam mimpi yang dimana ia dipertemukan dengan seorang perempuan cantik, berpakaian seperti ratu. Tidak hanya itu dalam mimpinya perempuan itu menyebutkan kalau dirinya adalah Jenny.

Kecantikannya di atas rata-rata, wajahnya benar-benar sangat cantik dan memiliki senyum yang teramat manis yang mampu menggetarkan hati John. Sebagai pria sejati tentunya Jhon langsung jatuh hati terhadap sosok perempuan itu. Hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk mengajak berkenalan.

"Hay, aku John. Siapa namu kamu?" Jhon mengasongkan tanganya mengajak bersalaman.

"Aku sudah tahu namamu. Aku Jeny," jawab perempuan itu tersenyum manis, matanya yang bening serata buku mata yang nampak indah dipandang membuat Jhon gemetaran.

"Jeny?" John terlihat bingung.

"Yah, aku Jenny, John," jawab perempuan itu tersenyum. Namun dengan cepat perempuan itu terbang menggunakan kain selendang berwana merah.

Sontak saja John yang masih penasaran, ia langsung memanggil-manggil nama perempuan itu. Hingga akhirnya ia tersadar dan membuka matanya. John terdiam kebingungan karena melihat keadaanya yang sedang berada di dalam goa. Nafasnya terdengar berat serta keringat dingin bercucuran.

"Kamu kenapa, John?" suara Jenny mengagetkannya.

"Hah!" Jhon terbelalak sebelum akhirnya ia tersadar kalau serigala itu itu memang bisa bicara.

John dengan cepat mengambil air minum lalu meminumnya, ia tidak langsung menjawab atau menceritakan tentang mimpinya kepada Jenny. Nafanya terdengar berat, John berusaha untuk mengatur ritme nafas dan detak jantungnya sambil menatap penuh kearah serigala putih itu.

"Kamu kenapa, John? Apakah kamu mimpi buruk?" tanya Jenny. Suaranya terdengar sama persis dengan sosok perempuan yang ada di dalam mimpi John.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel