Bantuan Seorang Asing
PLAK!!
Sebuah tamparan terdengar menggema didalam ruangan, menampakkan sosok pria tua yang mengepalkan jemarinya erat, tampak dipenuhi amarah.
Dengan tatapannya tajam tidak terlepas sedetikpun dari sosok pria tegap yang menunduk dihadapannya, terlihat sangat putus asa dan tidak berdaya.
Samuel Alezzio Blake
Tirani kejam pembunuh yang haus akan darah dan kekuasaan. Salah satu panglima perang terbaik klan werewolf yang memenangkan peperangan antar klan beberapa tahun silam.
Ambisi dan bakat sudah terlihat dari dalam dirinya sedari kecil. Dia menyukai darah dan kematian. Terutama, ketika para musuh berlutut memohon dihadapannya, meminta sebuah peruntungan hidup kepadanya.
Kejam dan sadis.
Rasa puas akan kekuasaan dan kekuatan yang didapatkannya tidak terlepas dari latihan ekstrim yang dilatihnya sedari kecil.
Penyiksaan dan penderitaan sudah bukan menjadi hal yang khusus baginya. Di tengah segala keterbatasan perang, dia telah melatih segalanya, mempersiapkan berbagai strategi yang selalu berbuah kemenangan.
Jika dahulu dia hanyalah anak kecil yang melindungi adiknya, kini semua telah berubah. Namanya terdengar merdu di setiap daratan, tidak ada seorangpun yang tidak mengetahuinya dengan gamma terkuat yang berada didalam berisan kokohnya.
Dibawah kekuasaan sang Raja, dia mendapatkan latihan yang hanya diperuntukkan untuk bangsawan kelas tinggi.
Dia adalah penjaga kepercayaan sang Raja.
Pemikiran dan kekuatannya sangat diperhitungkan didalam kerajaan werewolf, hingga membuat sang Raja mempercayakan sebuah wilayah khusus untuknya, sebagai hadiah atas jasanya selama ini.
Kekuatannya terkenal diseluruh dataran, membuatnya menjadi Alpha terkuat dalam waktu yang singkat.
Semua wilayah tunduk pada kekuasaannya. Jiwa kepemimpinan memang sudah terlihat darinya sejak kecil, hingga membawanya dalam memimpin para gamma terkuat dibawah benteng kekuasaan packnya.
Alpha dengan segala anugrah kesempurnaan luar biasa yang diberikan moongoddess.
Namun semuanya kini telah sirna. Semua yang dipupuknya dahulu kini telah hancur. Segala ambisi itu kini hanya tersisa kenangan, bersamaan dengan hancurnya pack yang telah dibangun sekian lamanya.
"Apa kau sudah gila? Bagaimana mungkin kau meninggalkan rakyatmu hanya karena kesedihan belaka seperti ini?"
Pria itu hanya terdiam, tidak dapat menampik sedikitpun perkataan tetua suci dihadapannya ini.
Mustahil jika dia tidak mempedulikan rakyatnya. Setiap hari dia selalu melihat kekacauan yang terjadi. Dia tahu, tidak, sangat tahu dengan kondisi packnya yang memang tidak pernah terlepas dari pantauannya.
Seberapa kalutnya teriakan rakyatnya ketika para rogue dan vampire menyerang di perbatasan. Namun seakan tuli, dia hanya memandang dari kejauhan, menyaksikan detik demi detik kehancuran packnya.
Hatinya seakan membeku, rasa peduli dan tanggung jawab itu seketika lenyap.
Digantikan dengan ingatan tentang masa lalu kembali memenuhi pikirannya, membuat rasa kehilangan itu kembali menyeruak merasuki dada.
Tidak, dia tidak ingin kehilangan seseorang yang dicintainya lagi.
Tubuhnya kini telah luruh sepenuhnya diatas lantai, tatapannya menggelap, dia mengepalkan jemarinya erat, "Ya, aku sudah gila. Lalu mengapa? Biarkan saja mereka mencari Alpha baru. Aku tidak peduli"
Tetua itu menggelengkan kepalanya perlahan, tidak habis pikir dengan kelakuan Alphanya yang berlari dari tanggung jawab.
Kondisi pack mereka kini diujung tombak, jika mereka tidak segera bangkit kembali, sudah dipastikan pack mereka runtuh karena serangan rogue yang kian sering akhir akhir ini.
Kebakaran, kemiskinan dan pembantaian semakin merajelala di setiap sudut kota. Anak anak hingga para wanita yang berteriak pilu kini menjadi sebuah pemandangan yang biasa. Tidak ada kedamaian ataupun kebahagiaan. Hanya tersisa teror dan ancaman yang seakan menanti setiap hari.
Hancur. Blackmoon pack kini telah hancur.
Rakyat yang merasa kecewa dengan kepemimpinan sang Alpha mulai berlari menyelamatkan diri. Pergi meninggalkan blackmoon pack yang kian terpuruk menuju pack kecil di sekitarnya.
Serangan yang diberikan para rogue kian hari semakin bertambah. Bahkan tidak jarang terdengar puluhan delta yang gugur di perbatasan.
Kekacauan meliputi setiap wilayah bagian, mereka menunggu campur tangan Alphanya untuk memerintahkan membereskan para rogue di sisi kota.
Sebagai pack dengan wilayah dan kekuatan terbesar di dunia, blackmoon pack memang memiliki banyak musuh. Tidak heran para rogue dan vampire berbondong untuk menghancurkan pack itu sekarang. Bahkan diantara Alpha pack lain pun bersiap menyerang jika mereka lemah, mengingat posisi blackmoon pack yang sangat strategis.
Alpha blackmoon pack sangat terkenal akan kecerdasan dan kepemimpinannya yang luar biasa hebat. Namun miris, kini Alpha terkuat yang dikagumi semua orang itu bertekuk lutut dihadapan matenya, menyerah akan segalanya.
Ketidak peduliannya membuat kesempatan terbuka lebar bagi pack lain untuk mengambil alih wilayah.
Walaupun begitu, tampaknya pria itu tidak terlalu peduli. Dia hanya tetap acuh menunggu di kamar gadis kecilnya walau tahu akan kondisi dunia luar sekalipun.
Tentu saja dia tahu, tidak, sangat tahu jika tidak ada seorangpun yang berani menghancurkan packnya.
Menghancurkan packnya berarti mengantarkan nyawa kepada penguasa klan werewolf, dan dia tahu betul akan hal itu.
"Dan ketika packmu hancur gadis itu juga akan meninggalkanmu.." desis tetua itu tajam.
Tangannya segera mencengkram erat bahu pria itu, memaksanya agar mendongak kearahnya, "Jangan berbuat konyol Alpha.."
"Ingat janjimu dahulu Alpha.." ucapnya sebelum berjalan keluar dari ruangan.
Alpha mereka saat ini pasti tidak akan mendengarkan perkataannya.
???
Musim dingin yang seharusnya telah berganti, kini tidak berhenti, seakan ikut merasakan kesedihan yang Alpha itu rasakan.
Pria itu sedikit menggenggam jemari mungil sang gadis, menciumnya lembut, cukup lama, seakan meminta sebuah keberanian untuk kembali bangkit.
"Bukankah ini.."
Keningnya sedikit berkerut ketika melihat cincin merah delima yang dikenakan gadis kecilnya, dengan ukiran magis yang tentu sangat dikenalnya.
Untuk beberapa saat dia terdiam, sebelum mengusap wajahnya kasar, berusaha menepis segala pemikiran tidak masuk akal yang seketika berkecamuk didalam pikirannya.
Perlahan dia membaringkan tubuhnya di sisi ranjang, tangan besarnya memindahkan kepala sang gadis tepat di lengannya, membuatnya dapat dengan leluasa bermonolog dengan sleeping beauty dihadapannya ini.
"Menurutmu bagaimana..?"
Suara beratnya terdengar lembut dengan jemari yang memainkan anak rambut keemasan sang gadis di keningnya.
Tersirat raut bimbang di wajahnya. Dia hanya terdiam untuk beberapa saat, mengamati wajah bidadari sang gadis.
Mungkin kata cantik tidak cukup untuk mendeskripsikan betapa sempurnanya sosok sleeping beauty di hadapannya ini.
Helaan nafas pelan keluar dari bibirnya, perlahan dia berusaha bangkit dari ranjang, berjalan keluar dari ruangan yang tidak pernah di lepaskannya selama beberapa tahun belakangan ini.
Atau lebih tepatnya, saat belahan jiwanya datang ke tempat ini.
"Selamat pagi Alpha.."
Terlihat beberapa delta yang menyambut Alpha itu tepat ketika dia membuka pintu.
Wajah mereka tampak sangat terkejut, namun segera disembunyikan. Pikiran mereka dipenuhi ribuan pertanyaan. Namun hal utama yang harus mereka lakukan hanyalah memperbaiki pack, memberitahu segala hal yang terjadi selama ini.
Sejak beberapa tahun lalu Alpha mereka menyerah untuk pertama kalinya.
Pria itu tidak menjawab, dia hanya terus berjalan menuju ruang kerjanya, mengamati perubahan packhouse mewahnya yang kini usang tidak terawat, bahkan sedari tadi hanya terlihat beberapa omega yang tertatih membawakan makanan untuk para delta.
Secercah rasa menyesal perlahan menghampirinya, mungkin yang dikatakan tetua itu memang benar, dia bukanlah Alpha yang bertanggung jawab.
Dia hanyalah Alpha bodoh yang melampiaskan kekecewaannya kepada penghuni pack.
Tanpa menunggu lebih lama lagi pria itu langsung berjalan kearah ruang kerjanya.
Tatapannya terlihat ragu ketika menekan kenop pintu itu, helaan nafas berat keluar dari bibirnya, dia sedikit melirik kearah gamma yang masih berdiri di sebelahnya.
"Silahkan Alpha.."
Senyuman tipis terukir di bibirnya, dia segera mendudukkan dirinya diatas kursi kebesaran yang sudah lama ditinggalkannya itu.
Gamma yang berdiri di sebelah Alpha itu tampak ragu, menyampaikan berita lancang yang seharusnya diberikan beberapa tahun silam.
"Klan witch meminta untuk beraliansi Alpha.."
Pria itu segera bangkit dari kursi kebesarannya. Raut wajahnya menampilkan berbagai emosi. Lalu tanpa menunggu sedetik lebih lama, dia meremas surat perjanjian itu kuat hingga menjadi serpihan debu.
Tentu saja dia tahu seberapa mahalnya harga yang harus ditebusnya jika bekerja sama dengan klan terkutuk itu.
"Mengapa kau tidak memberitahukannya padaku?" suara pria itu terdengar dingin, sarat akan ancaman dan kekhawatiran.
"Keadaan saat itu sedang darurat Alpha.." gamma itu memberanikan diri menatap sang Alpha. Dia sedikit membungkuk, mengambil serpihan kertas yang terjatuh di lantai, "Mereka sudah membantu pack selama ini.."
"Tetap saja---"
"Aku mencintaimu..tak bisakah kau berikan satu kesempatan untukku?"
Tatapan pria itu seketika tertahan, menatap kaku sosok wanita cantik berpakaian seksi di hadapannya, "Apakah kau yang membantuku selama ini?"
Wanita itu tidak menjawab, hanya lengannya saja yang bergerak melingkar kearah leher pria itu, "Tepat sekali.."
"Kau membuatku harus mengejarmu terlalu jauh Alpha.."
Cup.
"Aku mencintaimu..harus berapa kali kukatakan agar kau mengerti?"
???
