

Awal Dari Segalanya
Di tengah malam hari yang disertai hembusan dinginnya salju, lahirlah seorang gadis kecil yang sangat cantik.
Kedua orang tuanya memberi nama yang cantik, sangat cantik. Gadis itu hanya terus tersenyum ketika semua orang memanggil dengan namanya. Tanpa tahu arti yang sebenarnya.
Tubuhnya sangat mungil, disertai dengan manik biru kristal yang sangat indah dan senyuman manis seindah mentari pagi yang menenangkan.
Rupa gadis itu tidak bercela, sedikitpun. Namun sayang, gadis itu cacat. Dia tidak bisa berbicara dengan benar, tidak bisa melihat ataupun mendengar.
Sedangkan sang ayah selalu hidup dalam kesempurnaan. Melihat putrinya yang cacat membuatnya malu dan menganggap gadis itu sebagai noda di dalam kerajaannyaa. Dengan alasan itulah dia mengurung gadis itu didalam ruang bawah tanah.
Gadis itu menangis ketakutan, manik birunya menatap sang ibu, yang masih berdiri di sisi ruangan, berharap sosok itu menariknya kedalam pelukan hangat.
Namun sayang, sang ibu yang diharapkan selalu mencintainya ternyata sangat membenci gadis itu, terutama manik biru itu, hingga membuatnya sering menyiksa gadis itu dengan berbagai cara.
Kelahiran gadis itu disembunyikan rapat rapat oleh petinggi kerajaan. Sehingga para rakyat hanya mengetahui jika putri kerajaan mereka mati tepat saat dilahirkan.
Walaupun begitu, gadis itu tetap tumbuh. Menjadi seorang gadis mungil dengan paras yang luar biasa cantik jelita yang lambat laun membuat semua orang menyadari keberadaannya.
Kehidupan gadis itu jauh berbeda dibandingkan putri kerajaan lainnya. Ya, sedari kecil tidak ada sedikipun kemewahan ataupun kasih sayang didalam hidupnya.
Yang menemaninya hanyalah ruang gelap dengan pencahayaan temaram. Dengan berbagai alat siksaan yang tergantung diatas jeruji besi, hingga sebuah lampu minyak yang digantung di dekat pintu sebagai pencahayaan satu satunya didalam ruangan.
Setiap malam, terdengar teriakan disertai tangisan pilu dari dalam ruangan itu, tepat disaat kedua orangtuanya datang. Hanya untuk menorehkan luka mendalam di dalam tubuh gadis itu.
Gadis itu tidak tahu kapan siang dan malam hari. Yang dia tahu hanyalah waktu malam dihabiskan dengan penyiksaan tiada henti untuknya dan waktu siang dihabiskan untuk memulihkan kembali tenaganya.
Ayahnya adalah penguasa yang dikagumi dan dihormati seluruh penghuni immortal. Kecerdasan dan kegigihannya membuat kerajaan yang dipimpinnya menjadi kerajaan terkuat di dunia immortal. Segala pujian tidak pernah terhenti untuk ditujukan kearahnya. Baik di kalangan para raja, ataupun rakyatnya. Raja itu sangat dicintai.
Namun dibalik kekuasaan itu terdapat luka mendalam untuk gadis itu. Sang ayah yang selalu mencambukinya setiap malam membuat tubuhnya lemah. Berkali kali gadis itu memohon ampun, namun tetap saja, akhirnya selalu sama, lecutan itu tidak pernah dengan ragu sedikitpun untuk menggores kulitnya.
Gadis itu hanya meringkuk ketakutan, jemari mungilnya meraih sebuah buku dongeng yang berisi gambar menarik yang mudah dipahaminya. Berimajinasi dengan tokoh utama didalam dongeng itu. Hati kecilnya selalu berharap jika kisah itu benar adanya.
Ratusan tahun telah berlalu, dan gadis itu hanya memandang keluar dari jeruji besi, menatap kosong kearah jendela yang hanya disinari rembulan yang menyelinap masuk.
Menunggu seseorang untuk mengeluarkannya dari tempat yang gelap dan sunyi ini.
Jika didalam dongeng pangeran dapat menyelamatkan putri yang kesepian,
Apakah dia bisa berharap hal yang sama?
"Angeline?"
"Gadis kecil bangun..bangun.."
Untuk pertama kalinya gadis itu dapat mendengar, kini dia telah mengetahui namanya, tepat disaat sosok itu memanggil namanya.
Lembut dan menenangkan, hanya dua kata itulah yang dapat mendeskripsikan sosok laki laki di hadapannya saat ini.
"Au..iapa?"
Laki laki itu tertegun, untuk beberapa saat dia terdiam sebelum meletakkan tangan mungil Angeline didalam kemejanya, membuat gadis itu dapat mengetahui seberapa kencang debaran jantung yang seakan meledak itu.
Cup.
Tubuh mungil Angeline sedikit menegang ketika benda kenyal itu bersatu dengan bibirnya, cukup lama hingga membuatnya sesak.
Manik birunya sedikit mendongak, menatap dalam kearah anak laki laki yang masih enggan melepaskan bibirnya.
Berbagai perasaan aneh merasuki relung hatinya. Hangat dan nyaman, dia menginginkannya lagi dan lagi.
"Nggh.." lenguhnya pelan, tangan mungilnya bergetar kedinginan menahan dinginnya salju.
Anak laki laki itu melepaskan ciumannya, untuk sejenak dia terdiam sebelum memeluk tubuh Angeline agar merapat kearahnya.
Tangan besarnya yang kokoh terlihat gemetar, menangkup pipi kemerahan Angeline yang basah akan air mata, mengecupnya tepat di kedua pelupuk mata sang gadis, "Jangan takut.."
"Jika aku menjadi raja, akan kupastikan kau menjadi ratuku.."
Senyuman tipis terukir di wajah tampannya, "Tidak akan ada seorangpun yang dapat memisahkan kita.. Termasuk Tuhan sekalipun.."
???
"Takdir yang rumit, jatuh didalam dekapan penguasa gelap, atau memilih cinta yang telah lama bersemi"
"Saat waktunya tiba..berlarilah menuju sisi timur, disana ada sebuah pack yang menunggu kepemimpinanmu"
???
