Alpha's Sister
"Alpha, Tuan Kent kemarin datang kemari.." gamma itu menghela nafasnya pelan, beralih meletakkan berkas itu diatas meja, "Tuan menanyakan keberadaan Alpha.."
Pria itu tetap tidak bergeming dalam lamunannya. Tubuhnya seketika meremang ketika mengingat suatu hal, dia menoleh, menatap kearah gammanya dengan tatapan khawatir, "Apakah.. Dia menanyakan tentang mateku?"
Cleo mengangguk ragu, "Sepertinya iya, karena kemarin Tuan Kent tampak murka.." dia melirik kearah sang Alpha yang memucat kaku, senyuman tipis terukir di wajahnya, "Tuan tidak mengamuk, beliau sudah lebih dewasa.."
Pria itu mengusap wajahnya kasar berulang kali, tampak sangat gusar dengan perkataan Cleo. Dia memilih untuk menyesap teh hangatnya, berusaha mengabaikan pemikiran liar yang berkecamuk di dalam kepalanya.
"Lalu, dimana Kent sekarang?"
"Tuan Kent sedang melatih para gamma di kamp bawah sedari pagi" jawab Cleo dengan tatapan gelinya ketika mendengar raungan putus asa yang menggema tepat di bawah kakinya.
Beruntung sedari pagi sang Alpha meminta bantuannya, jadi dia tidak perlu melakukan latihan mematikan yang diberi Betanya itu sekarang.
Pria itu tersenyum kaku, dia menghela nafasnya pelan, "Dia bersenang senang rupanya.." ucapnya sembari menutup matanya perlahan.
Krieeet..
"Alpha"
Pria itu membuka sebelah matanya, melirik malas kearah seorang delta yang baru saja memasuki ruang kerja, "Kenapa?"
Delta itu tampak ragu, tampak seperti sedang menyembunyikan seseorang di belakangnya.
"Tuan.." seorang pria berpakaian serba hitam itu memasuki ruangan. Dia menundukkan kepalanya dalam, tidak berani menatap sang Alpha di hadapannya.
"Nona Lily.. Nona diriject matenya.."
???
Di tengah lebatnya butiran salju, tampak sebuah limosin berwarna hitam melaju kencang membelah tumpukan salju diatas aspal yang lebat di tengah malam.
Penjagaan yang selalu ketat di perbatasan, kini telah sepi ditinggal para warrior karena badai salju yang terjadi beberapa jam lalu.
Diantara pack lainnya, bisa dipastikan jika blackmoon pack adalah pack dengan paling sering berurusan dengan penyerangan rogue.
Tidak heran, mungkin karena kawasan wilayahnya yang sangat strategis dan terlalu terbuka sehingga memiliki banyak musuh.
Suasana di dalam mobil terasa hangat, dengan adanya penghangat ruangan khusus untuk menyerap dinginnya es.
Tepat didalam limosin mewah itu, terdapat seorang gadis yang tengah menyandar lemas di sisi kaca, dengan manik hazelnya yang selalu menatap kosong kearah luar.
Mata gadis itu tampak sayu, seakan menahan sejuta kesakitan di dalamnya. Perlahan dia memejamkan matanya, berusaha mengistirahatkan dirinya walau sejenak.
"Jangan beritahu kakak tentang kedatanganku"
Pria di depannya mengangguk mengerti, sedikit melirik gadis itu dari kaca yang memantulkan gerak gerik gadis itu sedari tadi, "Baik Nona"
Dia terdiam sejenak, tatapannya tampak ragu, menimbang nimbang sesuatu, "Tetapi Nona, bagaimana jika Alpha bertanya nanti?"
Untuk beberapa saat gadis itu tidak menjawab, ingatan tentang kakaknya yang selalu overprotective kepadanya membuat senyuman tipis tercetak di wajah cantiknya yang pucat,
"Aku akan menemuinya saat sudah siap mengatakan segalanya"
Limosin itu kini melaju diatas pekarangan packhouse, melingkar melewati air mancur besar sebelum berhenti tepat di depan pintu megah yang menjadi tempat awal masuknya kawasan packhouse.
Dari dalam sana, keluar seorang pria berjas hitam yang beralih membukakan pintu mobil dengan terburu, sebelum memakaikan gadis mungil itu jas tebalnya untuk membawanya memasuki packhouse.
"Ah Nona Lily"
Terlihat beberapa omega segera menyambut kedatangannya. Raut wajah mereka bermacam macam, bingung hingga khawatir melihat wajah Lily yang sangat pucat.
"Aku ingin ke kamarku sekarang"
Tubuh gadis itu seketika terhuyung. Namun dia tetap memaksakan dirinya untuk berjalan, mengabaikan omega yang berniat membantunya sedari tadi.
"Dimana kakak?"
Para omega itu saling bertatapan, senyuman tulus terukir di wajah mereka, "Alpha sedang menemani Luna di kamarnya.."
"Luna? Kakak sudah menemukan matenya?" tanya gadis itu dengan senyuman riang yang tidak dapat disembunyikannya.
Tentu saja dia tahu seberapa antusias kakaknya itu saat menceritakan tentang calon matenya kelak. Tatapannya yang tajam selalu terlihat teduh ketika membicarakan sosok rupawan matenya, seakan gadis itu kaca yang rapuh jika disentuh sedikit saja.
"Aku ingin menemui kakak sebentar---"
Namun lagi dan lagi tubuhnya segera terhuyung, tidak kuat menahan bobot tubuhnya, mungkin karena dia belum memakan makanan apapun sedari pagi.
"Lebih baik nona beristirahat terlebih dahulu.. Alpha pasti sedih melihat kondisi Nona yang seperti ini"
"Tidak aku---"
"Jangan keras kepala"
Tubuh gadis itu seketika melayang diatas udara. Dia mengerjapkan matanya berulang kali, berusaha mencerna apa yang terjadi.
"Dylan, turunkan aku, aku serius"
Pria yang dipanggil Dylan itu hanya mengedikkan bahunya acuh, "Pasti kau ingin berlari ke tempat Alpha bukan?" tanyanya dengan nada menuduh yang menyebalkan.
Untuk beberapa saat dia terdiam, tampak menimbang nimbang sesuatu, "Tolong jangan beritahu Alpha kedatangan Nona Lily kemari, dia masih belum terlalu sehat"
Para omega itu mengangguk, "Baik Tuan"
Tatapannya beralih kearah Lily yang masih sibuk meronta di dalam dekapannya, walau hasilnya sudah pasti sia sia, mengingat setiap hari Dylan memang berlatih bersama warrior lainnya.
Sudah bisa dipastikan otot sixpack pasti tercetak di perutnya.
"Meronta pun tidak akan kulepaskan gadis nakal"
"Kyaaakk!!!" teriak Lily histeris ketika Dylan dengan cepat berlari menyusuri lorong ruangan, mengabaikan puluhan pasang mata yang bertanya tanya saat melewati mereka.
Tuk!
Langkah pria itu seketika terhenti di sebuah pintu bernuansa feminim. Menekan kenopnya cepat sebelum beringsut masuk kedalam ruangan. Membaringkan tubuh Lily yang masih menegang kaku diatas ranjang queen sizenya.
"Memangnya aku terlalu bar bar tadi?" tanya pria itu serius sembari memberikan segelas air putih di tangan Lily.
Pupil gadis itu bergetar, menatap seseorang dengan wajah tanpa dosa dihadapannya.
Plak!
Sebuah pukulan melayang di wajah tampannya, membuatnya sontak terbelalak kaget.
Gadis itu langsung merebut gelas berisi air putih itu dari tangan Dylan, menenggaknya terburu buru hingga tersedak.
"Ahk! Uhk!"
"Pelan pelan.." ucapnya pengertian sembari mengusap punggung Lily. Berniat menenangkannya, walau yang empunya punggung masih menatapnya dengan tatapan menuduh.
"Dasar cabul, kuberitahu kakak mati kau" desisnya galak sembari menepis kasar tangan Dylan. Walaupun begitu, gurat sedih gadis itu kini perlahan sudah mulai menghilang, digantikan dengan tingkahnya yang menggemaskan.
"Alpha sudah memberikan hak asuh penuh atas dirimu padaku" balasnya dengan seringai kemenangan yang sangat menyebalkan.
Pria itu menghela nafasnya pelan, dia mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang, menaikkan selimut tebal itu hingga batas leher, "Sudah, sekarang tidur..kau sudah lelah menangis bukan? Ayo aku akan menemanimu gadis kecil" ucapnya lembut, namun tersirat nada tegas tak terbantahkan.
Bagaimanapun juga dia adalah seorang gamma.
Tugas melatih para delta dan warrior memang mengharuskannya untuk berlaku keras. Yang dilakukannya saat ini kepada Lily tidak lain adalah nada terlembut yang pernah dia keluarkan.
Beruntung gadis itu tidak membantah, jika iya maka sudah dipastikan pria itu memaksanya dengan tegas. Atau terlebih, yang paling dibencinya, tidak sengaja melukai Lily.
"Aku mengerti.."
Lily mengangguk lemas, dia memejamkan matanya perlahan berusaha melenggang menuju alam mimpi.
Beberapa menit kemudian, terdengar dengkuran halus dari bibir mungil Lily, menandakan dia tengah tertidur pulas.
Lenguhan pelan keluar dari bibirnya saat merasa tangan kasar itu berhenti membelai puncak kepalanya, membuat hatinya seketika hampa.
"Mmh.." gumamnya pelan, dia sedikit mengernyitkan keningnya, tangan mungilnya berusaha meraih kembali tangan besar yang kasar itu, bermaksud meminta sentuhan hangat itu lagi diatas kepalanya.
Dylan hanya tertawa kecil melihat tingkah Lily yang menurutnya menggemaskan. Dia tentu sangat tahu sifat Lily yang memang sangat dewasa dan penurut.
Merasa Lily sudah tertidur pulas, Dylan kembali beranjak dari sisi ranjang. Berjalan keluar, dia harus memberitahu Samuel tentang keadaan hari ini, sekaligus melapor semua yang terjadi.
Alpha mereka.. Pasti akan mengamuk saat ini.
