Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bukan Bayi

Juan pulang kantor agak telat, pekerjaan menahannya lebih lama. Pukul 18.25 WIB ia baru tiba di apartemen. Tidak tampak Hana di ruang tamu atau di ruang makan. Namun makan malam telah tersaji di meja makan.

"Hanaaaaaaaaaa," panggil Juan akhirnya.

Gadis itu keluar dari kamarnya dan buru-buru menghampiri Juan. "Mas Juan sudah pulang dari tadi? Maaf saya tadi sibuk menggosok pakaian."

"Baru saja, Hana. Apa kamu sudah makan malam?" tanya Juan sambil melepaskan dasi dan kaus kakinya.

"Belum, kan saya nungguin Mas Juan."

"Lain kali kamu bisa makan dulu kalau saya pulang telat." Juan bangkit, menuju meja makan.

"Iya, Mas."

"Masak apa kamu? Ini salmon?"

"Iya, itu salmon tuturuga, Mas. Saya dapat resep dari Nyonya tadi."

"Loh, mama ke sini?" Juan bertanya sambil menatap Hana tajam.

"Iya, setelah Mas Juan berangkat, Nyonya tiba di sini."

Juan mengusap mukanya dengan tangan. "Mama tidak bilang macam-macam 'kan ke kamu?"

"Tidak, Mas. Cuma mengajari saya masak saja."

"Baiklah, kita makan malam yuk. Saya sudah lapar." Juan menarik kursi lalu duduk di tempat biasanya ia makan.

Hana menyendokkan nasi ke atas piring Juan, tak lupa ia menyiapkan segelas air putih dan buah anggur di piring kecil untuk sang majikan. Usai itu Hana pergi ke dapur lagi untuk menyantap makanannya sendiri.

Juan tidak menyentuh makanan di meja karena menunggu Hana kembali. Ia pikir Hana ke dapur untuk mengambil makanan atau sesuatu yang lain. Namun bermenit-menit berlalu pembantunya yang gesit itu tak pernah kembali. Juan akhirnya ke dapur menyusul Hana. Ternyata si pembantu lagi khusyuk makan lesehan di lantai dapurnya.

"Hana ... apa yang kamu lakukan di sana?"

"Makan, Mas. Kan tadi Mas Juan ngajak saya makan malam."

"Ya tapi ... kenapa kamu tidak makan di meja makan, Han?" Juan mempertanyakan sikap Hana yang tiba-tiba memilih makan sendiri. "Terus kenapa lauk kamu beda sama lauk saya?"

"A-anu, Mas. Tadi itu---"

"Sudah-sudah, pindahkan semua makanan kamu ke meja makan. Kita makan dan bicara di sana."

Juan menunggu Hana di meja makan mewahnya yang berpelitur putih dan dilapisi kaca. Hana membawa mangkuk berisi sayur dan piring berisi lauk miliknya ke meja makan. Kemudian kembali ke dapur untuk mengambil piring makannya.

"Kamu masak untuk saya salmon dan tumisan asparagus? Lalu apa yang kamu makan itu, kenapa beda dengan yang saya makan?" Juan memulai sesi interogasi.

"Kata Nyonya, saya harus masak untuk diri saya sendiri, Mas."

"Ckck, lantas kamu mendengarkan perintah mama?"

"I-iya, Mas."

"Majikan kamu itu saya, Hana. Saya tidak suka kamu masak sendiri-sendiri. Kamu harus makan apa yang kamu masak untuk saya. Kita makan berdua di meja makan ini, berbagi apapun yang ada di meja."

"Tapi bahan makanan Mas Juan mahal-mahal, premium. Saya ndak enak hati makannya."

"Jangan teracuni perkataan mama. Mulai sekarang kamu hanya boleh mendengarkan saya. Lagipula kamu tidak capek memangnya masak dua kali? Pekerjaan kamu banyak Hana, apalagi nanti kalau kamu sudah mulai kuliah. Semua akan semakin berat untuk kamu."

Hana akhirnya menyetujui pendapat Juan. Mereka mulai makan.

"Kamu tidak makan salmonnya?" Juan bertanya sambil mengambilkan potongan besar salmon ke piring Hana.

"I-ini terlalu besar, Mas."

"Tidak apa-apa, kamu harus banyak makan. Oh iya, itu apa?" Sekarang Juan mengambil lauk Hana, mencoba mencicipi gorengan kecokelatan yang bentuknya mirip tai kucing.

"Jangan di makan, Mas!"

"Kenapa?"

"Ada micinnya," lirih Hana merasa bersalah.

Juan tetap mengunyah dan menelan dengan santainya. "Enak juga, ini namanya apa Han? Saya belum pernah makan lauk seperti ini seumur hidup saya."

"Itu mendol, Mas. Gampangnya itu kayak perkedel tapi terbuat dari tempe. Nikmat banget kalau di makan pakai sayur bening dan sambal terasi."

"Oh, ya? Wah, padahal di makan gini aja udah enak loh. Coba besok kamu buatkan lengkap dengan sayur bening dan sambalnya, saya mau cobain."

"Tapi besok weekend, bukannya Mas Juan makan di rumah Nyonya kalau weekend?"

Juan mengangguk, ia hampir lupa besok adalah Minggu. Harusnya hari ini ia juga libur, tapi apa boleh buat, pabrik sedang membutuhkan dirinya. Jadi ia terpaksa datang tak peduli hari ini adalah hari Sabtu. "Gini saja, saya sarapan di sini, lalu makan siang dan makan malam di rumah mama. Jadi kamu tetap masak untuk sarapan, ya."

"Siap, Mas. Tapi beneran Mas Juan boleh dikasih makan mendol? Soalnya tadi pagi Nyonya marah besar pas tahu saya kasih Mas Juan ikan asin."

Juan terkekeh. "Saya bisa dan boleh makan apa saja, Hana. Saya bukan bayi!"

***

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel