Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 4

Lamunan sang dokter rupanya terlalu lama terjadi, sehingga sebuah pertanyaan yang nyonya Merra lontarkan terasa seperti angin yang bertiup sambil lalu. Karena sedikit kesal, tuan Yash mencoba untuk mengembalikan sang dokter ke dunianya dan ia pun kebingungan di sana.

“Anda melamun, Dok? Istri saya sejak tadi sedang bertanya. Jika Dokter sedang sakit, sebaiknya konsultasi ini ditunda saja dulu. Anda tahu ‘kan kegiatan kami berdua ini sangat padat? Jadi kami tak punya banyak waktu menunggu Anda selesai melamun!” tegas Yash, membuat Rahul tertegun.

“Yash, jangan seperti ini!” sahut Merra saat mendengar gerutuan suaminya.

Tuan Yash Chopra memang terkenal jauh lebih dingin dan kaku di depan orang lain selain Nyonya Merra, sehingga Rahul sedikit tersulut emosi di sana.

Ia akhirnya tak lagi mau memedulikan keutuhan rumah tangga kedua pasangan tersebut dan ide gila yang ada di otak Rahul, mencelos begitu saja tanpa ia pikirkan lagi dampak negatifnya.

“Maafkan saya, Tuan Yash Chopra. Saya hanya sedang bingung saja harus menyampaikan solusi ini atau tidak pada Anda berdua. Sebab ini terlalu beresiko. Namun ini adalah jalan yang menurut saya terbaik, apabila memang ingin memiliki anak dari keturunan anda sendiri,” ujar Rahul sedikit menyeringai.

Ia sengaja menggunakan kata-kata bernada lembut dalam melancarkan aksinya, dengan tujuan setelah ini tuan Yash Chopra akan meradang.

"Bagaimana caranya, Dok? Katakan pada kami apa solusi itu!” tanya nyonya Merra begitu penasaran.

Sementara tuan Yash hanya diam, namun dokter Rahul sangat mengetahui jika pria itu juga penasaran akibat kening datarnya yang berkerut.

“Baiklah, saya akan mengatakannya. Tapi apa yang saya utarakan nanti, bukanlah saran yang baik. Yah, tergantung bagaimana anda berdua menyikap—”

“Tolong jangan bertele-tele, Dokter Maholtra! Katakan saja langsung apa yang ada dalam pemikiran anda!” sanggah Yash sungguh semakin membuat Rahul meradang dalam hati.

Dengan menyembunyikan seulas seringai licik, Rahul pun mulai mengurai beberapa opsi dan ia pikir itu akan membuat tuan Yash Chopra semakin meradang.

“Seperti yang kedua orang tua Anda katakan tadi, Anda bisa mencari wanita lain yang sehat kandungannya. Hamili dia dan buat saja surat kontrak kerja sama padanya. Jika Anda hanya memperkerjakan wanita itu sampai anak dari keturunan Anda sudah lahir. Gampang, kan? Atau An—"

BRAKKK...!

“Apakah Anda ini memang seorang Dokter, hah?! Bagaimana bisa Anda menyarankan hal negatif itu padaku, Dokter Maholtra?! Kau ingin—”

“Cukup, Yash! Jangan membuat keributan di sini. Dokter Maholtra belum selesai berbicara tadi. Sebaiknya kau dengarkan dulu apa yang akan ia katakan lagi.”

Pertengkaran pun semakin terjadi di sana dan perang statement antara pasangan suami isteri dari keturunan Chopra yang sangat terkenal sebagai dua pasangan CEO sebuah perusahaan besar di Mumbai, semakin membuat Rahul Khan Maholtra merasa sangat gemas.

“Aku tidak butuh konsultasi gila dengan Dokter seperti ini, Merra! Cepat kita pergi dari sini sekarang!” teriak Yash Chopra mendorong kursi yang ia duduki.

Dengan sangat kasar ia menarik pergelangan tangan sang istri, agar segera keluar dari ruangan itu. Sementara Rahul yang mulai geram melihat tingkah kasar Yash, akhirnya sekali lagi membuka suaranya di sana.

“Atau Anda bisa mengikuti program bayi tabung seperti yang Nyonya Chopra katakan tadi, Tuan Yash! Cari saja wanita lain yang rela meminjamkan rahimnya di luar sana, agar ia dapat memberi tempat bagi embrio yang sudah matang hasil dari sel sperma dan sel telur Anda berdua. Anda tinggal menawarkan sejumlah uang pada wanita itu kemudian menyuruhnya untuk menandatangani kontrak tutup mulut. Lalu apabila ia tidak dapat menjaga rahasia pribadi ini, maka Anda bisa mempidanakannya!”

Mendengar hal tersebut, langkah kaki keduanya pun terhenti seketika dan segera membalikkan tubuh mereka.

“Jika begitu?! Anda saja yang mencari wanita itu, Dokter Maholtra! Saya tidak ingin mengambil resiko! Bila Anda lelaki sejati, jelas Anda tidak akan mungkin menyarankan hal-hal yang—”

“Tidak, Yash! Apa yang Dokter Maholtra katakan ada benarnya. Kita akan mencari ibu pengganti itu, Yash. Aku akan mendapatkan wanita yang mau meminjamkan rahimnya padaku selama sembilan bulan. Apa pun akan aku berikan untuk dia, bila memang hanya itu jalan terbaik agar aku bisa memiliki keturunan!”

“Merra, apa kau sudah—”

“Iya! Aku memang sudah tak waras lagi, Yash! Apa kau ingin tahu bagaimana rasanya dihina hanya karena tak bisa memberikan Suaminya keturunan dan hidup di ambang kesedihan karena tak lagi memiliki rahim?! Sakit, Yash! Itu sangat sakit!” teriak Merra Chopra bersama air matanya yang bercucuran.

Dengan memeluk erat tubuh kesakitan sangat istri, Yash Chopra pun luluh dengan permintaan yang sangat tidak ingin ia setujui itu, “Baiklah, Dokter Maholtra. Tolong lakukan yang terbaik untuk Merra-ku. Jika Anda bisa berbuat lebih, sebaiknya Anda saja yang mencarikan wanita yang rela meminjamkan rahimnya pada kami berdua.” 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel