Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Mendesah

Alena diam seperti boneka Barbie yang sedang dilecehkan oleh pria mesum.

Laki-laki itu terus menerus merayapi setiap inci tubuh nya dengan begitu liar.

Alena hanya bisa mendesah dan menggelinjang saat sesuatu yang hangat menempel pada bagian tengah selangkangannya.

Air matanya berjatuhan tak terkendali.

Dia benar-benar tidak bisa merasakan rasa apa yang ada dalam dirinya.

Ini terlalu melayang bagi nya yang baru pertama kali merasakan kenikmatan itu.

Alena tidak bisa berbohong tubuhnya menginginkan terus-menerus sentuhan itu, tetapi dia masih sadar jika itu tidaklah baik untuk nya dan ingin segera menyingkirkan pria yang telah kurang ajar padanya ini.

Pria itu mulai melepas kedua tangan Alena dan fokus pada bagian inti milik Alena.

"Ah… shhh" Alena mencoba menahan diri untuk tidak mendesah tetapi sayangnya semua itu begitu sulit bagi nya. Membuat suara itu lolos begitu saja dari bibir tipis nya.

Alena menggigit bibir bawah nya, agar tidak bisa mengeluarkan suara lagi.

Alena meremas rambut pria yang berada di bawah kedua kakinya dengan begitu erat.

Menjambaknya dengan penuh kekuatan, di saat sesuatu yang hendak meledak itu tiba-tiba ditarik begitu saja.

Seakan ada yang hilang dalam sekejap, ia belum selesai mencapai puncaknya dan hampir sedikit lagi mencapai semua itu.

Alena benar-benar marah pada pria yang malah menarik lidahnya kembali disaat dia hampir melayang.

" Kau menginginkan puncakmu sayang... " tanya pria yang berada di tengah-tengah kakinya.

Suara nya terdengar begitu lembut.

Alena diam beberapa saat, lalu segera menganggukan kepalanya dengan pelan berucap " ya"

Dia terlalu munafik jika tidak menginginkan pucak itu selesai.

Alena ingin merasakan, bagaimana rasa nya mencapai semua itu.

Pria itu tersenyum, tetapi sayang Alena tidak bisa melihat senyum pria tampan yang mungkin sebentar lagi akan melahap semua bagian-bagian tubuhnya yang membuat sang pria begitu menginginkan nya.

" Tetapi sayangnya aku sudah tidak tahan lagi, untuk masuk kedalamnya." Setelah berucap pria itu kembali menindih tubuh Alena yang kembali berontak.

Dia merasa dibohongi dengan ulahnya.

Alena begitu marah dan kembali memukul dada bidang yang sudah tidak memakai apapun.

" Bajingan, kau benar-benar pria sialan… aku tidak rela jika harus tidur dengan mu… " teriak Alena.

Pria itu sama sekali tidak peduli dengan umpatan kasar yang keluar dari mulut Gadis yang sebentar lagi akan ditembus olehnya.

Mencium leher Alena memberinya beberapa tanda merah.

Ting..

Tepat di jam dua belas malam.

'Selamat ulang tahun Alena' batin Alena dengan mata terpejam

Bless…

Sesuatu yang begitu besar itu masuk dengan begitu kesusahan, tetapi akhirnya berhasil ditembus olehnya

Alena meraung dengan begitu keras, dengan air mata yang tak bisa dikendalikan lagi.

Begitu sakit dan menyakitkan bagi Alena disaat pria yang menindih tubuh nya berhasil menembus kesucian yang selama ini dijaga nya,harus terenggut dengan begitu mudah nya oleh pria yang tak di kenal nya.

Disaat hari ulang tahun yang seharusnya membahagiakan untuknya dan hadiah ulang tahun yang begitu indah, malah menjadi hal yang begitu menyedihkan dan menyakitkan.

Ia benci dengan hari ulang tahun nya yang ke 19 tahun, tidak ada kebahagian untuk nya.

Hanya luka yang akan membekas sampai nanti.

Alena berharap semua ini adalah sebuah mimpi baginya.

Namun itu terlalu nyata baginya untuk mengakhiri mimpi buruk yang begitu menyakitkan untuk nya disaat pria yang menindih tubuhnya mulai memainkan pinggul nya dengan begitu liar.

Sakit, hanya itulah yang dirasakan Alena.

Dia tidak bisa menikmati semua itu, pria yang berada di atas tubuhnya tidak ingin Alena merasakan kenikmatan itu secara bersamaan.

Karena dia pikir Alena hanya seorang wanita jalang yang tidak pantas untuk dihormati.

Jika ingin dihormati, dia tidak akan mungkin menjual mahkotanya pada seorang pria.

" Mendesah lah!" Titah nya disaat Alena tidak pernah mendesah lagi.

Bagaimana mungkin dia mendesah, tapi tidak dapat menikmati sedikit pun.

Hanya rasa sakit yang dia rasakan, sehingga dia memilih diam layaknya mayat hidup, tak berdaya sama sekali.

Sedangkan pria itu mulai geram dengan Alena yang terus saja diam.

Meringis, karena merasakan rasa sakit pun tidak sama sekali.

Alena tetap menahan rasa sakit itu.

Bahkan dia sama sekali tidak ingin melihat ke arah mata pria yang kini sedang menatap tajam wajah nya.

Padahal penglihatan pria itu buram tidak bisa melihat jelas wajah Alena yang ditiduri nya, tetapi dia berusaha untuk melihat wajah Alena.

Setidaknya ada sedikit bayangan yang terlihat di matanya.

" Sungguh pria menjijikkan." Ucap Alena tanpa melihat pria yang kini begitu marah karena perkataan Alena.

" Berani nya kau menyebutku pria menjijikkan. Apa kau tau siapa aku." Bentak nya lalu mencekik leher Alena.

Membuat gadis itu tidak bisa bernafas, sangat sulit untuk bisa bernafas karena pria di hadapan nya mencekiknya dengan begitu kuat.

Sehingga Alena hanya bisa berusaha untuk melepaskan tangan pria yang sedang mencekik nya itu.

Tetapi begitu sulit untuk melepaskan pria itu dari lehernya.

Alena ingin membuka mulutnya dan berbicara, tetapi sangat kesulitan.

'Ibu jika aku mati hari ini tolong maafkan aku' batin Alena.

Dia sudah tak sanggup lagi untuk bisa bermanfaat dan mendapatkan oksigen dengan normal.

Sangat sulit dijelaskan rasa cekikan yang begitu keras.

Mata Alena mulai mengelap.

Tidak masalah jika dia mati pada hari ini mungkin ini sudah takdir nya.

Mati dalam keadaan seperti ini.

Alena yang hampir saja sekarat, tiba-tiba bisa kembali bernafas dengan terengah-engah.

Matanya kembali terbuka dan melihat mata pria yang kini sedang menatap nya dengan marah.

" Aku belum selesai, jadi kau tidak boleh mati. sebelum aku menuntaskan milikku ini." Ucapnya sambil kembali memainkan pinggang nya naik turun.

Dan mencium leher Alena yang begitu terasa sakit karena bekas cekikan nya.

Alena hanya diam tak berani berbicara.

Dia hanya menangis dalam diam.

" Mendesah atau aku akan mencekikmu kembali." Ancamnya.

"Bagaimana aku bisa mendesah, kau bahkan tidak memberiku sedikit pun kenikmatan." Ucap Alena dengan begitu pelan karena takut salah berucap.

" Kau, hanyalah wanita murahan. Tidak pantas mendapatkan kenikmatan itu. Tetapi aku akan membuatmu mendesah dan terus memohon padaku." Setelah berucap, pria itu benar-benar membuat Alena begitu kesakitan dengan hantaman yang begitu dalam. Seakan rahim nya sedang di koyak-koyak dengan sesuatu yang membuatnya tak bisa menjelaskan bagaimana rasanya.

Rasa sakit di sekitar miliknya mendadak hilang dan tergantikan dengan rasa sakit yang ada di dalam perut nya begitu dalam, di hantam terus menerus.

"Aah…. Hentikan… sakit… "

" Pelan-pelan ku mohon ah… " rancau nya.

Pria itu menyeringai dan malah semakin mempercepat nya.

Sesekali dia juga mendesah menikmati tubuh wanita yang berada di dalam kendali nya.

Sangat nikmat.

Dia menyukai tubuh wanita ini, begitu harum, walaupun keringat mulai membanjiri tubuh nya.

Membuatnya merasa begitu nyaman.

Gadis yang sekarang berada di bawah kungkungan nya, dia cukup baik dibandingkan wanita-wanita yang dipesan sebelum nya sangat memuakkan.

Tetapi, tetap saja karena kebutuhan nya.

ia memesan wanita disaat dia membutuhkan nya untuk menyalurkan miliknya.

Namun hanya digunakan untuk sekali pakai.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel