Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Suara cuitan burung di luar balkon terdengar riuh cahaya yang menembus ke dalam kamar cukup membuat Vale mengerjapkan matanya yang baru bangun dari mimpinya.

Tak jauh darinya ada sosok pria yang sedang memandangnya tanpa berkedip. Kedua mata mereka saling berpandangan dan Vale lah yang pertama memutus pandangan tersebut.

"Mandilah ikut bersamaku ke kantor."

"Untuk apa bukannya sekarang kau yang akan menjadi bosnya."

"Kau akan mengetahuinya setelah tiba di sana. Bersiap-siaplah aku menunggumu di bawah kita sarapan bersama."

Setelah melihat Alan pergi dari kamar, Vale bergegas mandi dengan cepat karena dia juga penasaran dengan ucapan pria itu.

Di atas ranjang ada stelan pakaian kantor untuknya. Blouse berwarna biru dan rok span berwarna hitam. Terlihat sangat sopan karena itu yang diinginkan Alan. Setelah mengecek beberapa riasan di wajahnya Vale keluar dan turun menghampiri Alan yang sejak tadi sudah menunggunya.

Tapi baru beberapa langkah kakinya tertahan tanpa mau digerakkan matanya terbelalak melihat Alan yang sedang asyik mencumbu seorang wanita muda dipangkuannya.

Alan yang sejak tadi mendengar suara langkah kaki Vale hanya cuek dan tetap melakukan hal menjijikan di depan Vale. Tanpa berkata-kata Vale dengan tubuh gemetar menahan kesal berusaha tenang duduk di kursi makan tanpa menghiraukan mereka.

"Sayang kau tunggu di apartemen nanti aku menyusul."

"Janji ya aku akan menunggumu nanti malam. Aku akan memberikan service yang memuaskan," bisik wanita itu terdengar mendayu-dayu membuat perut Vale terasa mual.

"Ya pergilah, ayo ku antar ke luar," titah Alan sambil menepuk bokong sintal wanita muda itu yang cara berpakaiannya seperti orang kekurangan bahan.

"Well, Nona Vale silahkan nikmati sarapanmu setelah ini kita akan ke kantor. Ayo sayang aku antar ke depan."

"Ok honey," ucap wanita muda itu tanpa menghiraukan tatapan tak suka Vale.

Vale tak menyentuh sedikitpun makanan yang terlihat lezat yang disajikan di hadapannya. Perutnya tiba-tiba kenyang karena ulah Alan yang sudah keterlaluan. Pria itu selalu mempermainkannya sejak dulu.

"Kenapa kau tidak penah berubah, aku yang bodoh terlalu lama meratapi kesedihanku sedangkan kau hanya sibuk dengan para wanitamu itu miris sekali nasibku," ucapnya sendu sambil menatap nanar dua manusia yang masih asyik bermesraan di luar tanpa terganggu dengan kehadirannya.

Alan merasa kacau karena tadi pagi dia sudah menerima laporan dari Abizar tentang kekasihnya. Wanita itu diam-diam, memelihara seorang model pria di Itali.

Kebetulan sekali ada Jeni yang datang kerumahnya seorang wanita muda yang haus kenikmatan darinya. Jeni menyerahkan dirinya di saat Dia masih perawan. Dia memerlukan biaya rumah sakit untuk Ibunya. Tapi dengan syarat wanita itu hanya boleh ditiduri Alan. Karena pria itu selalu ingin bersih tanpa ada penyakit apapun di masa mendatang.

Setelah mengantarkan Jeni masuk ke dalam mobil Alan kembali masuk ke dalam rumah melihat Vale yang tak menyentuh makanannya. Wanita itu hanya meminum jus jeruk yang terlihat sudah setengah diminumnya.

Tak mau membuat mood wanita itu semakin parah Alan mengajaknya masuk ke mobil. Di dalam perjalanan Alan sibuk memeriksa iphadnya sedangkan Vale sibuk membalas pesan dari Gerald teman dekatnya dengan wajah berseri-seri. Alan yang kesal langsung merampas ponsel Vale kemudian memasukan ponsel itu ke saku celananya.

"Apa yang kau lakukan! Jangan lancang kembalikan ponselku!"

"Tidak... Jangan harap kamu bisa mendapatkan kembali ponselmu selama bersamaku!"

"Aku tidak memintanya kau saja yang memaksaku bersamamu."

"Apa hubunganmu dengan pria itu?"

"Ck... Jangan campuri urusanku yang jelas hubungan kami sangat spesial. Dia itu teman dekatku selama di London kami selalu bersama dan..."

"Berhenti! Keluar kalian!" teriak Alan kepada sopir dan asistennya sengaja memotong ucapan Vale.

Setelah menepikan mobil tanpa menunggu lama-lama asisten dan sopirnya keluar dari dalam mobil.

Alan melonggarkan dasi yang sejak tadi agak mencekik lehernya. Dia membuka jas dan kancing kemeja tangannya dan menggulungnya sampai ke siku. Suasana di dalam mobil seketika mencekam bagi Vale melihat Alan yang tak biasanya dengan wajah yang terlihat menakutkan.

Alan mencodongkan wajahnya begitu dekat dengan wajah Vale yang sudah mentok di dekat jendela kaca pintu mobil. Dengan sekali tarikan wanita itu sudah berada di atas pangkuan Alan.

"Kau mau apa jangan macam-macam Alan," peringat Vale dengan wajah cemasnya.

Alan mengendusi ceruk leher Vale dengan hidungnya. Pria itu begitu menikmati wangi tubuh Vale. Tangannya membuka kancing depan blouse Vale.

"Jangan banyak bergerak kalau tak ingin aku melakukan lebih dari ini. Diamlah!" titahnya. Bukan hanya mencumbu leher putih Vale tapi Alan memainkan bagian atas Vale sampai membengkak. Wanita itu hanya meringis menahan lenguhan dari bibirnya. Dia sungguh risih melihat pria itu berlama-lama menikmati bagian atas tubuhnya.

Sudah puas menikmati making outnya Alan merapihkan kembali pakaian Vale dan dirinya. Pria itu meminta sopir dan asistennya masuk melanjutkan perjalannya ke kantor.

Sepanjang jalan menuju kantor tangannya terus memainkan rambut Vale yang dipaksa bersandar di dada bidangnya. Sambil mengecup kepala Vale dengan lembut Alan berkata. "Kalian, antarkan Nyonya kalian kembali ke rumah pastikan keselamatan wanitaku terjaga."

"Apa katamu? Kenapa menyuruhku kembali ke rumah?"

"Kenapa hem... tak ingin jauh dariku?"

"Jangan membual aku sedang serius tadi kamu bilang aku harus ikut ke kantor."

"Ya memang, tapi nanti saja ke kantornya kebetulan aku ada meeting dengan perusahaan film. Sangat urgent lain kali saja kau ikut ke kantor, hem."

"Up to you, Tuan Alan. Sekarang kembalikan ponselku," pinta Vale sambil tangannya terbuka tutup.

Alan mengecup punggung tangan Vale lalu berkata. "No! Hukumanmu belum selesai tunggu sampai aku pulang ke rumah. Dan kaupun harus menyambutku dengan baik, bagaimana Nona Vale?"

"Kata-katamu terdengar mengancam tuan Alan. Tentu aku tidak akan pernah menurutimu."

"Jangan percaya diri dulu Nona Vale. Aku tidak seingin itu menidurimu. Tapi kau harus sadar diri dengan pertolonganku yang sudah mengakuisisi perusahaanmu agar tidak jatuh ketangan orang lain. Jangan anggap aku perhitungan tapi anggaplah aku sedang beramal," seloroh Alan yang terkekeh geli melihat Vale yang kesal dibuatnya.

Vale yang kesal langsung membuang wajahnya ke samping memandang jalanan Ibu kota yang sangat padat dengan mobil. Pikirannya kian berkecamuk di otaknya memikirkan bagaimana caranya keluar dari genggaman mantan suaminya.

***

Sementara itu di negara lain Violet yang sedang asyik bercinta di depan perapian dengan liar. Pria muda berusia dua puluh tahunan seorang model baru di Italia diam-diam menjalin kasih dengan Violet.

Suara benturan kedua paha menggema di dalam apartemen mewah pria itu tepatnya di depan perapian yang sengaja dinyalakan membuat suasana semakin panas. Sudah berkali-kali Violet merasakan klimaks dari pria muda tampan selingkuhannya.

Awal pertemuannya dengan Boy di Itali membuat wanita itu berpaling dari Alan. Pria muda yang sangat tampan dengan tubuh profesionalnya sebagai model papan atas yang digandrungi para gadis remaja dan wanita dewasa sepertinya. Kini sedang bertukar peluh menikmati kenikmatan surgawi bersamanya.

"Put it in deeper baby, you're crazy making me fly... Owh shit! Deeper darling you are so strong!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel