Bab 2
"Kau harus menuruti apa yang ku mau selama Violet tidak berada disisiku. Calon istriku itu sedang berada di Itali selama tiga bulan karena ada pekerjaan di sana. Kau tentu tahu kebutuhan biologisku selama kita masih menjadi suami istri dulu."
"Aku bukan pelacurmu simpan saja uangmu itu," ucap Valeri dengan tatapan tajam kepada Alan.
"Nona Valeria kenapa kau masih saja keras kepala. Aku menawarkan keuntungan untukmu. Kau akan bahagia dan perusahaan Kakekmu itu akan aman. Apa kau tahu hutang Ayahmu sangat menumpuk. Beberapa para investor menarik uangnya. Dan kau jangan lupa Ayahmu juga berhutang banyak kepadaku," urai Alan dengan tenang duduk di atas meja kerjanya sambil melipatkan kedua tangannya.
"Kau sudah gila! Aku tidak akan pernah mau menerima tawaranmu sudah cukup kita pernah mengenal. Jadi jangan sok baik untuk menolongku. Kalau kau ingin hartaku maka ambil saja. Aku tidak perduli lagi permisi," jawab Valeria dengan wajah datarnya lalu pergi dari ruangan itu tanpa memakai gaun yang diberikan Alan.
Alan melihat kepergian Vale dari ruangan kerjanya lewat cctv yang berada dilaptopnya sampai wanita itu benar-benar keluar dari perusahaannya. Melihat wajah Tuannya yang tiba-tiba keruh kaki Weni beringsut melangkah keluar ruangan itu. Tentu dia tahu apa yang tuannya rasakan.
'Kau sudah berubah menjadi wanita yang tegar dan cantik. Pesonamu membuat hatiku berdebar sejak melihatmu di London. Maafkan kalau aku membuatmu seperti ini,' batin Alan berkata.
Tiga bulan yang lalu...
Waktu perjalanan bisnis ke London Alan tak sengaja melihat Vale bersama seorang pria. Seorang pengusaha berdarah bangsawan. Hatinya panas melihat kedekatan mereka berdua. Mantan istri yang selama ini sudah dia lupakan kini menjelma seperti bidadari yang sangat cantik. Hingga timbullah konspirasi penjebakan kepada mantan mertuanya yang membuat perusahaan besar itu tumbang.
Alan yang tahu Vale sengaja menghindarinya otaknya langsung berpikir keras untuk mendapatkan kembali wanita itu. Apalagi di depan matanya tangan pria itu bertengger dipinggang ramping mantan istrinya selama bicara kepada rekan-rekan bisnis lainnya.
Sebagian tamu yang tahu mereka dulunya pernah menjalin hubungan spesial mencoba menebak bahwa akan ada kabar huru hara setelah ini karena mengingat Alan Chester Clark bukannya pria sembarangan. Wajahnya yang tampan usianya yang masih muda sudah merajai kerajaan bisnis yang sukses di bidang hotel, pariwisata, properti, bar dan rumah produksi film ternama. Tak heran kalau pernikahannya hanya bertahan satu tahun saja karena perangainya yang player membuatnya tak bisa setia dengan satu wanita saja.
Kedekatannya bersama artis yang sedang naik daun saat itu menjadi awal mula perceraiannya dengan Vale. Violet disebut-sebut sebagai wanita yang beruntung karena sampai sekarang wanita itu masih dipertahankan menjadi kekasih Alan.
Tanpa ada banyak yang tahu kalau sebenarnya Alan sudah mulai bosan kepada wanita itu. Violet memang cantik tapi wanita itu terlalu menguasai Alan.
Pertemuannya dengan Vale selama tiga tahun yang lama tidak bertemu membuat hatinya berdebar-debar dengan gejolak api cemburu melihat wanita itu bersama pria lain.
Dari kejauhan Alan melihat Vale ditinggalkan pria yang datang bersamanya. Tanpa ragu Alan mendekati Vale yang membelakanginya. Seorang pengawal yang menjaga Vale langsung ditahan oleh pengawal Alan agar menjauh. Alan membisikkan sesuatu kepada Vale yang membuat wanita itu langsung membeku.
"Apa kabar mantan istri kenapa selalu menghindar dariku, hem..."
Sontak saja Vale membalikkan tubuhnya. "Alan! Pergi kau, jangan mengacau!" ucapnya pelan tapi dengan wajah protesnya.
"Akh... Ku pikir kau tidak mengenaliku. Emm... Tentu saja kau tidak akan lupa denganku setelah banyak kenangan manis yang telah kita lalui."
"Dasar sinting! Enyahlah jangan merusak suasana hatiku, sudah tidak ada lagi urusan apa-apa di antara kita. Kau dengan kekasihmu aku dengan kekasihku."
Mendengar kata kekasih wajah Alan menjadi datar dan dingin. Alan menatap Vale dari atas sampai bawah membuat wanita itu risih olehnya.
"Kau sangat menantang Nona Vale, tentu... Kita berdua tak ada lagi urusan . Tapi ku pastikan sebentar lagi ke depannya akan ada urusan yang sangat mengikat di antara kita, cerita kita belum usai Vale," ucap Alan dengan seringai wajah menakutkan sambil mengedipkan sebelah matanya.
Setelah pertemuan tak terduga dengan Alan membuat Vale merasa tak tenang. Sedangkan Alan diam-diam menjalankan rencana gilanya untuk menjerat Vale ke dalam hidupnya lagi.
***
Esok pagi ...
Valeri mengendarai mobilnya ke tempat temannya. yang sudah lama tidak bertemu. Temannya itu menawarkan solusi untuk masalahnya. Sampai di depan rumah dua lantai dengan banyak tanaman bunga mawar di depannya Valeria turun dari mobil. Wanita cantik itu berjalan dengan anggun menghampiri seorang wanita paruh baya.
"Permisi bisakah aku bertemu dengan Cathy," tanya Valeria kepada seorang wanita paruh baya yang sedang menyirami tanaman di depan rumahnya.
Wanita paruh baya itu mendongakkan kepalanya seketika dia terkejut melihat wanita muda yang berada di depannya.
"Nyonya Alan! Astaga suatu kehormatan bisa datang ke rumah sederhanaku ini."
"Ah i-iya tapi Aku Valeria bukan Nyonya Alan," jawab Vale kikuk.
"Tapi bagiku kau masih Nyonya Alan yang sering membantu keluarga kami. Ayo masuk Nyonya, Cathy sedang memasak di dalam," ucapnya lembut.
"Ya, terima kasih Nyonya Maria." Vale mengikuti Nyonya Maria masuk ke dalam rumah. Cathy tersenyum melihat temannya yang sudah lama tidak bertemu sejak wanita itu bercerai dengan Alan. Perceraian mereka menjadi topik hangat sepanjang hari bagi para penduduk dan ibu-ibu penggosip di kota itu.
"Kau tambah cantik saja bagaimana tinggal di London aku dengar kau sedang menjalin kasih dengan pria bangsawan di sana," tanya Cathy yang sudah duduk di sofa bersama mereka.
"Hanya teman bukan kekasih kebetulan kami memiliki proyek rumah sakit di sana. Tapi semua harus tertunda karena perusahaan Ayah sedang tidak baik-baik saja."
"Emm... Ya berita krisis perusahaanmu sudah menyebar kemana-mana. Aku juga bingung kenapa bisa Ayahmu terlilit hutang yang begitu besar padahal beliau sangat profesional dalam bekerja."
"Aku juga tidak tahu Ayahku hilang entah kemana. Aku sudah memerintahkan asisten Ayahku mencarinya tapi hasilnya nihil. Kebiasaan Ayahku bersama wanita-wanita mudanya membuatku sulit bertemu dengannya."
" Seperti yang kemarin aku bicarakan di telepon. Aku bisa membantumu berbicara dengan atasanku. Dia bilang bisa membantumu nanti malam kita ke sana menemuinya, bagaimana?"
"Baiklah terima kasih Cathy," ujar Valeria tersenyum yang diangguki Chaty dan Ibunya tanpa curiga sedikitpun ada niat terselubung yang sudah mereka rencanakan.
Sementara berita bangkrutnya Vale Group sudah ramai di media. Tembok kokoh perusahaan besar itu akhirnya roboh ditangan penerus generasi ke lima.
Alan mengambil alih semua aset perusahaan Vale Group Global. Asisten Vale pun diambil alih untuk bekerja dengannya. Vale yang sudah pusing akhirnya menyerah karena tak ada lagi jalan keluar.
Pukul 22.00...
Di dalam mobil ada Alan dan temannya sedang mengawasi rumah minimalis dua lantai berwarna putih. Alan terlihat serius berbicara kepada seorang di ponselnya.
'Aku akan menjemputnya kau tunggu saja perintah dariku jangan biarkan dia pergi. Wanitaku memang seperti kucing liar kalau dia sedang marah.'
'Baiklah tapi jangan libatkan aku dengan masalahmu lagi tak tega rasanya membohonginya.'
'Ya Kau tenang saja semua akan aman pergilah nanti bersama Ibumu temui Tuan Satia. Aku sudah menemukan pria tua itu ternyata di sana dia sedang asyik bercinta dengan wanita peliharaannya. oh astaga malang sekali nasib mantan istriku itu.'
'Baik ingat pesanku! Kau jangan membuatnya kecewa lagi. Kesempatan kedua tidak akan datang untuk kedua kalinya. Ku dengar mereka sedang menjalin kasih.'
'Cih! Pria itu tak akan bisa menjadi kekasihnya, Dia akan menyesal sudah berani mendekati wanitaku,' ucap Alan yang langsung memutuskan sambungan teleponnya.
