Pustaka
Bahasa Indonesia

MANUSIA SERIGALA PENJAGA KOTA

66.0K · Tamat
Keep silent kii
48
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Edwar adalah seorang ilmuwan jenius yang bekerja di laboratorium rahasia di jantung kota. Ia tengah mengembangkan serum regenerasi yang diharapkan bisa menyembuhkan berbagai penyakit, tetapi sebuah kecelakaan terjadi. Ledakan di laboratorium membuat asap uji coba menyebar, dan salah satu pekerja, Roger, terpapar zat misterius tersebut. Sejak malam itu, Roger mengalami perubahan aneh. Tubuhnya menjadi lebih kuat, indranya lebih tajam, dan di bawah sinar bulan, ia berubah menjadi manusia serigala. Namun, alih-alih kehilangan kendali, ia justru mendapatkan kesadaran penuh dan insting seorang penjaga. Menyadari kekuatan barunya, Roger memutuskan untuk menggunakan kemampuannya melindungi kota dari kejahatan yang semakin merajalela. Di tengah misinya sebagai penjaga, muncul ancaman yang lebih besar: monster-monster buatan dari laboratorium yang sama, hasil eksperimen yang gagal dan kini mengancam keselamatan warga. Roger harus berhadapan dengan makhluk-makhluk mengerikan ini, sambil mencari cara untuk mengungkap kebenaran di balik eksperimen yang mengubahnya. Di balik layar, Edwar menyadari kesalahannya dan berusaha membantu Roger dari balik layar. Namun, ia juga dikejar oleh organisasi rahasia yang ingin memanfaatkan kekuatan Roger untuk kepentingan jahat mereka. Dalam pertempuran antara sains dan insting, Roger harus memilih—apakah ia tetap menjadi manusia, atau menerima takdirnya sebagai manusia serigala penjaga kota.

CeritaDramaAktorpembunuhanPetualanganDewasa

#####BAB 1: AWAL DARI SEBUAH KECELAKAAN

.......

Malam yang Mengubah Segalanya

Laboratorium Genesis berdiri megah di pusat kota, tempat penelitian rahasia yang hanya diketahui segelintir orang. Di balik tembok kokohnya, ilmuwan-ilmuwan terbaik bekerja tanpa henti, mengembangkan teknologi canggih dan eksperimen yang bisa mengubah dunia. Salah satu ilmuwan paling berbakat di sana adalah Edwar, seorang jenius dalam bidang bioteknologi yang telah mengabdikan hidupnya untuk penelitian regenerasi sel.

Namun, tidak semua yang terjadi di laboratorium ini berjalan sesuai rencana.

Di ruang eksperimen utama, Roger, seorang teknisi yang bertugas memantau jalannya uji coba, sedang berdiri di belakang kaca pengaman. Edwar dan timnya sedang mengembangkan Serum Lycan-9, sebuah formula yang diklaim mampu mempercepat regenerasi sel dan meningkatkan kekuatan fisik manusia. Tetapi serum ini masih dalam tahap awal dan belum pernah diuji coba pada manusia.

“Pastikan tekanan ruang stabil,” perintah Edwar tanpa mengalihkan pandangannya dari tabung uji yang berisi cairan berwarna keperakan. “Kita hanya punya satu kesempatan untuk mendapatkan data akurat.”

Roger mengangguk dan mengutak-atik panel kendali. Namun, sesuatu terasa tidak beres. Suhu di ruangan mulai meningkat secara drastis, dan layar di hadapannya menunjukkan fluktuasi energi yang tidak stabil.

“Dok, ada lonjakan energi di inti formula,” kata Roger cemas. “Saya sarankan kita hentikan dulu dan periksa ulang.”

Edwar mengernyit. “Tidak, ini kesempatan kita. Aku butuh lebih banyak data sebelum kita bisa mengambil kesimpulan.”

Tiba-tiba, alarm darurat berbunyi. Mesin di sekeliling mereka bergetar hebat, dan asap putih mulai memenuhi ruangan. Sebelum siapa pun bisa bereaksi, ledakan besar terjadi. Kaca pemisah pecah berkeping-keping, dan gelombang energi menghantam Roger dengan keras, membuatnya terlempar ke belakang.

Asap hitam mengepul di seluruh ruangan, dan suara batuk terdengar di mana-mana. Edwar merangkak keluar dari balik meja, matanya mencari-cari seseorang.

“Roger?!” serunya panik.

Di tengah kepulan asap, tubuh Roger terbaring lemas di lantai, tak sadarkan diri. Namun, ada sesuatu yang aneh—urat-urat di kulitnya mulai berubah warna menjadi kehitaman, dan luka-luka di tubuhnya sembuh dengan kecepatan yang tidak masuk akal.

Para ilmuwan yang lain berlarian keluar dari ruangan, sementara Edwar tetap di tempatnya, matanya terpaku pada Roger yang kini tubuhnya mulai bergetar hebat.

Sesuatu yang mengerikan telah terjadi.

---

Perubahan yang Tidak Dapat Dikendalikan

Roger terbangun dengan napas tersengal. Matanya terbuka lebar, menyadari bahwa ia berada di kamar apartemennya. Namun, ada sesuatu yang berbeda—indranya terasa jauh lebih tajam dari sebelumnya. Ia bisa mendengar detak jam di dinding dengan sangat jelas, bahkan suara langkah kaki tetangganya di lantai atas terdengar seakan tepat di sampingnya.

“Apa yang terjadi padaku?” gumamnya.

Tangannya meraba-raba tubuhnya, mencari luka atau bekas kecelakaan semalam. Namun, yang ia temukan justru kondisi tubuhnya yang lebih kuat dan berotot dari sebelumnya. Ia merasa lebih bertenaga, lebih cepat, lebih… hidup.

Namun, keanehan itu tidak berhenti di situ.

Malam itu, saat bulan purnama muncul di langit, tubuh Roger mulai mengalami perubahan yang mengerikan. Rasa sakit luar biasa menjalar dari tulang-tulangnya, seakan tubuhnya hendak dihancurkan dan dibangun ulang. Otot-ototnya menegang, kuku-kukunya memanjang, dan bulu kasar mulai tumbuh di sekujur tubuhnya.

Jeritan melengking memenuhi apartemen kecil itu.

Roger berusaha menahan rasa sakit, tetapi perubahan itu terus berlanjut hingga ia berubah menjadi makhluk buas—seorang manusia serigala.

Nafasnya memburu, dan ia merasakan dorongan kuat dalam dirinya untuk… berburu.

Ia melompat keluar dari jendela, instingnya membawanya ke jalanan kota yang sepi.

---

Konflik Awal: Teror di Kota

Di sudut jalan yang remang-remang, seorang pria berbadan kekar sedang mengancam seorang wanita muda. Pria itu adalah Grego, salah satu preman terkenal di distrik ini.

“Ayolah, jangan banyak omong,” Grego menyeringai, menarik tas wanita itu.

Wanita itu berusaha melawan, tetapi Grego terlalu kuat. Ia tertawa, menikmati rasa takut di wajah korbannya.

Namun, tawa itu seketika terhenti.

Dari kegelapan, sepasang mata kuning bersinar menatap mereka. Sosok besar dengan tubuh berbulu dan cakar tajam keluar dari bayangan, menggeram rendah.

Grego mundur selangkah. “Apa-apaan ini?”

Roger—atau lebih tepatnya, manusia serigala itu—menghampiri dengan gerakan gesit. Nafasnya berat, dan instingnya memberitahunya bahwa pria di depannya adalah mangsa.

Dengan satu lompatan, Roger menerjang Grego, mencengkeramnya dengan cakarnya. Pria itu berteriak, berusaha melepaskan diri, tetapi kekuatan Roger terlalu besar. Ia melempar Grego ke tembok dengan mudah, menyebabkan pria itu pingsan seketika.

Wanita yang tadi ketakutan kini menatap makhluk di hadapannya dengan ngeri. Roger melihatnya, dan untuk sesaat, kesadaran manusiawinya kembali.

Aku tidak bisa melukai orang tak bersalah…

Dengan cepat, ia melompat ke atap gedung terdekat dan menghilang ke dalam bayang-bayang malam.

---

Edwar dan Rahasia Serum

Keesokan paginya, berita tentang “makhluk buas” yang menyelamatkan seorang wanita dari serangan preman tersebar di seluruh kota. Banyak yang mengira itu adalah rekayasa, tetapi rekaman CCTV menunjukkan dengan jelas sosok menyeramkan yang muncul dari kegelapan.

Di laboratorium Genesis, Edwar menatap layar komputer dengan wajah tegang. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi. Roger telah berubah.

“Dia tidak bisa mengendalikan transformasinya,” gumamnya.

Seorang ilmuwan lain, Dr. Rachel, menatapnya dengan khawatir. “Apa yang akan kita lakukan? Jika dia kehilangan kendali, kota ini dalam bahaya.”

Edwar menghela napas panjang. “Aku harus menemukannya sebelum orang lain melakukannya.”

Di tempat lain, Roger kembali ke apartemennya dengan tubuh penuh luka. Transformasi itu melelahkan, dan ia mulai memahami bahwa ia bukan lagi manusia biasa.

Namun, sebelum ia bisa mencari jawaban, suara ketukan keras di pintunya membuatnya tersentak.

Saat ia membukanya, Edwar berdiri di sana, dengan ekspresi serius di wajahnya.

“Aku bisa membantumu,” kata Edwar. “Tapi kau harus ikut denganku.”

Roger menatapnya, menyadari bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

____

Pertemuan Kembali

Roger berdiri terpaku di depan pintu apartemennya. Tubuhnya masih lelah akibat transformasi tadi malam, tetapi kini pikirannya dipenuhi pertanyaan. Edwar ada di sini.

Ilmuwan yang bertanggung jawab atas kecelakaan di laboratorium itu menatapnya dengan wajah serius.

“Aku bisa membantumu, Roger,” kata Edwar lagi, suaranya tenang namun tegas. “Tapi kita harus pergi sekarang.”

Roger mendengus, perasaannya bercampur aduk. Ia ingin marah, ingin berteriak, tetapi ia tahu ini bukan waktunya. “Bantuan seperti apa yang bisa kau berikan? Aku berubah menjadi monster setiap malam!”

Edwar menatap sekeliling, memastikan tak ada orang lain yang mendengar. “Tidak di sini. Kita harus bicara di tempat yang lebih aman.”

Roger menghela napas. Ia tidak punya pilihan lain. Jika ada yang tahu tentang apa yang terjadi padanya, orang itu adalah Edwar.

Tanpa banyak bicara, ia mengambil jaketnya dan mengikuti Edwar keluar.

---

Rahasia di Balik Serum Lycan-9

Edwar membawa Roger ke sebuah tempat terpencil di pinggiran kota, sebuah laboratorium kecil yang tampak usang dari luar. Namun, saat mereka masuk, Roger bisa melihat bahwa tempat ini penuh dengan peralatan canggih.

Di dalam, seorang wanita berusia sekitar 30-an sedang sibuk meneliti sesuatu di layar monitor.

“Roger, ini Dr. Rachel,” kata Edwar, memperkenalkan wanita itu.

Rachel menoleh, lalu mengamati Roger dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. “Jadi, kau yang terkena dampak Serum Lycan-9,” gumamnya.

Roger mengerutkan kening. “Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi padaku.”

Edwar menarik napas dalam, lalu mulai menjelaskan.

“Serum Lycan-9 awalnya diciptakan untuk meningkatkan kemampuan regenerasi manusia. Kami ingin menciptakan formula yang bisa menyembuhkan luka dengan cepat, bahkan mengembalikan fungsi organ yang rusak. Namun, kami tidak menyadari bahwa serum ini juga memicu mutasi genetik yang tidak terduga.”

Rachel melanjutkan, “DNA dalam serum ini berasal dari spesies purba yang memiliki kemampuan regenerasi luar biasa. Namun, ada efek sampingnya—mereka juga memiliki insting berburu yang kuat. Dan ketika terpapar dengan zat dalam tubuh manusia, hasilnya… adalah apa yang terjadi padamu.”

Roger mengepalkan tangan. “Jadi, aku ini semacam… manusia setengah binatang?”

Edwar mengangguk. “Tapi yang membuatmu berbeda dari eksperimen sebelumnya adalah kau masih bisa berpikir dengan jernih. Itu berarti masih ada harapan.”

Roger menatap kedua ilmuwan itu, mencoba mencerna semua yang baru saja ia dengar. “Lalu, bagaimana cara menghentikan ini?”

Rachel dan Edwar saling berpandangan sebelum Edwar menjawab, “Kami belum tahu.”

Roger mendengus marah. “Jadi, aku harus hidup seperti ini selamanya?”

“Kami sedang mencari solusinya,” kata Rachel cepat. “Tapi untuk saat ini, kau harus belajar mengendalikan perubahanmu sebelum semuanya menjadi lebih buruk.”

Roger terdiam, lalu menatap mereka tajam. “Lebih buruk? Maksudnya apa?”

Edwar menyalakan layar monitor dan menunjuk ke beberapa rekaman CCTV. Roger melihat beberapa sosok mengerikan—bukan hanya dirinya, tetapi makhluk lain yang serupa dengannya, namun jauh lebih buas dan tidak terkendali.

“Mereka adalah eksperimen sebelumnya,” kata Edwar dengan nada berat. “Mereka tidak bisa mengendalikan transformasi mereka. Dan sekarang, mereka berkeliaran di kota.”

Roger menelan ludah. “Berapa banyak mereka?”

Rachel mengetik sesuatu di layar. “Dari catatan terakhir kami, setidaknya ada empat lainnya. Dan mereka tidak memiliki kesadaran manusiawi sepertimu. Mereka adalah pembunuh.”

Roger menghela napas panjang. Ia sudah cukup sulit menerima perubahan dirinya sendiri. Tapi sekarang? Ia bukan satu-satunya.

---

Serangan Pertama

Malam itu, di sebuah jalanan sepi di kota, dua polisi patroli sedang memeriksa sebuah laporan tentang serangan aneh di dekat gudang tua.

“Ada yang bilang mereka melihat makhluk besar di sini tadi malam,” gumam salah satu polisi sambil menyorotkan senter ke sudut gelap.

“Ah, mungkin cuma orang mabuk yang berhalusinasi,” jawab rekannya.

Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan pencarian, suara gemuruh terdengar dari balik tumpukan peti kayu. Mereka berdua langsung menoleh.

“Siapa di sana?” seru salah satu polisi.

Yang menjawab mereka bukanlah manusia.

Dua sosok tinggi dengan tubuh penuh bulu dan mata merah menyala melompat keluar dari bayangan.

Kedua polisi itu langsung mencabut senjata mereka, tetapi mereka tidak memiliki kesempatan untuk menembak. Dengan kecepatan yang luar biasa, makhluk-makhluk itu menerkam mereka dalam sekejap.

Teriakan menggema di udara malam sebelum akhirnya semuanya menjadi sunyi.

Darah mengalir di jalanan.

---

Misi Roger Dimulai

Keesokan harinya, berita tentang serangan brutal terhadap dua polisi menyebar luas. Tidak ada yang tahu pasti apa yang menyerang mereka, tetapi beberapa saksi mata melaporkan melihat sosok mengerikan berlarian di antara gedung-gedung.

Di laboratorium, Roger menatap layar berita dengan rahang mengeras.

“Mereka sudah mulai menyerang,” kata Rachel dengan suara penuh ketegangan.

Edwar menoleh ke Roger. “Kau satu-satunya yang bisa menghentikan mereka.”

Roger mengepalkan tinjunya. Ia tidak tahu apakah ia siap menghadapi makhluk-makhluk lain sepertinya, tetapi satu hal pasti: ia tidak bisa membiarkan mereka terus membunuh orang tak bersalah.

“Kalau begitu,” katanya, suaranya penuh tekad. “Ajar aku cara mengendalikan kekuatanku.”

Edwar tersenyum tipis. “Baiklah. Kita mulai sekarang.”