Pustaka
Bahasa Indonesia

MALAM GAIRAH BERSAMA CEO

47.0K · Tamat
Ayu Wandira
22
Bab
7.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

21 AREA DEWASA DI BAWAH UMUR MENYINGKIR (NOVEL INI SUDAH TAMAT) “Jujur, saya sangat bangga bisa berdiri di sampinnya hingga saat ini. Saya suka dengan kamu yang apa adanya, banyak pelajaran yang saya pelajari terutama tentang kebahagiaan yang dia bangun. Hingga hal rumit, dia membuatnya terlihat mudah. Kamu banyak mengajarkan saya banyak hal.” “Saya tidak yakin apakah ini cinta atau tidak, di dekat kamu rasanya terlihat lebih special. Hati saya selalu berkata kalau kamu bisa diandalkan dan bisa diajak kerja sama dalam hubungan. Kamu merespon sangat baik, selalu terlihat excited. Saya selalu ingin berdua dengan kamu, menonton, bercinta dengan hebatnya, ngobrol serius tentang kehidupan di mana dunia ini akan di bawa. Seserius itu percakapan saya dengan kamu, hingga menyimpan dalam kepada dan hati saya.”

RomansaMetropolitanPresdirDokterBillionairePerceraianKawin Kontrakbadboy

BAB 1

HAPPY READING

***

Leon tahu bahwa pilihan hidup orang itu berbeda-beda, ada yang semangat mencari pasangan, ada juga yang santai, dan bahkan ada yang tidak pernah memikirkannya. Banyak pertanyaan yang dilontarkan untuknya, kapan nikah? Tidak jarang orang yang menerima pertanyaan semacam itu akan menyikapinya dengan marah, sedih atau menunjukan sikap tersinggung.

Sebelum memikirkan jawaban tersebut, ia bertanya dengan diri sendiri, apakah ia sudah berdamai dengan status-status tersebut. Ia masih single dan sekarang belu mempunya pasangan. Umurnya sekarang sudah menginjak 33 tahun, bisa dikatakan sangat dewasa untuk membangun rumah tangga.

Ia sebenarnya tidak negbet nikah, namun ia ingin disegerakan jika sudah menemukan pasangan yang tepat. Ia memang mencari pasangan yang setara dengannya. Ia realistis dalam memilih pasangan hidup, tentu saja ia ingin mendapatkan wanita yang mendekati sempurna, yang cantik, memiliki latar belakang yang baik, pendidikan tinggi, elegan, anggun, tahu tata karma, mengerti table manner karena kesehariannya juga bertemu dengan orang penting maka dari itu ia perlu wanita yang mengerti table manner, dan yang pasti latar belakang keluarganya harus sama dengannya.

Ia akui bahwa ia sering kali dijodohkan oleh orang tuanya atau diperkenalkan secara baik-baik. Ada beberapa yang ia kenal cukup baik, namun lambat laun proses PDKT itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Akhirnya berakhir begitu saja.

Nyatanya mencari pasangan hidup yang sepadan itu jauh lebih susah di banding yang bisa-biasa. Ia mencari kriteria wanita yang sesuai dengan kedua orang tuanya. Mungkin karena sejak dulu di doktrin dari orang tuanya, bahwa mencari pasangan yang memiliki latar belakang yang sama.

Ia sebagai pria, tentu saja sangat realistis, kenapa ia memilih pasangan yang sepadan dengannya, karena jika sama-sama di lingkungan yang sama, akan memiliki hobi yang sama. Otomatis cara berpikir tidak jauh berbeda, bisa diajak diskusi dengan baik.

Ada satu hal yang penting yaitu transaction relationshsip, di mana mereka sama-sama suka berbisnis dan bisa menjadi merger, jadi menjaga kelangsungan bisnis. Cara pola pikir business, kemungkinan besar komunikasi mereka akan lebih cocok dengan orang yang mengerti cara berpikir mereka. Karena sejak dini ia diajarkan secara finansial. Jadi ia terbiasa punya knowledge yang baik dibidang ekonomi.

Leon menatap penampilannya di cermin, ia mengenakan kemeja putih yang dipadukan dengan jas berwarna hitam. Hari ini ia akan menghadiri gelar company anniversary. Di sana ia tentu memberikan kata sambutan dan sedikit pidato, untuk para tamu yang hadir, karena dirinya selaku pendiri.

Ulang tahun ini merupakan moment yang ditunggu-tunggu semua orang yang telah berpartisipasi tanpa terkecuali perusahaan. Karena saat company anniversary itulah perusahaan akan mengadakan kegiatan, entah itu intern maupun ekstern.

Dalam anniversary ini, ia mengundang Sophia sahabatnya untuk berpartisipasi. Untuk sekarang statusnya memang hanya teman, namun ia tidak tahu ke depannya seperti apa. Sophia itu salah satu wanita idamannya. Semua memenuhi kriteria wanita yang ia cari selama ini. Perlu di garis bawahi dia salah satu wanita yang enggan menikah. Itu yang membuat mereka ada barrier. Cara berpikir dirinya dan Sophia sangat berbeda dalam hal ini, si Sophia ingin betah melajang seumur hidup dan dirinya ingin segera menikah jika sudah menemukan pasangan yang tepat.

Sebenarnya dulu Sophia itu memiliki status social yang sama dengannya. Berhubung ayahnya nikah lagi meninggalkan mereka, lalu ibunya menjadi biarawati. Latar belakang itulah yang membuat Sophia trauma. Ia seketika teringat, bahwa ia dan Sophia pernah berciuman dengan hebatnya di apartemennya dulu. Jika mereka sama-sama tidak mewaraskan pikirannya mungkin mereka sudah tidur bersama saat itu.

Ia juga lalu teringat dengan wanita bernama Moira yang merupakan sekretarisnya Damian. Dia wanita berparas cantik, berusia 29 tahun, lulusan University of Newcastle Australia. Kata Wiga, Maoira itu terlahir keluarganya bekerja di kedutaan besar, baik itu ayahnya maupun saudara laki-lakinya.

Moira juga memiliki pengalaman yang sama pernah bekerja dikedutaan. Lalu kembali ke Jakarta untuk merawat ibunya, sekarang bekerja sebagai sekretaris Damian. Ia akui, Moira juga salah satu wanita yang pantas menjadi pendampingnya, dia memiliki kriteria yang ia inginkan. Pembicaraan mereka kemarin saat di Singapore ia teringat lagi, wanita itu juga ingin melajang seumur hidup.

Ia tidak bisa memungkiri bahwa wanita karir jaman sekarang banyak sekali sudah hidup mandiri, memiliki karir, anggun, cantik, jabatan tinggi, pemikiran-pemikiran itu sudah masuk ke dalam pikiran mereka. Katanya bahwa tidak harus menikah untuk menaikan status hidup.

Pernikahan itu dianggap kuno, hanya semata-mata karena alasan ekonomi dan politik. Apalagi system patriaki yang mendarah daging, intuisi ini sering didirikan oleh keluarga. Apalagi perubahan budaya, di mana banyak orang lebih banyak ingin berkencan saja dibanding menggantinya dengan komitmen serius.

Masalahnya dua wanita berkarir cemerlang itu sama sekali nyaman dengan posisinya, dan enggan untuk menikah. Padahal umur mereka sudah berkepala tiga, mereka sudah nyaman dengan hidupnya.

Leon menatap ke arah layar persegi pada ponselnya, ia mencari nomor Sophia di sana. Ia menemukan apa yang ia cari, lalu ia letakan ponsel iitu di telinganya. Sambungan telfon itu terdengar, ia menunggu sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya. Beberapa detik kemudian ponsel itu terangkat.

“Iya, Leon,” ucap Sophia, ia menatap penampilannya di cermin, penampilannya sudah sempurna, ia akan menghadiri anniversary company yang ke tujuh. Ia mendapat kartu RSVP dari pemiliknya langsung. Ia tidak enak jika tidak datang ke acara tersebut, ia tahu apa yang membuat Leon mengharapkan kehadirannya

“Kamu datang malam ini?” Tanya Leon, memastikan Sophia hadir malam ini.

“Iya, aku haidr. Ini sudah siap-siap,” ucap Sophia.

“Mau aku jemput?”

Sophia menyungging senyum, “No, jangan. Aku pergi sendiri, enggak enak soalnya, di sana ruang lingkup kerja kamu. Nanti kalau aku pergi sama kamu, mereka bakalan gosipin aku. Bertanya-tanya siapa aku? Kenapa bisa pergi sama kamu.”

Leon tertawa, “Kalau gosipin kamu emangnya kenapa? Enggak masalah kan? Aku single dan kamu single. Kecuali status kamu tunangan dan istri orang, baru deh itu bermasalah.”

Sophia ikut tertawa, “Bukan begitu, aku hanya nggak nyaman kalau digosipin satu gedung di office kamu.”

Leon tertawa geli, “Ok, no problem kalau nggak mau di jemput. Kamu hati-hati perginya.”

“Iya.”

Leon lalu keluar dari kamarnya, ia menuruni tangga, melihat lantai bawah terasa lengang. Ini lah alasan ia ingin segera menikah, karena ingin menghidupi suasana rumahnya. Lagian ia menunggu apa lagi, ia sudah memiliki segalanya. Hanya pendamping hiduplah yang belum ia miliki saat ini.

Walau pun ia melajang, bukan berarti ada wanita cantik di depan mata, lalu ia jadikan kekasihnya. Ia tidak seperti itu, ia melihat bagaimana wanitanya, apakah dia layak menjadi pendamping hidupnya.

Leon keluar dari rumah, ia menghidupkan central lock mobil. Ia masuk ke mobil, ia memandang security membuka pintu pagar rumahnya. Ia memanuver mobilnya menuju hotel Four Season. Ia berharap tahun ini ia akan menikah, semoga saja mimpi-mimpinya terwujud.

***

Beberapa menit kemudian ia sudah tiba di hotel Four Season, Leon memarkir mobilnya di basement. Ia mencari parkiran kosong, akhirnya ia menemukan parkir. Ia memarkir mobilnya secara sempurna. Setelah itu ia keluar dari mobil, ia memandang banyak orang di sana, mengenakan kaos bertulisan perusahaanya. Ia yakin bahwa mereka itu adalah karyawannya.

Ia tahu bahwa perusahaanya tidak memiliki cukup waktu untuk menyusun acar ulang tahun, ia yakin acara seperti ini melemparkan tugasnya kepada event organizer. Ia melangkahkan kakinya menuju lobby, ia melihat ke arah depan banyak karyawan mengenakan kaos yang sama.

Ada beberapa karyawan menyapanya dengan ramah, ia masuk ke dalam lift, lift membawanya menuju lantai atas. Ketika ia masuk ke lobby, ia melihat tamu undangan sudah hadir di sana. Ia mencari keberadaan Sophia, memastikan bahwa wanita itu hadir di acaranya.

Ia melihat karyawan yang menjaga buku tamu menyapanya ramah. Ia masuk ke dalam, ia tahu mana yang membedakan mana karyawannya dan bukan. Jika dari tamu undangan mereka tidak menggunakan kaos seragam, melainkan mengenakan pakaian formal seperti dirinya.

Ia menatap seorang wanita mengenakan dress formal berwarna hitam yang sedang berdiri di sana. Ia menyelidiki siapa wanita itu, beberapa detik kemudian pandangan mereka bertemu, ia berikan senyum terbaiknya kepada wanita itu dan wanita itu tersenyum kepadanya.

Wanita itu Moira sekretarisnya Damian. Sungguh malam ini dia sangat cantik dengan balutan dress formalnya. Rambut panjangnya dibiarkan terurai, lipstiknya berwarna merah menggoda, dia terlihat sangat cantik di antara tamu-tamu lainnya.

Leon melangkah mendekati wanita itu, “Hai Moi, apa kabar?” Tanya Leon, semanjak dari Singapore kemarin mereka tidak pernah bertemu lagi. Ini pertemuan kedua mereka.

“Baik, kamu apa kabarnya?”

“Baik, kamu cantik sekali malam ini,” ucap Leon.

“Thank you. Kamu juga sangat tampan.”

Leon tertawa dan Moira juga ikut tertawa. Leon senang karena Moira tipe wanita yang tidak pelit pujian, “Damian nggak datang?” Tanya Leon.

“Datang, agak telat sih katanya. Tapi dia konfirmasi pasti datang.”

“Oke.”

“Acara anniversary nya meriah banget ya,” ucap Moira, ia melihat ke area ballroom, bahkan di sana ada beberapa artis yang di undang untuk mengisi panggung hiburan.

“Sepertinya begitu.”

“Masih tinggal di apartemen Casablanca?” Tanya Leon.

Moira tersenyum, “Iya, masih.”

“Boleh minta nomor ponsel kamu?” Tanya Leon, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

“Iya, boleh. Saya kasih nomor pribadi saya.”

Moira menyebutkan nomor ponselnya dan Leon mengetiknya. Ia melihat para tamu sudah memasuki ruangan. Ia melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 18.40 menit, acara sebentar lagi akan di mulai.

“Thank’s ya,” ucap Leon.

“Iya, sama-sama.”

“Kalau saya main ke apartemen kamu, enggak apa-apa?” Tanya Leon.

Moira tertawa, “Ya boleh lah, kalau mau main kasih tau dulu. Saya siapin makanan enak buat kamu.”

“Kamu bisa masak?”

“Of course, untuk masakan western saya bisa. Kalau Asia kayaknya kurang, biasa mau masak masakan Indonesia, aku mesti lihat tutorial di youtube.”

“Next time, saya main ke tempat kamu.”

“Kamu duduk di mana?” Tanya Leon lagi.

“Saya duduk di situ saja, di samping pak Damian.”

“Makasih ya, kamu sudah hadir.”

“Iya, sama-sama. Sukses buat acaranya.”

Leon melangkah menuju table depan di sana sudah ada mama dan papa. Ia mencari keberadaan Oscar adiknya, ternyata pria itu baru datang di sana. Ia bersyukur keluarga lengkapnya hadir di acara ini. Ia mengedarkan pandangannya ke segala area, ia menyelidiki ke arah pintu masuk.

“Malam, ma, pa,” sapa Leon.

“Malam juga Leon.”

Leon duduk di samping mama, tatapannya beralih kepada seorang wanita mengenakan dress formal berwarna putih, rambut hitamnya dibiarkan terurai. Lihatlah betapa cantiknya gadis yang menyandang sebagai dokter hewan itu.

Beberapa detik kemudian pandangan mereka bertemu, Leon berikan senyum terbaiknya, ia melambaikan tangan kepada Sophia di sana.

“Siapa?” Tanya mama.

“Teman aku, ma.”

Mama juga memandang gadis mengenakan dress putih di sana, “Kerja di perusahaan mana?” Tanya mama lagi, mencoba menyelidiki.

“Dia nggak kerja di perusahaan, dia dokter, kliniknya ada di Kemang.”

“Pacar kamu?” Tanya mama lagi.

Leon tertawa, “Belum jadi pacar ma. Masih temen.”

Leon menyungging senyum, ia berdiri dan lalu melangkah mendekati Sophia. Dari sekian banyak tamu yang hadir di sini, hanya Sophia lah yang ia undang secara langsung.

Sophia tersenyum menatap Leon, dia sangat tampan mengenakan pakaian formal. Dari arah pintu masuk tadi, ia merasa takjub karena acara anniversary company dilangsungkan secara meriah.

“Hai Sophia, apa kabar?” Tanya Leon, karena ia sudah lama tidak bertemu dengan wanitanya.

“Baik, kamu apa kabar?”

“Baik juga.”

“Aku nggak telat kan?” Tanya Sophia.

“Enggak, bentar lagi acara akan di mulai,” ucap Leon, ia melihat MC di atas panggung sepertinya akan bersiap-siap untuk memulai acara.

“Kamu duduk di mana?” Tanya Leon.

“Belum tau,” ucap Sophia.

“Duduk di table aku aja, bagaimana?”

“Di mana?”

“DI sana,” tunjuk Leon.

Sophia mengangguk, “Iya, boleh,” karena satu-satunya orang yang ia kenal di sini hanyalah Leon.

Ia mengikuti langkah Leon menuju table, Sophia memandang beberapa orang yang duduk di sana, ia tidak tahu siapa mereka. Namun ia tetap berikan senyum terbaiknya kepada semua orang yang ada di sini.

“Sophia, ini mama aku, ini papa, dan ini adik aku Oscar.”

Sophia nyaris karena di hadapannya ini adalah keluarga Oscar. Mama dan papa Leon menyambutnya dengan hangat, beliau berdiri.

“Malam om, tante,” ucap Sophia.

“Malam juga Sophia. Senang kenalan sama kamu,” ucap mama Leon memeluk tubuh ramping Sophia.

Sophia membalas pelukan mama Leon dengan hangat, sedetik kemudian ia lepaskan pelukan itu. mama Leon memandang wajah cantik Sophia, ia tidak menyangka bahwa wanita cantik itu berprofesi sebagai dokter.

“Aku juga seneng kenalan sama tante.”

Sedetik kemudian ia melepas pelukannya, menatap Sophia, dan tersenyum, “Dokter ya?”

“Iya tante.”

Papa Leon menatap Sophia, beliau tidak masalah jika suatu saat nanti jadoh Leon adalah seorang dokter.

“Salam kenal Sophia.”

“Salam kenal juga om.”

Oscar memandang wanita mengenakan dress putih itu, “Hai, Sophia, saya Oscar,” Oscar memperkenalkan diri pada wanita itu.

“Senang berkenalan dengan kamu, Oscar,” ia baru tahu ternyata pria inilah ownernya Blacky. Leon pernah cerita bahwa anjing bernama Blacky yang di rawat di kliniknya itu adalah milik adiknya.

“Jadi ini ownernya Blacky?” Ucap Sophia.

“Kok tau?’ Tanya Oscar.

Sophia tersenyum, “Waktu Blacky enggak mau makan, karena flu, di rawat di klinik saya.”

Alis Oscar terangkat, “Jadi ini dokter hewan yang cantik di ceritain sama Leon.”

Leon lalu tertawa, “Sejak kapan gue cerita sama lo, dasar ya.”

“Sophia ini dulu temen SMA Leon ma.”

“Owh, dulu di Binus sama dengan Leon?” Tanya mama.

Sophia mengangguk, “Iya, bener tante.”

“Tinggal di mana sekarang?” Tanya mama lagi.

“Tinggal di Apartemen Kemang Village, tante.”

“Wah, deket dong sama Leon. Leon tinggalnya di Tebet kan.”

“Iya tente deket.”

“Walau deket ma, nggak pernah main ke rumah. Setiap kali di ajak, alasannya ada banyak jadwal operasi.”

Sophia tertawa, “Habisnya rame terus di klinik. Kamunya ngajak ketemu juga weekday. Coba kalau weekend.”

“Kelinik punya sendiri?” Tanya papa memandang Sophia.

“Iya, om punya sendiri.”

“Keren itu.”

“Udah punya pasangan?” Tanya papa lagi.

“Belum om.”

“Seumuran Leon?”

“Lebih tua Leon beberapa tahun om.”

“Belum nikah kan?”

“Belum om.”

“Kalau belum nikah, cocok tuh sama Leon.”

Leon yang mendengar itu hanya tertawa, begitu juga dengan Sophia. Obrolan-obrolan ringan terjadi di meja, dan Sophia dengan senang hati menjawab semua pertanyaan-pertanyaan orang tua Leon. Acara anniversary company pun di mulai.

Sementara di sisi lain, Moira menatap kedekatan Leon dengan seorang wanita. Ia tidak tahu siapa wanita itu, ia yakin wanita itu adalah kekasih Leon. Terlihat jelas bagaimana wajah bahagia diperlihatkan di sana. Ia harus realistis bahwa, seorang Leon, pengusaha sukses pasti ada wanita hebat di sampingnya.

Anniversary ini dilakukan secara formal. Ia mengundang klien dan rekan bisnis, investor dan bahkan pihak pemerintah untuk berpartisipasi dalam perayaan ini. Acara ini dilakukan secara matang, karena dilakukan setahun sekali.

Leon juga memberikan kata sambutan dan sedikit pidato sebagai pembuka acara. Tidak hanya itu di sini juga melakukan gabyar promo dan diskon menjadi ajang brand perusahaan. Setelah itu tema social, karena citra perusahaan cukup baik, setiap tahun melakukan pentingnya saling berbagi, ini merupakan feed back atas dukungan yang telah diberikan oleh masyarakat. Sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih, aksi social yaitu berupa penggalangan dana, penanaman pohon, bakti social dan donor darah.

***

Akhirnya acarapun selesai, para tamu undangan yang sudah berpartisipasi pulang dengan membawa sovernir dari perusahaan. Leon menyeimbangi langkah Sophia keluar dari ballroom.

“Sophia.”

“Iya.”

“Kamu ke sini pakai apa?”

“Tadi aku minta antar adik saya Laura. Katanya kebetulan dia mau pergi.”

“Aku antar kamu pulang.”

Sophia tersenyum dan mengangguk, “Iya, boleh.”

Leon dan Sophia masuk ke dalam lift, lift membawa mereka menuju basement. Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka. Sophia mengikuti langkah Leon, ia menatap Leon menekan tombol central lock, tatapannya tertuju pada sebuah mobil Mercedes Benz berwarna hitam di sana. Mobil milik Leon mirip mobilnya, hanya saja miliknya berwarna putih.

Sophia menatap Leon, membuka pintu mobil untuk dirinya.

“Ini mobil kamu?” Tanya Sophia.

“Iya.”

“Mobil kamu dan aku sama. Hanya saja warna mobil aku putih.”

“Really?”

“Yes.”

“Oh God, aku nggak nyangka mobil kita sama.”

Sophia tersenyum dan lalu duduk di kursi, tidak lupa ia memasang sabuk pengaman. Leon memperhatikan Sophia, sepertinya wanita itu sudah siap. Semenit kemudian ia menjalankan mobilnya dan meninggalkan area gedung hotel.

***