BAB 7 - SIAPA DIA
'Ayah, Ibu, Kakak, maafkan aku.' Riana menangis sesugukan di belakang lemari gudang.
"Apa kalian sudah menemukannya."
"Belum Bu!"
"Kita harus serahkan dia secepatnya. Kita tidak mau sekolah ini di buat hancur oleh para haters. Sekolah ini bisa bangkrut nantinya."
Riana tetap diam bergetar. Itu suara guru-guru dan juga para Osis. Entah sampai kapan dia bersembunyi didalam sini, sebenarnya dia bisa berada di tempat seperti ini karna Sasa dan juga Dilan lah yang menyembunyikannya, dimana saat ia keluar dari ruangan UKS ia mendengar suara teriakan ribut diluar pagar memanggil namanya.
"Sepertinya dia sudah tidak ada di sekolah ini Bu," kata Osis lain yang sudah memeriksa seluruh bagian sekolah.
"Bagus kalau begitu," sahut guru lain yang ternyata mereka masih berdiri di depan gudang, karna gudang inilah yang dekat dengan kantor koperasi.
*
*
*
Kediaman Maxlou
Pelayan berlarian untuk melapor pada majikannya, "Nyonya, wartawan itu sudah merusaki pagar rumah."
"Apa?! Oh tidak, apa yang telah dillakukan anak itu, sampai kita semua menderita sampai seperti ini." Puspa menggigit kuku jarinya.
Pelayan lain, datang mengambilkan Puspa obat penenang beserta segelas air minum. "Nyonya minum dulu obatnya."
Puspa begitu depresi saat ini, dia juga sejak tadi menelpon suaminya tapi tidak di angkat-angkat. Ia juga tadinya mau menjemput anak laki-lakinya di bandara jadi tidak bisa. Entah, apakah Lukky bisa pulang sendiri apa dia harus menginap dihotel dulu.
~~~
Semua dokter dan juga suster berlarian masuk kedalam ruangan Sandy, yang kenapa belum ada respon disaat ada situasi genting seperti ini. Mereka begitu terkejut dan berkata ...
"Tuan besar sudah meninggal." Sedih mereka semua menangisi Sandy.
Dokter terus berusaha menekan jantung Sandy tetap saja hasilnya tidak bisa. Mereka harus pasrah saat ini, dan hanya bisa menelpon keluarga Sandy yang sama menimpa masalah.
Telpon genggam yang dipegang Puspa tiba-tiba terjatuh di lantai. Ia terus menangis histeris saat mendengar kabar buruk suaminya. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Keluarganya hancur dalam semalam, masalah berturut-turut terus berdatangan pada mereka. Utang menumpuk, usaha mereka bangkrut, Riana hilang usai membuat masalah, dan sekarang suaminya sudah meninggal dunia.
Bahkan Brian yaitu calon tunangan Riana sendiri tidak ada kabar sampai sekarang. Brian yang di hubungi malah tidak aktif. Puspa juga sudah menghubungi kantor mereka malah jawabnya marah-marah. Ini benar-benar di luar dugaan mereka.
Hari sudah gelap, Riana masih tetap sendiri didalam gudang yang amat gelap, entah dimana Sasa dan Dilan, kenapa mereka masih belum datang menjemputnya. Dia yang ingin keluar untuk periksa saja tidak bisa, sebab pintu gudang di gembok dari luar, dia yang ingin menelpon juga tidak bisa karna tasnya masih ada di kelas. Benar-benar hari yang buruk baginya.
Mau sampai kapan ia disini. Dia juga sangat begitu lapar dan juga haus, apakah dia akan mati di dalam gudang? Kenapa keluarganya masih belum datang mencarinya saat ini?
Riana duduk memeluk lututnya, meski tempat itu sangat kotor dan juga berdebu, ada banyak tikus berkeliaran di sekitarannya. Walau dia sendiri begitu jijik, ia harus apa sekarang, dia hanya pasrah saat ini. Dia yakin dia akan mati saat ini, mati konyol karna kelaparan.
*
*
*
Ditempat lain Sasa dan Dilan disekap di rumah Veronika. Veronika sengaja mengikat mereka, itu karna Sasa tidak mau beritahukan dimana ia menyembunyikan Riana. Padahal jika Sasa beritahukan, dia bisa saja akan lepas dan tidur manis dirumahnya. Namun ini sudah berapa jam lamanya telah berlalu.
Veronika meremas pipi Sasa. "Aku salut Riana punya sahabat seperti dirimu, sahabat setia rela mati demi apapun."
"Aku tidak mengerti kenapa kau bisa lakukan ini pada Riana sialan!" marah Sasa.
Veronika berjongkok dihadapan mereka, dia menatap Sasa dan juga Dilan dengan senyum ledeknya. "Kau tanya kenapa? Aku sendiri tidak tahu kenapa aku bencinya dia. Dia begitu centil, dan juga manja. Aku muak melihat dia berada di sekolah, dan semua orang mengaguminya," jujurnya langsung.
"Aku tidak menyangka, kau memiliki dendam seperti ini. Kau iri padanya," sahut Dilan.
"Yah... aku iri, dia sempurna, apa saja yang dia ingini dia pasti akan mendapatkannya," jelas Vero lagi.
"Walaupun kami tidak akan menjawabmu, lalu kau mau apakan kami disini?" hardik Sasa.
Vero mengatup bibirnya. "Apa kau bersedia mati untuknya?"
"Tidak!" Dilan menolak lebih dulu sebelum Sasa angkat bicara.
"Dilan!" pekik Sasa.
Dilan memalingkan wajahnya pada Sasa. "Sasa, aku tidak bisa. Aku masih memiliki keluarga, kenapa aku harus lindungi orang seperti Riana. Riana bukan siapa-siapa bagiku."
"Aku kira kau teman yang baik." Sasa menggelengkan kepalanya.
"Aku memang bukan teman yang baik, ini masalah nyawa kita Sasa, apa kau tahu dengan siapa kita berhadapan sekarang? Semua keluarga kita pasti akan hancur dibuatnya," ucapnya jelas.
Mata Sasa berkedut mendengarnya.
Sasa tahu itu, Veronika adalah orang terpandang dan juga disegani di Britania. Keluarga Vero adalah konglomerat yang masuk daftar sepuluh besar negara, ia masih punya hubungan keluarga dengan tunangan Riana. Tapi kenapa bisa Veronika ingin menghancurkan Riana? Bukankah Vero sendiri tahu kalau Riana adalah calon istri Brian.
"Aku akan katakan dimana Riana, asal kau mau lepaskan kami dulu," tawar Dilan lebih dulu sebelum Sasa menolak.
Veronika tersenyum berpikir sejenak untuk mempertimbangkan.
*
*
*
Pintu gudang terbuka, seseorang menyalakan senter untuk mengambil barang di atas lemari, Riana yang tidur di belakang lemari lain, mendengar suara bising berjatuhan di lantai. Ia juga melihat ada cahaya di ruang gelap itu. Riana bahagia ternyata Brian sudah datang menyelamatkannya.
Pria yang merasa dipeluk dari belakang terkejut bukan main, entah siapa yang berani memeluknya.
"Aku sangat mencintaimu. Kau penyelamat sekaligus pelindungku." Riana terus menciumin punggung pria itu, dia menangis sampai membasahi baju pria itu.
Pria itu menjatuhkan senternya di lantai sampai hancur, ia mematung, ia terdiam di ruang gelap tanpa cahaya disana lagi. Tangannya bergerak mengusap punggung tangan gadis yang memeluknya. Gadis itu memutar badannya sendiri walau gadis itu masih memeluknya. Gadis itu mencium bibirnya begitu sensual.
Pria itu tersentak kaget. Ini pertama kalinya ia dicium oleh gadis lain.
Gadis itu menyentuh pipi pria dihadapannya, ia memeluknya lagi, sampai keduanya begitu rapat. Pria itu mengusap punggung gadis yang berada di pelukannya. Gadis itu bukan saja memeluknya, namun mencium dadanya, yang mana kancing kemejanya terlepas sampai dadanya terlihat.
Berselang lama mereka berpelukan di ruang gelap itu, tiba-tiba tubuh gadis itu terhuyung, dia pingsang, dan untungnya pria itu menahannya. Dia tahu gadis dihadapannya lemah dan entah sudah berapa lamanya ia terkurung di gudang.
Pria itu membawanya pergi. Entah kemana ia akan membawanya?
