Bab 20 Bertemu Kamu
Bab 20 Bertemu Kamu
Satu minggu tanpa Flora rasanya memang berbeda. Tidak ada senyum gadis itu, tidak ada obrolan seru di antara keduanya, dan tidak ada perempuan baik yang dengan setia mendengar cerita Troy.
Selama satu minggu tak bertemu dengan Flora, pemuda itu tidak berhenti untuk selalu datang. Setiap pagi ia akan tiba di toko seperti biasa. Menunggu di sana selama beberapa saat. Menanti sambil berharap bahwa akan ada saat di mana ia bisa bertemu lagi dengan Flora dan mendapatinya baik-baik saja. Satu minggu sudah berlalu, dan Troy merasa harinya tak lagi sama.
“Apakah dia butuh waktu lebih lama?” gumam Troy sambil memandangi pintu toko yang masih tertutup. “Apakah kamu masih ingin menyelesaikan urusanmu sendiri tanpa aku?”
Troy menatap hampa toko dengan pintu berwarna putih yang catnya kini sudah mulai mengelupas. Betapa rindunya ia dengan suasana toko sederhana yang rasanya sudah lama tak ia rasakan. Troy menghela nafasnya berat. Merasakan tidak nyaman di dadanya selama beberapa saat.
Sebenarnya masih terlalu pagi. Troy bahkan belum sarapan ketika memutuskan untuk pergi ke toko milik Flora hari itu. Namun, entah dorongan atau keyakinan darimana. Troy yakin usahanya tidak sia-sia. Ia berangkat dengan keyakinan dan semangat membara. Tapi, sekali lagi hanya kecewa yang ia dapatkan. Hingga waktu menunjukan pukul setengah delapan pagi belum ada tanda toko itu akan segera buka.
Troy bersiap untuk pergi. Menyerah dengan harapannya hari itu. Ia ambil helm kemudian mengenakannya di kepala. Ia naik ke atas motor dan memutar kunci untuk menyalakan kendaraannya itu. Troy sempatkan untuk melihat sekali lagi pintu toko itu sebelum pergi. Sekali lagi ia menghela nafasnya dengan kecewa. Namun, ketika ia hendak pergi seseorang membuat ekspresi wajahnya berubah. Dia yang awalnya murung langsung berubah cerah. Troy menarik kedua ujung bibirnya ke atas. Membentuk lengkungan senyum yang begitu lebar. Troy senang. Bahagia karena akhirnya bisa melihat gadis itu lagi.
“Flora!” panggil Troy yang masih bertahan di atas motornya. Buru-buru ia melepas helm dan mencabut kembali kuncinya. Troy menyangga motornya lalu berjalan cepat ke arah gadis yang berdiri di dekat pintu toko sambil menatapnya.
“Troy!” Flora balas memanggil. “Kamu datang? Aku pikir kamu tidak akan datang hari ini.”
“Mana mungkin tidak datang? Aku sudah sangat lama menunggumu. Kemana kamu selama ini? Kenapa menghilang? Tidakkah kamu tahu bahwa aku sangat khawatir dengan menghilangnya kamu?”
Troy melontarkan pertanyan itu dengan beruntun, cepat dan juga tanpa jeda. Troy menatap Flora dengan ekspresi khawatir namun juga lega disaat yang bersamaan. Pemuda itu sepertinya sudah menahan pertanyaan-pertanyaan itu cukup lama hingga ia tak bisa menahan dirinya untuk langsung bertanya ketika mereka bertemu.
“Wah! Troy, pelan-pelan. Tenanglah! Kamu bisa bertanya satu per satu dan aku akan menjawab semuanya,” balas Flora dengan senyum lembut menenangkannya. Gadis itu memutar tubuhnya menghadap pintu dan membukanya. Ia masuk lantas membuka pintu lipat yang menutupi dinding kaca toko yang tertutup.
“Toko buka hari ini?” tanya Troy yang mengekori Flora sejak tadi dan sesekali membantunya. Ia lebih tertarik untuk mendengarkan penjelasan Flora daripada membantunya hari ini. Meskipun sebenarnya, ia pun memang ingin membantu Flora saat itu juga.
“Iya. Ini aku sedang membuka usahaku. Semoga hari ini laris dan pelanggan tidak melupakan toko ini karena sudah beberapa hari tutup,” ujar Flora dengan senyum manis yang menunjukan keyakinan dan semangatnya.
“Tidak ada yang akan melupakan buket-buket bunga cantik buatanmu,” sahut Troy.
Pemuda itu masih menunggu Flora yang sedang bersiap-siap. Sampai ia sendiri tidak menyadari bahwa posisi benda-benda yang ada di dalam toko sudah berubah. Letak meja, kursi, rak bunga, dan rak penyimpanan bunga yang sudah selesai dirangkai pun berubah dari semula.
Troy baru sadar ketika Flora mengambil beberapa tangkai bunga aster dan bunga lili yang kemudian ia bawa ke meja untuk mulai ia rangkai seperti biasanya. Troy mengambil kursi dan mendekat ke meja yang saat ini sedang Flora gunakan untuk memulai pekerjaannya.
“Apakah hari ini ada pesanan?” tanya Troy memulai dengan pembicaraan ringan.
“Iya. Ada meskipun tidak banyak. Kenapa?” balas Flora lembut.
“Bisa mengerjakannya sendiri? Atau kamu perlu bantuan saya?”
Flora tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia kembali fokus dengan pekerjannya dan mmebiarkan Troy terus berada di posisinya sambil mengamati gadis itu.
“Kenapa? Kamu bisa membantu saya untuk merangkai bunga?” tanya Flora. “Kamu sudah pernah saya ajari bukan? Jadi apakah sudah bisa merangkai bunga sekarang?”
“Belum bisa,” sahut Troy. “Kamu pergi terlalu lama. Dan aku tidak berlatih sejak hari ketika kamu tidak bertemu denganku. Mungkin sekarang ini aku sudah tidak bisa melakukannya lagi.”
“Kamu tidak berlatih atau sibuk dengan hal lain?”
“Tentu saja sibuk dengan hal lain,” sambar Troy. “Aku sibuk mengkhawatirkan temanku yang seminggu ini tidak ada kabar. Sibuk memikirkannya dan berharap dia selalu baik-baik saja.”
Flora tersenyum mendengar jawaban itu. Ia pun memikirkan hal yang sama. Ia khawatir dengan Troy. Takut pemuda itu akan melupakannya dan ia akan sendirian lagi. Namun, rupanya itu hanya kekhawatiran sepihaknya saja.
“Lalu sekarang, apakah kamu sudah lega? Sudah tidak khawatir lagi padanya?”
“Tentu saja belum. Dia belum menjelaskan padaku kemana dia menghilang dan apa yang terjadi padanya. Dia berhutang penjelasan padaku.”
Gadis itu tertawa kecil. Menatap Troy sekilas kemudian menggelengkan kepalanya ringan. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya.
“Dia berhutang penjelasan? Mungkin kalian bisa berbicara berdua nanti,” ucap Flora.
“Nanti? Kapan lebih tepatnya? Aku sangat ingin segera mendengar penjelasan darinya.”
“Tidak tahu. Kenapa kamu tidak menentukannya?” balas Flora.
“Sore ini bagaimana?” Troy menyarankan. “Sore ini aku tidak sibuk. Aku bisa pergi denganmu kapan saja.”
“Sore ini? Kita akan pergi kemana?”
“Tentu saja mencari tempat yang nyaman untuk berbagi cerita. Aku sungguh penasaran dengan apa yang terjadi padamu. Tidakkah kamu merasa sedih karena tidak dapat bertemu denganku belakangan ini?”
Flora menghentikan gerakan tangannya. Ia letakkan gunting yang tadi ia gunakan untuk memotong tangkai bunga di atas meja. Ia menatap Troy. Mendapati pemuda itu menatapnya dengan sangat tulus.
Iya, tentu Flora sedih. Ia merasa kehilangan ketika tidak bertemu dengan Troy meski hanya sehari. Ia hanya bisa melihat Troy dari lubang kunci. Mengamati temannya itu menunggu di atas motor setiap hari. Sungguh jika saja masalah selesai lebih cepat, maka ia bisa saja kembali lebih awal. Tapi masalahnya baru saja dapat ia atasi. Dan itu baru saja, baru hari ini. Saat ia kembali mendapati Troy menunggu di depan toko.
“Aku juga merasa sedih. Sedih karena tidak dapat bekerja seperti biasa dan juga tidak bisa bertemu denganmu,” balas Flora. “Baiklah. Sore ini kita bertemu. Mari mencari tempat yang nyaman untuk berbicara berdua.”
“Benarkah? Kamu berjanji?” tanya Troy dengan antusias. Ia menegakkan duduknya dan menatap Flora dengan ekspresi penuh harap.
Flora mengangguk meyakinkan. Ia menunjukan senyum tulusnya pada pemuda itu.
“Iya. Aku berjanji. Sore ini kita akan membicarakan apa yang ingin kamu ketahui.”
“Baguslah. Kalau begitu, izinkan aku yang menentukan tempatnya. Aku pastikan itu adalah tempat yang baik dan akan membuatmu merasa nyaman. Bagaimana? Boleh?”
“Iya. Tentu saja. Kamu boleh memilih tempatnya,” balas Flora.
[]
