Pertemuan Dengan Tuan Muda
Di awal pertemuan antara Riska dan tuan muda sudah membuat kesan yang tidak begitu Riska suka dari pria arogan yang akan di jodohkan dengannya.
“Bagaimana bisa sudah hampir setengah jam dia belum datang?” Tanya Riska pada ibunya yang duduk di kursi sebelahnya.
“Hush kamu diamlah. Mungkin tuan muda sedang sibuk makanya dia terlambat,” kata ibunya.
“Tapi kan dia bisa menghubungi kita Bu, masa dia tidak menghargai kita sih Bu,” kata Riska sembari memanyunkan mulutnya.
“Hey perbaiki mulutmu itu atau aku akan menjepretnya dengan karet,” kata ibunya mengancam.
Kekesalan Riska semakin meningkat karena udara terasa sangat panas apalagi Riska merasa sedikit tidak nyaman dengan pakaian yang di pakainya. Terlalu pendek dan juga ketat di tubuhnya. Benar-benar menunjukkan lekuk tubuhnya yang sempurna.
“Bu, aku keluar dulu ah, mau cari udara segar,” kata Riska yang kemudian bangkit dari tempat duduknya namun tangannya di tahan oleh ibunya.
“Kamu mau kemana? Nanti kalau tuan muda datang gimana? Sudahlah kamu duduk saja di sini,” kata ibunya yang berusaha menarik tangan Riska agar dia kembali duduk.
“Sebentar aja kok Bu, 5 menit saja supaya bajuku tidak basah terkena keringat,” kata Riska.
“Kamu jangan malu-maluin gitu dong. Kamu lihat tuh, ac-nya kan hidup jadi mana mungkin panas,” kata ibunya sambil menunjuk AC yang berada di belakang Riska.
Kali ini Riska seakan ter-skak oleh kata-kata ibunya namun Riska masih berusaha meminta agar dirinya di izinkan untuk keluar sebentar saja.
“Ya sudah tapi 5 menit saja yah, awas kalau lebih,” kata ibunya yang mengancam dengan kedua matanya yang kini telah melotot.
“Iya Bu, okey,” kata Riska yang kemudian melangkahkan kakinya pergi menjauhi ibunya.
Berada di apartemen seseorang yang tak di di kenalnya membuat Riska tampak risih hingga ingin segera pergi dari ruangan itu. Saat Riska akan membuka pintu apartemennya untuk keluar tiba-tiba muncullah dua orang pria yang sangat tampan sehingga membuat Riska berhenti seketika itu juga.
Tanpa menoleh ke arah Riska, lelaki itu terus berjalan mendekati ibunya Riska yang tengah duduk di sebuah kursi.
“Halo tuan,” kata ibunya Riska yang kemudian bangkit dari duduknya dan memberikan salam dengan sedikit membungkukkan badannya. Mungkin bagi orang lain akan terlihat sangat aneh karena ibunya Riska yang harus membungkuk pada orang yang lebih muda darinya. Itu semua karena jabatan yang di miliki pria itu sehingga bisa membuat ibunya Riska membungkukkan badannya untuk memberi hormat.
“Dimana wanita itu?” Tanya pria arogan itu yang langsung duduk di atas sofa tanpa perasaan bersalah karena sudah terlambat datang.
“Oh i-iya tuan muda. Itu dia anak saya,” kata ibunya Riska yang menunjuk ke arah Riska dan kemudian menarik tangan Riska untuk mendekat ke arah tuan muda dan memberikan salam padanya.
“Lumayan cantik juga. Kupikir kami berbohong saat mengatakan bahwa putrimu sangat cantik,” kata pria arogan itu yang masih menatap lekat Riska sehingga membuat Riska menundukkan wajahnya.
“Riska, ini adalah tuan muda Danindra. Calon suamimu,” kata Miranti pada Riska.
“Lebih tepatnya adalah suami sementara karena kita hanya akan menikah kontrak jadi kita tidak akan menjadi suami istri selamanya,” kata Danindra.
Kata-kata yang keluar dari mulut Danindra membuat Riska sangat mual. Riska bahkan tak pernah menginginkan pernikahan itu jadi bagaimana bisa Riska bahkan menginginkan pernikahan itu untuk selamanya. Riska juga sama sekali tak ingin dan tak menyukai pria arogan yang saat ini ada di hadapannya.
“Jadi namamu adalah Riska?” Tanya Danindra pada Riska. Riska pun menganggukkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaannya. “Kamu dengar yah, karena ini adalah pernikahan kontrak jadi kamu harus menuruti semua aturan yang aku buat dan kamu tidak punya hak untuk membantahnya. Dan untuk selebihnya seperti masalah pengeluaran keluarga kalian, kalian tidak perlu khawatir karena aku akan menanggung semuanya,” kata Danindra sembari mengangkat kakinya dan menindihkannya ke kakinya yang sebelah.
“Tuan tenang saja. Riska ini adalah anak yang pintar dan penurut jadi dia pasti akan mengerti dan menuruti semua perintah tuan,” kata ibunya Riska.
“Ibu, apakah ini semua tidak terlihat seperti ibu sedang menjualku?” Tanya Riska pada ibunya dengan sedikit berbisik.
“Diamlah.” Ibunya menyenggol lengan tangan Riska dengan sedikit keras.
Riska yang masih menunduk belum juga menatap wajah Danindra yang tampan. Meski hampir semua artikel yang di baca Riska tentang Danindra selalu memuji ketampanan dan kesempurnaan fisiknya namun itu semua tak membuat Riska ingin terus menatap wajah tampannya.
Riska memang sudah menatap wajah tampan Danindra saat memasuki ruang apartemennya dan itu membuat Riska tahu bahwa Danindra atau calon suaminya itu sangatlah tampan namun semua itu tak membuat Riska menatap wajahnya sekarang.
“Kalau begitu kapan kita akan melangsungkan pernikahannya tuan?” Tanya ibunya Riska. Riska yang terkejut pun langsung menoleh ke arah ibunya.
“Apa? Menikah?” Tanya Riska.
“Iya tentu Saja. Kamu kam akan menikah denganku sebagai istri yang di kontrak,” kata Danindra dengan senyum sinisnya.
“Lalu bagaimana dengan sekolahku? Aku kan masih sekolah,’ kata Riska.
“Memangnya kenapa kalau kamu masih sekolah toh kita hanya akan menikah siri jadi tidak akan ada masalah,” kata Danindra.
“Ya Tuhan, aku akan menikah kontrak dan itu pun siri?” Batin Riska. Hatinya terasa sangat sakit dan juga sedih karena harus menjadi istri siri dalam pernikahan kontrak.
“Tidak perlu menunjukkan wajah seperti itu karena aku tidak suka,” kata Danindra yang kemudian bangkit dari duduknya. “Kita menikah Minggu depan dan untuk semua biaya pernikahan kalian tidak perlu khawatir karena semuanya aku yang akan mengurusnya. Kalau begitu aku pergi dulu karena masih ada urusan,” kata Danindra yang kemudian pergi di ikuti oleh asisten pribadinya yang memang semenjak tadi menemaninya.
“Hati-hati di jalan tuan,” kata ibunya Riska yang kemudian menyenggol keras lengan tangan Riska agar memberi hormat dan salam pada Danindra.
Merasa mengerti akan kode yang di berikan oleh ibunya, Riska pun kemudian ikut membungkukkan tubuhnya menghormati Danindra yang kini telah pergi.
“Bu, ngapain sih kita harus kasih dia hormat begitu? Apa yang perlu di hormati dari orang arogan seperti itu lagipula dia itu sudah terlambat seharusnya dia minta maaf bukannya malah merasa seperti tak bersalah begitu,” kata Riska kesal. Pakaian yang di pakainya seolah tak berarti apa-apa dan hanya membuat kesan penampilannya tampak seksi dan menarik di mata Danindra.
“Sudahlah namanya juga orang kaya jadi kita harus menghormatinya. Oh iya kamu denger kan tadi apa kata tuan muda. Kamu dan dia akan me Imah Minggu depan jadi persiapkan dirimu. Mengerti!” Kata Miranti.
Ingin sekali Riska menangis saat itu juga. Riska sama sekali tak menyangka jika hidupnya akan seperti ini pada akhirnya. Menjadi seorang istri siri dari pernikahan kontrak.
Di tengah kesedihannya seperti ini rasanya percuma jika Riska menolak karena ibunya tetap tak akan mendengarkan apapun kata-katanya. Riska menarik nafasnya pelan sebelum akhirnya langkah kakinya mulai mengikuti ibunya yang sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.
“Andai saja ayah masih hidup mungkin hidup ku tidak akan seperti ini,” batin Riska di tengah langkah kakinya yang terasa lemah.
Bayangan tentang adiknya yang harus segera sembuh dengan menjalani kemoterapi membuat Riska menarik nafasnya mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa dia mampu dan ikhlas dengan perjodohan yang ibunya lakukan ini.
Banyak sekali yang harus Riska korbankan karena perjodohan ini. Selain cintanya yang semakin tak mungkin untuk di gapai, cita-cita Riska juga seolah menjadi terhambat.
Pernikahan yang seharusnya menjadi sesuatu yang sekali seumur hidup nyatanya malah tak mungkin bagi Riska karena dirinya sudah di pastikan akan menjanda hanya saja kapan waktu itu tiba Riska masih belum tahu.
