Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ketahuan Karina

Bahkan sampai di butik, Riska masih terus cemberut. Wajahnya menunjukkan ketidaksukaannya namun Danindra tetap menarik paksa tangan Laras agar mengikutinya masuk.

“Oh ini toh calon istri kak Danindra? Masih muda banget,” kata Karina, adiknya Danindra.

“Iya memang masih muda tapi tengil. Ya udah kamu cariin gih baju yang cocok buat pernikahan nanti,” kata Danindra.

“Okey kak,” kata Karina.

“Oh ya kenalin aku adiknya kak Danindra dan aku yang punya butik ini,” kata Karina sembari tersenyum.

“Oh iya kenalin namaku Riska,” kata Riska gugup.

“Aku ngga ngerti sama jalan pikiran kakakku kenapa dia dia baru mempertemukan aku dengan kamu padahal kan kamu juga akan menjadi bagian keluarga kami,” kata Karina. Riska masih terus mengikuti langkah kaki Karina.

“Emmm iya sih aku juga ngga tau kalau masalah itu. Dan memang Danindra belum pernah mengenalkan aku dengan keluarganya padahal kan sebentar lagi kita akan menikah,” kata Riska.

“Emmm kalau masalah keluarga itu memang agak sulit kak karena orang tua kami itu tinggal di Singapura dan baru akan ke sini besok karena kakak menikah,” kata Karina.

Riska semakin bingung dengan keluarga mereka dan pernikahannya yang hanya sebatas pernikahan kontrak tapi keluarga Danindra akan datang semua di acara pernikahannya.

“Apa aku harus membohongi banyak orang?” Batin Riska.

“Gimana kalau yang ini kak? Menurut kakak gimana?” Tanya Karina sembari menunjukkan sebuah gaun berwarna putih yang sangat cantik.

“Ini bagus sih. Agak tertutup gitu,” kata Riska yang merasa sangat setuju.

“Ya sudah kalau gitu kakak coba pakai yah biar aku bantu,” kaya Karina.

Riska pun melepaskan sweater yang di pakainya dan hendak memakai gaun yang tadi di tunjukkan oleh Karina padanya.

“Loh kakak masih SMA?” Tanya Karina.

“Emmmm i-iya,” jawab Riska.

“Hah yang bener aja? Masa kak Danindra menikahi gadis SMA? Dia kan udah tua?” Kata Karina lagi.

Karina pun segera menghampiri Danindra yang tengah duduk di sofa yang di sediakan. Riska yang merasa tak enak dengan situasi itu pun ikut menghampiri Danindra.

“Kak. Kakak yang bener aja masa mau nikahin anak SMA? Kakak kan udah tua kak sedangkan dia itu masih seumuran sama aku,” kata Karina.

Danindra tampak sedikit terkejut dengan kedatangan Karina yang langsung marah-marah padanya. Danindra melirik ke arah Riska dan Riska yang menyadari itu langsung menundukkan kepalanya.

“Pasti kamu yang bilang yah?” Tanya Danindra pada Riska. Riska pun menggelengkan kepalanya.

“Kak Riska ngga bilang apa-apa kak tapi aku kan lihat seragam di yang di pakai sama kak Riska,” kata Karina.

“Ok jadi gini. Sebenarnya aku memang akan menikahi Riska yang masih SMA tapi itu karena ada alasannya,” kata Danindra menghentikan kalimatnya.

“Alasan apa?” Tanya Karina lagi.

Sekali lagi Danindra pun melirik ke arah Riska lalu kemudian menceritakan semuanya kepada Karina tentang pernikahan kontrak yang akan di lakukannya dengan Riska. Danindra menceritakan alasannya menikah dengan Riska dan melakukan pernikahan itu secara kontrak.

“Apa? Jadi itu alasan kakak menikahi kak Riska? Secara kontrak lagi?. Dengar yah kak, apa kakak ngga tau bagaimana perasaan kak Riska sebagi wanita jika kakak menikahinya secara kontrak?” Tanya Karina.

Riska tak menyangka respon drai Karina akan sebaik itu. Meski baru pertama kali bertemu dengan Karina tapi Riska bisa menebak jika usia mereka tidak berbeda jauh.

“Gimana sih adiknya aja bisa berpikir begitu tapi kakaknya malah engga,” batin Riska.

“Tapi di sini kita sama-sama di untungkan kok. Aku di untungkan karena aku ngga akan di jodohkan sama ayah tapi aku juga tetap bisa menuruti keinginan ayah untuk mendapatkan anak laki-laki sedangkan Riska juga di untungkan karena setelah memiliki anak, dia bisa berpisah denganku dan menikah lagi dengan pria lain yang di cintainya dan juga jangan lupa satu hal, selama aku menikah dengannya, aku juga akan menanggung semua kebutuhan keluarganya bahkan biaya pengobatan adiknya,” kata Danindra.

“Apa benar begitu kak? Apa kakak tidak apa-apa jika menikah secara kontrak dengan kakak ku?” Tanya Karina.

“Ya ngga lah. Siapa sih yang mau di nikahi secara kontrak dan harus memberikan anakkku pada pria arogan seperti dirinya,” batin Riska.

“”Iya ngga apa-apa kok. Ini adalah kesepakatan kami sejak awal lagipula aku benar-benar membutuhkan uang sekarang untuk biaya pengobatan adikku jadi aku harus melakukan ini semua,” kata Riska.

“Nah kalo gini namanya pemaksaan dong kak,” kata Karina lagi.

“Ngga ada yang di paksa kok. Aku benar-benar ngga apa-apa. Aku ikhlas dengan ini semua,” kata Riska mencoba membuat keadaan sedikit membaik.

“Tuh kami denger kan? Lagipula aku ngga akan la kok dengan pernikahan kontrak ini. Hanya sampai aku punya anak saja,” kata Danindra.

“Lagipula kak apa kakak tidak kasian dengan nak itu yang nantinya harus menjadi anak yang tidak punya ibu?” Tanya Karina lagi.

“Tapi aku benar-benar tidak punya pilihan lain lagi. Aku tidak mau jika di jodohkan dengan Valerie,” kata Danindra.

“Tetap saja itu bukan hal yang bisa di benarkan kak. Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran kalian,” kata Karina yang langsung pergi meninggalkan Danindra dan Riska.

“Ini semua gara-gara kamu. Kenapa kamu ngga lepas sweater nya pas udah di tempat ganti aja sih?” Kata Danindra dengan wajah yang memerah.

“Ya aku mana tau. Ku pikir keluargamu sudah tahu kalau akan menikahi anak SMA seperti diriku. Abisnya kan kamu juga bilang kalau keluarga mu akan datang di hari pernikahan kita nanti,” kata Riska.

“Iya itu benar tapi aku tidak pernah bilang perihal pernikahan kontrak karena yang mereka tahu aku akan menikah secara resmi dengan kekasihku yang lebih muda dariku. Sekarang semuanya jadi hancur gara-gara kamu,” kata Danindra dengan nada tinggi.

Seketika itu juga Riska merenungi apa yang di katakan oleh Danindra kepadanya. Sekarang ini yang lebih membutuhkan bukanlah Danindra tapi dirinya karena Danindra mungkin akan dengan mudahnya mencari penggantinya yang mau di nikahi secara kontrak tapi dirinya akan sangat sulit mendapatkan uang untuk membiayai pengobatan adiknya.

“Aku harus mencari cara agar Karina bisa menerima semua ini dan tidak mengatakan pada keluarganya yang lain,” batin Riska.

“Bukannya aku ngga sayang sama anakku yang akan aku berikan pada Danindra tapi sekarang Dinda lebih membutuhkan uang untuk pengobatan dan nanti masalah anakku, aku akan tetap mengunjunginya walaupun harus secara diam-diam,” batin Riska.

Riska menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya Riska memikirkan cara bagaimana agar Karina yang sudah tahu tentang pernikahan kontaknya dengan Danindra tak memberitahukan pada keluarganya yang lain dan tetap menyetujui pernikahan mereka itu.

Kali ini Riska merasa lebih berat pada adiknya ketimbang harga dirinya karena harus memohon untuk bisa di nikahi secara kontrak. Semua itu di lakukan oleh Riska agar dirinya bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan Dinda.

Riska tak lagi memikirkan masa depannya yang akan seperti apa karena dengan dirinya di nikahi kontrak saja sudah sangat merendahkan harga dirinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel