Pustaka
Bahasa Indonesia

Last Choose

65.0K · Ongoing
Noveriya
57
Bab
624
View
9.0
Rating

Ringkasan

Bagaimana pun caranya Maya berusaha untuk membatalkan pernikahannya dengan Dimas Anggara. Pria sudah membuka mata Maya dengan segala niat buruk pria itu untuk menjatuhkan perusahaan milik keluarga Maya. Tak ada ide tergila terlintas di pikiran Maya selain mencari kekasih palsu. Dan sosok yang sangat cocok dengan hal ini adalah pengacara Ferdian Bastian. Pria dingin dan penuh misteri. Apa rencana Maya berhasil??

LawyerMenantuKawin KontrakRomansaPernikahanLove after MarriageDewasa

Part 1

Disatu kediaman mewah keluarga Aritama.

Terlihat Erwin Aritama tengah duduk di meja makan bersama keluarga tercintanya. Tatapan Erwin terlihat menunggu ketika sang istri Marwah dengan telaten menambahkan kembali salat sayur di piring miliknya.

"Cukup" ujar Erwin pelan.

Marwah berhenti, lalu hanya tersenyum simpul dan meletakkan kembali mangkuk salat itu di tempatnya.

Terlihat kedua anak mereka yang kini sudah beranjak dewasa.

Zarulita Maya putri pertama dan seorang putra pertama Marcel Aritama yang terlahir kembar.

"Pah, tumben hari ini kita makan malamnya lebih cepat, ada apa??" tanya Marcel yang tadi buru-buru pulang dari kantor demi kumpul makan malam bersama.

Papa Erwin masih terlihat menikmati salat di piringnya, namun sekilas ia bercuri pandang dengan sang istri Marwah.

Maya pun ikut menunggu sembari hendak mencicipi pure jus miliknya.

"Dimas Anggara, sudah melamar Maya" ucap Papa Erwin tiba-tiba.

Maya yang syok mendengar hal itu, seketika tersedak dan membuatnya terbatuk-batuk.

"Uhuk...uhuk.."

Dan sang mama dengan cepat mengambil beberapa tisu dan membantu putrinya yang terkaget.

"Haduh sayang, kamu kenapa? kaget ya?"

Namun sayangnya batuk Maya masih merajai tubuhnya yang terlihat masih ia coba menghentikannya. Maya mencoba untuk menenangkan batuknya dengan segelas air putih.

"Sekaget itu?" celetuk Marcel ketus.

Kedua mata kesal Maya menatap sang kakak tertua.

Namun reaksi Papa dan mama Marwah justru terlihat senang.

Ketika batuknya mereda, wajah Maya kembali menatap sang Papa.

"Yang bener pah?, Dimas Anggara?, kok bisa?, kapan?" cecar Maya yang terburu-buru.

Papa Erwin tertawa kecil.

"Apa sesuka itu kamu sama Dimas Anggara?" tanya sang Papa pada putrinya.

Maya terlihat tersipu malu.

"Tadi siang, Dimas kekantor Papa, khusus untuk meminta kamu jadi istrinya" jelas mama Marwah dengan tersenyum.

Maya yang seolah tak percaya kembali melihat pada papanya.

"Bener pah?" tanya Maya mengulang.

"Iya" sahut sang Papa ikut tersenyum.

Maya terlihat tak bisa menutupi kebahagiaannya itu, sehingga reflek menutup mulutnya dengan wajah haru bahagia.

FLASH BACK

4 bulan yang lalu... di kota Batam.

Maya yang merupakan utusan dari perusahaan New-A, berkumpul di satu gelar acara investor.

Acara yang di gelar selama 3 hari itu, telah mempertemukan Maya dengan berbagai macam investor yang tengah mencari perusahaan berkembang di profit baru di bagian ekspor impor.

Dan tanpa terduga, Perusahaan Star Tomo melirik beberapa tawaran yang di bawa oleh perusahaan New-A.

Hingga disatu kesempatan pada pertemuan pertama Maya yang di tunjuk sebagai perwakilan New-A pun menunjukkan kemampuan memasarkan produk yang di tawarkan oleh perusahaan miliknya.

Selama hampir dua jam pertemuan itu, wajah pihak Star Tomo datar. Hal itu seolah menciutkan nyali Maya yang pesimis jika Star Tomo akan melirik perusahaan New-A.

***

Malam harinya.

Maya terlihat duduk sendiri di mini bar hotel dengan memandang gelas-gelas kosong di depannya.

Namun tak lama seorang batender kembali memberikan segelas Coctail yang kesekian kalinya.

"Selamat menikmati mbak" seru sang batender pria yang tak lama berlalu pergi meninggalkan Maya sendiri di meja bar.

Maya memandang gelas Coctail itu dengan wajah datar, lalu tak lama ia mengaduk pelan minuman itu. Pikirannya benar-benar kusut karena masalah New-A yang membutuhkan investor baru.

Dan ini kian sulit ketika New-A baru saja terkena musibah yang mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan.

Maya menopang kepalanya dengan kembali terpaku menantap gelembung soda-soda dari gelas Coctail miliknya.

Hela nafasnya berhembus berat.

"Kenapa tidak Marcel yang datang kemari?, di pikir semudah itu mencari investor?" rutu Maya kesal.

Maya kesal dengan tugas yang di berikan sang Papa yang terlihat tak adil dalam pembagian tugas.

Namun satu ucapan papa yang membuatnya akhirnya mengalah.

"Papa percaya pada mu"

Mengingat hal itu, hela nafas Maya kembali berhembus pelan. Lalu ia tertunduk dengan wajah murung.

Tanpa di duga, terdengar suara ketukan di meja Maya.

Tok...tok..

Sehingga Maya seketika terkaget, dan reflek menoleh dengan wajah kesal.

Namun siapa yang akan menyangka jika di hotel sekelas bintang lima ini ia masih bertemu dengan orang yang sudah membuatnya pesimis ketika di pertemuan investor tadi.

"Mbak Maya kan? dari New-A?" ucap sang pria.

Maya mengangguk.

"Ya"

"Mengapa mbak bisa disini?"

"Kenapa?, memang gak boleh?" sahut Maya ketus.

Pria itu malah tersenyum lucu menangkap ekspesi Maya.

"Kelihatannya mbak lagi kesal"

"Banget" sahut Maya yang terang-terangan.

"Boleh saya duduk"

"Ya silahkan, asal nanti bayar sendiri" sahut Maya dengan meneguk Coctail miliknya.

Pria itu tersenyum tipis lalu duduk di samping Maya. Tak lama pria itu memanggil batender dan meminta untuk di buatkan satu minuman yang mirip dengan Maya. Sang batender pun menyanggupi dan kembali meninggalkan mereka berdua.

"Presentasi tadi cukup bagus" puji pria itu yang tiba-tiba.

Maya cuek.

"Hanya saja... permasalahan di New-A baru-baru ini cukup menjadi tolak pikir pihak Star Tomo"

Maya menghela nafas dengan kembali hendak mengekuk Coctail miliknya. Namun tanpa terduga tangan si pria menahan gelas itu yang hampir menyentuh bibir Maya.

Sehingga Maya menoleh menatap pria yang melihat lekat dua bola matanya.

"Tapi... aku sangat suka caramu yang optimis dan bergairah dalam menjelaskan, itu poin terpenting" tutur pria itu yang akhirnya mengambil alih gelas milik Maya dan ia pun meminumnya seketika hingga habis.

Maya hanya menatap aksi pria itu yang meneguk habis Coctail miliknya. Dan terlihat wajah sang pria agak terkaget dengan rasa alkohol yang kuat dari minuman Maya. Lalu ia tersenyum.

"Ahhh... ini terlalu keras untuk wanita seperti kamu" ujar sang pria dengan wajah yang sulit ia jelaskan karena rasa minuman tadi.

Namun tanpa terduga Maya malah tertawa kecil melihat tingkah pria itu.

Melihat tawa di wajah Maya, seketika tatapan pria itu berubah.

Tak lama Batender itu pun kembali dan membawa pesanan pria itu. Tapi diluar dugaan ia malah menyuruh sang batender untuk mengambil minuman itu lalu meminta minuman jenis lain yang lebih ringan untuk mereka berdua.

Sang batender yang terlihat bingung akhirnya kembali berlalu pergi dengan gelas Coctail itu.

Hela nafas sang pria pun terdengar pelan.

"Aku... sebenarnya kesal dengan Star Tomo" ujar sang pria dengan wajah sedikit lesu.

Maya bergeming dan menoleh pada wajah itu.

"Mereka terlalu pemilih" tutur sang pria.

Maya diam dengan menatap gelas kosongnya.

"Hal yang wajar" sahut Maya tanpa terduga, dan Maya paham betul hal itu.

"Terkadang mereka menjadi selektif pasti karena pengalaman yang sudah mereka lalui" sambung Maya.

Pria itu terdengar menyetujui.

"Untuk bangkit dari ketidakstabilan sangat lah susah" timpal Maya kembali.

Pria itu kembali mengangguk menyetujui.

"Sepertinya kamu lebih memahami New-A dari karyawan biasa?" tutur sang pria heran.

Maya tersenyum lucu.

"Mungkin New-A adalah perusahaan yang aku cintai, jadi jika Perusahaan ini sakit maka aku juga

akan sakit" ujar Maya.

"Oh"

"Jadi, apa karena itu kamu bisa mendapatkan fasilitas kantor dari New-A dengan menginap di hotel bintang lima ini?" tanya sang pria.

Maya sedikit kaget, namun ia sedikit berpikir.

"Ah, ini... ini hanya fasilitas yang sisanya biayanya aku tambah sendiri" sahut Maya asal. Karena, jelas-jelas ia akan mendapatkan fasilitas mewah sebagai anak Erwin Aritama. Namun Maya lebih memilih menutupinya.

Pria itu kembali mengangguk.

"Lalu kamu?, bagaimana bisa kamu ada di hotel mahal ini?" tanya Maya balik.

Pria itu hanya tersenyum.

"Ah, kebetulan... pemilik Star Tomo adalah teman ku"

"Oh, nebeng gitu" celetuk Maya sengaja.

Namun diluar dugaan pria itu malah tertawa lucu mendengar ucapan Maya. Hingga akhirnya Maya pun ikut tertawa lucu.

Tak lama obrolan keduanya pun mencair dengan santai. Keduanya saling membicarakan masalah-masalah seputar kantor masing-masing.

Hingga berselang 2 jam kemudian, tiba-tiba handphone Maya berdering. Dan kedua mata Maya menangkap nama di layar handphonenya.

"Papa" bisik Maya terpaku.

Pria itu melihat pada ekspresi wajah Maya.

Lalu ia membiarkan handphonenya terus bergetar.

"Sepertinya aku harus kembali" ujar Maya sembari hendak turun dari kursinya.

Pria itu terlihat kecewa di tinggal.

"Terima kasih, untuk waktunya, senang bertemu dengan...??" ucap Maya yang lupa dengan nama pria di hadapannya ini.

"Angga" sahut sang pria dengan mengulurkan tangannya di hadapan Maya.

"Ma.." ucap Maya terpotong.

"Maya... Zarulita Maya" potong sang pria dengan wajah senang. Sehingga Maya terkaget mendengar namanya keluar dari mulut pria itu.

"Aku... sangat mengingatnya"

Maya hanya tersenyum simpul, laku perlahan membalas jabat tangan Angga.

"Selamat malam" ujar Maya yang kemudian berlalu pergi meninggalkan pria bernama Angga di sana.

Angga menatap punggung Maya yang berlalu pergi dengan ekspresi yang seketika berubah dingin.