Bab 5. Hal paling di takutkan
_____
Belum saja sempat menarik pelatuk mereka, anak buah Afrizal sudah terkapar duluan oleh timah panas milik anak buah Zha.
"Beginikah cara penyambutan mu padaku Nona manis?" ucap Afrizal berusaha untuk tenang padahal jantungnya sudah terpompa dengan begitu keras hingga bisa terdengar oleh Zha.
Zha tersenyum miring ,masih dengan posisi moncong pistolnya yang setia menempel di pelipis Afrizal.
"Aku sudah memperingatkan mu ,tapi kau selalu datang kemari sebagai tamu yang tidak menguntungkan ku. Aku tidak pernah mengusik mu, tapi kau selalu mengusikku.!" ucap Zha.
"Apa kau tidak ingin sekedar berbincang dulu dengan ku.?" Afrizal berusaha mengatur nafasnya.
"Kau hanya akan membuang waktuku saja, ah .. tapi baiklah. Aku ingin bermain main sebentar denganmu." selesai berkata Zha langsung menurun kan pistolnya. Dan kesempatan itu di gunakan Afrizal untuk balik mengarahkan pistol nya tepat di dada Zha, namun tangan lincah Zha langsung menepis pistol tersebut sebelum pemiliknya sempat menarik pelatuk nya mengakibatkan pistol itu terlepas dari tangan Afrizal dan Zha dengan ringannya menendang tubuh pria itu hingga jatuh tersungkur kelantai.
Dorrr.....!
Satu peluru milik Zha melesat sengaja mengincar kaki Afrizal dan berhasil membuat pria itu mengerang kesakitan.
"Bawa dia ke markas, .!" Perintah Zha.
Salah satu dari anak buah Zha langsung menyeret Afrizal dan membawanya.
Zha kemudian melangkah meninggalkan ruangan bersama Elang.
Kembali berjalan di samping pemuda tadi yang masih duduk di sana. Tapi kali ini pemuda tersebut tidak memandang Zha melainkan menatap beberapa pria yang menyeret paksa tubuh Afrizal.
Pemuda itu berdiri, jiwa kemanusiaannya sedikit tergugah melihat sesuatu yang sudah dianggapnya di luar batas. Namun tiba tiba tangan Zha menangkap bahunya.
"Tidak perlu ikut campur Tuan, jika kau hanya mempunyai satu nyawa.!" bisik Zha di telinga pria tersebut, Zha terus melangkah meninggalkan pemuda yang tak lain adalah Halilintar tersebut yang terdiam memaku. Suara gadis itu mampu membuat buku kuduknya berdiri.
"Astaga....! Dia wanita, pria .. ah mungkin..?? Suaranya saja mampu membuatku bergidik begini." gumam Halilintar sedikit terpana melihat penampilan gadis itu , tidak ia sadari jika gadis itu adalah ketua para mafia yang baru saja menyeret pria yang hendak ditolongnya tadi.
"Kau pergi saja ke markas, jangan biarkan mereka bertindak apapun pada pecundang itu. Aku masih ingin membuat perhitungan dengannya." ucap Zha pada Elang setelah berada di luar.
"Nona mau kemana?" Elang menoleh.
"Aku masih ada urusan, besok aku akan segera ke markas. Aku harus pergi sendiri." jawab Zha segera meninggalkan Elang dengan membawa mobil yang tadi nya di bawa oleh pria itu.
Elang hanya bisa menggelengkan kepala, entah sudah berapa juta kekaguman yang tersimpan di hatinya pada Zha , gadis yang dulu ia kenal sebagai gadis cengeng yang hanya bisa menangis ketika di bully teman sekolahnya dan kini Elang harus mengakui kehebatan Zha, yang telah menjadi bosnya.
Setelah sekian lama melaju di jalanan sepi, Zha menghentikan mobilnya tepat di sebuah gedung yang nampak sunyi dengan penyinaran yang sedikit redup.
Ia melangkah mendekati pintu baja itu lalu membuka nya perlahan. Sedikit merasa ragu, namun ia masih melangkah dengan tenangnya.
Dari kejauhan ia sudah bisa menatap punggung seorang pria yang sedang berdiri menatap luar dari jendela, dan beberapa pengawal nya yang terlihat gagah dan sigap.
"Kanzha Al'Fatunisa... Akhirnya kau menemui ku juga." ucap sang pria paruh baya itu menoleh pada Zha yang sedikit menggeser mundur langkahnya.
Sedikit tercengang namun ia mampu menyembunyikan rasa terkejut nya dengan sempurna.
"Siapa kau, dari mana kau tau nama lengkapku.?" Zha merasa tak ada satupun manusia yang tau nama panjangnya kecuali keluarganya.
"Aku tau, bahkan aku tau semua tentangmu." pria itu mengulurkan tangannya.
"Ardogama, perkenalkan." Zha hanya memiringkan senyumnya dan enggan menyambut tangan pria itu.
"Aku mengenalmu, namamu yang begitu menggelar di dunia Mafia. Kau ketua Mafia Klan Selatan bukan? Ada masalah apa sampai susah payah kau mengundangku.?" ucap Zha tak bergeser dari tempatnya.
"Aku ingin meminta bantuanmu, untuk menemukan Keturunan Terakhir Jangkar Perak. Dan aku akan membantumu menemukan siapa pembunuh Ayahmu dan juga penyebab penderitaan Ibumu." ucapan pria itu sangat mengejutkan Zha, namun ia mampu untuk tetap tenang.
"Kau pasti sudah tau aku siapa, aku memang seorang pembunuh bayaran, tapi saat ini aku sedang libur, mungkin saja aku akan segera berhenti dari pekerjaanku itu. Dan satu lagi , aku paling tidak suka di perintah oleh siapa pun." jawab Zha segera memutar tubuh nya.
"Kau harus membantu ku..!"
"Menggelikan sekali. Kau seorang ketua Mafia yang terkenal hebat, kenapa meminta bantuan ku.? Apa kau sudah terlalu lemah, hingga tidak bisa melakukannya sendiri?" Zha terpaksa kembali memutar tubuhnya.
"Apa kau tidak mau tau siapa pembunuh ayahmu.?"
"Apa urusannya denganmu.?"
"Tentu saja ada.! Pembunuh Ayahmu adalah penyebab kematian istriku, musuh kita sama." ucap Ardogama.
"Kita tidak punya urusan. Maaf, aku lebih suka menyelesaikan masalahku sendiri. Kau cari saja orang lain yang mau membantu mu." Zha kembali melangkah.
"Kau tidak akan bisa keluar dari sini sebelum memberiku jawaban." tiba tiba pintu itu tertutup dengan sendirinya.
Zha yang menyadari nya langsung meraih pistol dari balik jaketnya dan menodongkan ke arah Mr. Ardogama. "Kau menjebakku.?"
Para pengawal Ardogama pun dengan sigap langsung mengarahkan pistol mereka tepat ke arah Zha.
Sedangkan Ardogama hanya menghela nafas lalu mengangkat tangannya.
"Turunkan senjata kalian, aku tidak ingin ada pertumpahan darah di sini." ucap nya yang segera di patuhi oleh para pengawalnya.
Ardogama menatap lekat wajah Zha yang terus waspada.
"Kau bisa saja memecahkan kepalaku, tapi bagaimana jika Anak buahku memerintahkan Sniper ku untuk menarik pelatuknya.?" ucap sang Ardogama ,menunjuk sebuah layar yang segera di hidupkan salah satu anak buahnya. Layar yang menampakkan seorang Snipernya yang sedang mengarahkan sinar laser senapan apinya tepat ke kepala seorang gadis yang sedang berjalan keluar dari sebuah Mall.
"Bedebah...!!!" umpat Zha segera menyimpan kembali pistol milik nya.
"Cih....!!!! Apa sebenarnya mau mu pengecut.? Berani kau menyentuh kulitnya, aku akan mengupas seluruh kulit tujuh keturunan darimu!" ancam Zha, dan pria itu malah terkekeh.
"Ini hanya strategi untuk aku melunakkan hati baja mu Nona iblis. Bekerja samalah dengan ku, dan gadis itu akan aku lepaskan." pria itu kembali terkekeh.
"Baik lah, tepati janji mu atau aku akan menagih nya dengan caraku."
"Kau hanya perlu mencari Keturunan Terakhir Jangkar Perak, sesuai dengan Nama Klan nya, seseorang yang mempunyai tato jangkar perak di bagian tubuhnya. Jika kau berhasil menemukannya, maka kau bisa memulainya dari sana." jelas Ardogama.
"Kau sudah gila ya..? Apa aku harus memeriksa seluruh manusia di muka bumi ini hanya untuk menemukan seseorang yang bertato demikian.?" bentak Zha masih dengan mata tajam nya.
"Hahaha... tentu saja tidak. Tapi kau pasti tau, jika tato itu langka. Dan pasti nya akan sangat mudah untuk menemukannya."
"Apa mulut mu bisa di percaya Mr. Ardogama.?"
"Tentu saja , jika aku berbohong atau mengkhianati mu kau boleh memotong lidahku. Aku akan memberikannya dengan suka rela." jawab Mr.ardogama.
Zha hanya bisa mengepalkan kedua tangannya dengan mata bengisnya yang menatap tajam wajah pria itu, di lubuk hatinya ia menangkap kebenaran di wajah yang mulai terlihat sedikit keriput itu, bersamaan dengan suara derit pintu yang terbuka Zha akhirnya melangkah meninggalkan pertemuan yang sempat membuatnya tegang itu.
Zha kembali meluncur ke Mansionnya.
Membanting dirinya di kasur sesaat setelah memasuki kamarnya, Zha terlihat berpikir dengan kedua tangan tertumpu di bawah kepalanya.
"Lea,.. Dari mana dia bisa tau? Tidak, aku harus membawa mereka ke tempat yang aman. Nyawa mereka bisa saja terancam jika masih berada di sana." gumam Zha.
Inilah hal yang paling ia takutkan, keluarganya akan menjadi kelemahan baginya jika para musuhnya mampu mengenali mereka. Selama ini Zha berupaya untuk menyembunyikan identitas keluarganya, namun hari ini pria itu tiba tiba menyebut nama asli nya dan juga mengenali Lea sebagai orang terdekat Zha.
___________
