3. Tempat Asing Bersama Orang Asing
Kuda mereka berhenti di sebuah istana yang lebih kecil. Namun istana itu tidak bisa dikatakan kecil sebab luasnya berkali-kali lipat dari rumah milih Cho Ryu di Seoul.
Pada sebuah pohon dedalu yang tumbuh di tepi danau, Yeon Gi menghentikan kudanya lalu turun dan menambatkannya pada batang pohon tanpa menurunkan Cho yang masih tampak tertegun dengan pesona istana yang mengagumkan matanya.
Gadis itu menatap istana yang di bangun sedikit lebih tinggi dari danau sehingga untuk masuk ke dalamnya, ia harus menapaki undakan batu.
"Bantu dia masuk ke dalam," kata Yeon Gi kepada Jae Min yang langsung di jawab dengan anggukan. Sementara itu, Yeon Gi langsung berjalan menapaki undakan batu untuk masuk ke dalam istana, mengabaikan Cho begitu saja.
"Mau sampai kapan berada di sana?" tanya Jae Min pada Cho yang langsung tersentak kaget oleh suara lembutnya.
"Ayo. Biar ku bantu," Jae Min merentangkan kedua tangannya kepada Cho yang menatap bingung padanya. Ia tidak mengerti harus apa. "Turun, Cho," desah Jae Min tak sabar. "Apa kau kesulitan menggerakkan kakimu?"
Cho mengangguk sembari mengulum bibirnya canggung. Jawaban Cho membuat Jae Min memutari kuda milik Yeon So lalu membantu Cho mengangkat kaki kanannya ke sisi kiri kuda hingga gadis itu duduk dengan posisi menyamping. Jae Min kemudian kembali ke hadapan Cho dan mencengkeram kuat pinggang kecilnya. Begitu mudah Jae Min menurunkan tubuh Cho dari pelana kuda, seakan gadis itu hanya sebuah gumpalan kapas yang ringan.
Sekali lagi Cho menatap pada undakan batu yang cukup tinggi ketika Jae Min menurunkannya di depan undakan paling bawah. Mungkin ada sekitar tiga puluh anak tangga yang harus ia lewati, dan Cho tidak yakin kakinya bisa ia gunakan untuk menapakinya meski dengan langkah pelan. Tulangnya terasa hancur.
Seakan mengerti apa yang ada di dalam pikiran Cho, tanpa banyak bicara Jae Min menyisipkan lengannya pada lipatan kaki Cho dan lengan satunya menyisip di belakang lengannya. Kembali membopong gadis itu dalam gendongannya.
Cho yang belum siap dengan perlakuan Jae Min, di buat kaget bukan main. Hingga secara refleks ia mengalungkan kedua lengannya ke leher Jae Min. Untuk beberapa detik mereka saling pandang dalam diam. Dan senyuman Jae Min berhasil membuat Cho mengerjap cepat, melepaskan diri dari pesona Jae Min yang nyaris menghentikan debaran jantungnya.
Indah sekali... Jae Min benar-benar pria dengan wajah yang indah. Bagaimana bisa seorang pria bisa terlihat tampan dan cantik secara bersamaan?
Cho tidak memalingkan pandangannya dari wajah Jae Min sedikit pun. Bahkan ketika pria itu menurunkannya setelah sampai di dalam ruangan istana, Cho masih menatap wajah ae Min. Ia terlalu terpesona.
Kemudian ketika sebilah pedang mengarah ke lehernya, Cho terpaksa menahan napasnya. Bola matanya bergulir menatap mata pedang yang runcing. Pelan sekali ia menggerakkan kepalanya, mengarahkan pandangannya pada pemilik pedang yang mengacung di lehernya, bersiap menggoroknya dalam satu kali tarikan.
Lagi. Ia di kejutkan oleh sosok pria yang ia tahu berada dalam satu grup bersama Yeon Gi dan Jae Min. Pria itu bernama Seo Jun. Member tertua boy group Proof, kini sedang mengarahkan pedangnya di leher Cho. Mata monolid yang lebar, namun memiliki sorot yang begitu sadis dan mengerikan. Ada binar kebencian di netra Seo Jun yang membuat tubuh Cho Ryu seketika membeku karena ketakutan setengah mati.
Cho menahan napasnya, tatapan tajam Seo Jun yang mengarah lurus padanya berhasil membuatnya hampir mati tak bisa bernapas. Bengis, dan di penuhi oleh kebencian yang membuat Cho seketika menangis. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Seo Jun terlihat sangat membencinya? Bahkan pria itu tanpa segan meletakkan bilah pedang ke lehernya.
"Hyeong, jangan membuatnya takut," ucap Yeon Gi yang berdiri di sisi belakang Seo Jun.
"Sejak kapan gadis ini memiliki rasa takut kepadaku?" ucapnya sinis. Masih menatap dingin pada Cho yang sudah berderai air mata.
"Dia berusaha kabur bersama kekasihnya—"
"—Soo-bin bukan kekasihnya," sambar Yeon Gi. "Soo-bin adalah seseorang yang di bayar untuk menculik dan membunuhnya. Pria bangsat itu mencoba memperkosanya semalam."
"Sejak kapan kau percaya dengannya, Yeon? Dia memperdayamu!" Seo Jun menggeram marah. Rahangnya mengeras bersama kilatan mata yang semakin tajam.
"Aku melihatnya sendiri. Dan aku juga yang membunuh Soo-bin. Kepalanya masih menggantung di kuda Jae."
Ucapan Yeon Gi membuat Seo Jun perlahan melunak. Pria itu menurunkan pedangnya dari leher Cho, kendati tatapan matanya masih begitu dingin.
"Aku tahu siapa yang membayar Soo-bin. Jadi, tenangkan dirimu. Biarkan dia beristirahat, hyeong. Dia masih terguncang dengan kejadian yang dia alami semalam."
"Aku masih tidak bisa mempercayainya," ucap Seo Jun.
"Terserah. Tapi kumohon. Untuk kali ini, percayalah bahwa dia tidak bersalah."
Seo Jun mendengus kesal kemudian memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung pedang yang menggantung di pinggangnya "Aku mempercayaimu, bukan dia."
"Aku tahu," kata Yeon Gi. "Bawa dia ke kamarnya Jae, aku akan memanggil beberapa dayang untuk merawatnya."
"Baik, hyeong." Jae Min menggendong lagi tubuh Cho dan membawanya masuk ke istana lebih dalam lagi.
Lorong yang ia lewati begitu sempit, namun segala furnitur klasik yang ada dan tertata di sepanjang lorong tampak begitu cocok. Kental sekali dengan era kerajaan. Ia terlalu mengagumi segala hal yang ada di istana itu. Tentu saja, karena ini adalah kali pertamanya Cho memasuki istana kerajaan.
Netra nya sibuk mengawasi setiap hal asing yang baru ia ketahui sementara Jae Min masih menggendongnya menuju ke ujung lorong dimana kamarnya berada.
Cho memekik kala tubuhnya berayun dan terhempas dengan begitu lembut di atas ranjang yang terasa begitu nyaman. Bola matanya kembali terfokus kepada Jae Min yang merapikan posisi baringnya agar tidak terlalu merasakan sakit.
"Aku dimana?" tanya Cho. Ia menatap sekeliling ruangan luas yang ia singgahi.
"Di kamarmu," jawab Jae Min tampak ragu. Bukan ragu tentang jawabannya, namun ragu dengan pertanyaan Cho yang menurutnya terasa aneh. Aneh sebab Cho tidak mengenali tempat yang selalu ia gunakan untuk tidur.
"Aku tidak yakin memiliki kamar sebesar ini," gumam Cho yang kemudian menatap dinding di belakang ranjang. Berharap poster besar boy group Proof miliknya terpasang di sana. Sebab, ia tidak akan bisa tidur sebelum memandangi senyuman Koo Hyun. Dan ia mendesah kecewa kala poster yang ia cari memang tidak ada.
"Apa yang terjadi padamu, Cho?" tanya Jae Min. Kedua matanya menyipit, benar-benar penasaran dengan keanehan pada diri Cho yang tidak seperti biasanya. Gadis itu tidak bersikap selayaknya ia yang biasanya.
"Aku..." Cho mengarahkan pandangannya pada jendela kamar yang masih tertutup rapat. "...tidak tahu," lanjutnya sembari meringis oleh denyutan di kepalanya.
Belum sempat Jae Min bertanya lagi, suara seorang dayang dari luar pintu kamar membuat pria itu menahan suaranya.
"Yang Mulia, kami datang untuk merawat putri Cho Ryu."
"Masuk saja," sahut Jae Min.
Kemudian empat orang dayang memasuki kamar. Masing-masing membawa nampan berisi beberapa perlengkapan untuk membersihkan luka-luka Cho. Entah sudah yang ke berapa kalinya Cho di buat tertegun dengan hal-hal yang belum pernah ia alami sebelumnya.
Ia tidak mengerti... Dimana ia sekarang, lalu apa ini? Yang Mulia? Putri Cho Ryu? Istana? Astaga... Semua ini membuat kepala Cho sakit. Ia sempat berpikir bahwa ia terlibat dalam pembuatan film atau apa, atau entahlah... Tapi jika memang mereka sedang syuting, Cho tidak melihat kamera atau kru lain yang berpakaian normal.
Atau mungkin ini hanya acara reality show yang diadakan agensi dari boy group Proof untuk mendekatkan mereka dengan para penggemar mereka? Dan memang benar Cho adalah penggemar mereka. Tapi semua ini terasa begitu nyata.
Cho terlarut dalam pikirannya, sampai ia dibuat terkejut kala salah satu dayang melepas pakaiannya dengan menurunkan lapisan terakhir dari gaun yang ia kenakan. Secara naluriah ia menghindar dan menatap sang dayang yang tampak ketakutan oleh penolakannya.
"Maaf, Yang Mulia. Anda harus mengganti gaun Anda," ucap sang dayang dengan wajah yang menunduk dalam.
Cho memandangi empat dayang yang mengelilinginya secara bergantian. Benar-benar ragu, ia pun merasa takut. Namun apa yang bisa ia lakukan? Berlari kabur? Sementara kakinya masih terasa sakit bukan main.
Kemudian dengan sangat pasrah, Cho merentangkan kedua tangannya agar para dayang mengurai tali-tali yang tersambung di sisi pinggang gaunnya.
Sejauh ini para dayang itu memperlakukan tubuhnya dengan baik. Secara bergantian mereka membasuh tubuh Cho dengan air hangat. Membersihkan noda darah yang mengotori beberapa bagian di tubuhnya. Kemudian mengganti gaun kotor Cho dengan gaun baru yang lebih bersih.
Setelah selesai merawat Cho hingga rambut kusutnya kembali rapi, keempat dayang itu pun keluar dari kamarnya. Kemudian beberapa menit berikutnya Jar Min kembali memasuki kamar Cho bersama senyumnya yang menawan.
"Lebih baik," ujar Jae Min yang berjalan mendekat kemudian menarik kursi kayu ke sisi ranjang Cho dan duduk di sana. Senyumnya benar-benar tidak lepas dari bibirnya. Pria itu mengamati wajah Cho yang masih pucat dengan beberapa luka ringan yang sudah bersih.
Cho tidak tahu bahwa ketika ia menundukkan wajahnya begitu dalam membuat Jae Min semakin terheran-heran.
Putri Cho Ryu yang selama ini angkuh dan sinis terhadap para pangeran tampak menundukkan wajahnya dengan begitu dalam. Aneh sekali. Bahkan putri Cho Ryu yang Jae Min tahu tidak pernah segan melemparkan pisau ke arahnya jika mereka berpapasan, jauh berbeda dengan putri Cho Ryu yang berada di hadapannya ini. Sesuatu mungkin telah terjadi dengan putri Cho Ryu.
"Cho?" Jae Min mendekatkan wajahnya kemudian mengintip pada wajah Cho yang menunduk. "Ada apa denganmu?"
Tanpa mengangkat wajahnya, Cho menggelengkan kepalanya. Ia menggigit kulit bibir bagian dalamnya dengan sangat kencang hingga berdarah.
"Kau ingat siapa aku kan?"
Cho membisu. Ia ingin menjawab bahwa ia tahu bahwa pria yang sedang bersamanya kali ini adalah Jae Min. Salah satu member sebuah boy group terkenal berasal dari Korea selatan yang di kenal dengan nama Proof. Namun ia tidak berani mengeluarkan suaranya.
"Aneh, huh?"
Cho dan Jae Min mengarahkan pandangannya ke sumber suara secara bersamaan dan di sana terdapat presensi Yeon Gi yang sedang mengawasi Cho dengan begitu intens. Pria itu masih melemparkan tatapan tajam kepada Cho yang membuat Cho mengerut takut.
"Hyeong?"
