Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8. Pernyataan Cinta.

Fic masih memeluk erat tubuh Ellena yang masih meronta.

"Jahat! Kau tega membohongiku! Lepaskan Fic!"

"Aku tidak berbohong. Sungguh. Kau hanya salah paham Ellena! Berhenti lah!"

"Kau ingin mengajak ketemu wanita itu. Hanya saja karena wanita itu tidak mengangkat panggilan mu. Makanya kau sendirian disini. Jika tidak, kau pasti sudah duduk berdua dengannya." Ellena melirik sadis. Fic menggeleng.

"Lalu apa yang kalian bahas? Tentang pernikahan kalian! Benar kan?"

"Cukup Nona! Tidak seperti itu!" Fic kini mendekap kepala Ellena. Mengusapkan pipinya pada pipi Ellena. Fic kini sudah bisa menebak dengan benar, jika saat ini Ellena sedang cemburu

Benarkah Nona Ellena cemburu?

Fic berusaha menenangkan pikirannya dahulu, sebelum menenangkan hati Ellena dengan terus mengusapkan pipinya pada Pipi Ellena.

"Berhenti menuduhku yang tidak ku perbuat!"

"Bohong!"

Fic tidak ingin berlama lama dalam keadaan tersudut. Cepat mengangkat tubuh Ellena dan membawanya menjauhi mobil. Tidak lagi peduli Ellena menjerit.

"Diam!" Ellena terkejut dengan bentakan Fic.

"Jika kau begini, mana bisa aku menjelaskannya? Mana kau tau yang sebenarnya?" Ellena terdiam.

Fic mendudukkan Ellena di bangku kembali setelah memutar matanya, memastikan jika tidak ada orang yang mengenali mereka.

Fic mengusap air mata Ellena dengan ujung kaosnya. Kemudian duduk berlutut di hadapan Ellena. Meraih kedua tangan Ellena dan menggenggamnya dengan erat

"Kenapa Nona seperti ini?" Fic mencium tangan Ellena beberapa kali. Ellena tidak bersuara, gadis itu masih terisak.

Fic membawa satu tangan Ellena ke dadanya. Menekan kuat disana.

"Aku menghubunginya, hanya untuk mengatakan jika malam ini aku tidak bisa menemui Ayahnya. Gadis itu tadi, Anak dari salah satu kenalan ku dahulu. Orang yang pernah berbaik hati padaku sebelum aku bertemu Tuan Ken yang membawaku pada Ayah Nona!" Fic mulai menjelaskan.

"Ayahnya, meminta tolong padaku, untuk mencarikan pekerjaan untuk gadis itu. Dan aku berniat, membawanya ke rumah agar menjadi Pelayan disana. Tidak lebih dari itu. Jika kau masih tidak percaya. Ayo ke sana. Kerumahnya! Kau bisa bertanya langsung dengan mereka."

Ellena melirik, dengan bibir yang masih terkatup rapat.

Fic bangun, duduk disisi Ellena. Memeluk Ellena.

"Sudah kukatakan berapa kali. Jika kau keberatan aku menikah., maka aku tidak akan menikah. Aku tidak pernah memikirkan itu bahkan. Sekali pun aku tidak pernah memikirkan untuk menikah dengan siapapun itu. Kecuali, jika Nona Ellena yang sudah mengijinkannya. Hidup ku akan ku habiskan untuk ada disisimu. Apa kau mengerti Nona?" Fic menciumi kepala Ellena.

Ellena masih terdiam.

"Berhenti lah bersifat kekanakan. Kau sudah bukan Anak Kecil lagi. Kau ini calon Penerus Tuan Nathan! Kau harus bisa bersikap lebih dewasa!" Fic masih mengoceh.

"Apa kau tidak malu? Kemana harga dirimu sebagai Tuan Putri Edoardo yang Terhormat, jika terus merengek dan menangisi seorang Fic yang tidak berharga ini?"

"Fic, tapi kau berharga bagiku." Ellena kembali merengek.

"Baiklah, jika menurut mu begitu Sekarang ini, jangan berpikir apa apa lagi. Aku akan bersamamu sampai kau menemukan pendamping yang tepat untukmu!"

Kini Ellena mendongak. Menatap Fic.

"Tapi aku tidak mau menikah dengan siapapun Fic! Aku hanya ingin menikah dengan mu saja."

Fic kembali dikejutkan dengan ucapan Ellena, tapi Fic mencoba untuk tetap tenang.

"Nona! Kita tidak bisa menikah!"

"Kenapa? Bukan kah kau tidak memiliki kekasih?"

"Walaupun. Tapi, Nona harus menikah dengan pria yang tepat! Fic ini hanya Kepala pelayan dan hanya bertugas menjagamu sampai batas waktu yang ditentukan saja." Fic masih bisa untuk tenang.

"Ubah saja Fic. Tanpa batas waktu. Jadi kau bisa menjagaku selamanya!" Ellena kini memegangi kedua lengan Fic.

Fic tergelak kecil. "Kau ini. Kau belum juga mengerti apa itu menikah."

"Aku mengerti Fic! Kau yang tidak mengerti!" Ellena mulai bersuara keras.

"Aku tau Fic. Aku tau rencana kalian!" Ellena menunjuk dada Fic.

Fic memandangi dua mata Ellena yang membulat.

"Rencana yang mana lagi?"

"Rencana mu, rencana Ayah dan Paman Ken!" Ellena sedikit menekan dada Fic.

"Kalian kira aku tidak tau hah! Kalian merencanakan untuk aku menikah dengan salah satu Putra Paman Ken bukan?"

"Sekarang berpikir lah Fic! Mana bisa menikah jika tanpa Cinta?"

"Ayah dan Ibu, Paman Ken dan Bibi Rimbun. Mereka bisa bersatu dan bahagia karena saling mencintai. Aku, tidak mencintai dan tidak akan pernah mencintai Putra Putra Paman Ken, atau laki laki manapun."

Mendengar ucapan Ellena, Fic kembali resah, sudah bisa membaca arah tujuan pembicaraan Ellena.

"Ayah, Paman Ken dan Fic sama Nona! Hanya ingin melakukan yang terbaik untuk mu. Jika kau salah memilih pendamping, maka bukan hanya kau yang menderita. Tapi seluruh Perusahaan Edoardo. Mau dibawa kemana nasib Perusahaan? Yang susah payah dibangun oleh Ayah Dan tuan Ken? Kau harus mendapatkan pendamping yang tepat. Dan bagi kami, Putra Putra Tuan Ken lah, yang pantas dipercaya untuk mendampingi mu. Itulah sebabnya, kami merencanakan itu." Fic berusaha menjelaskan tuduhan Ellena pada rencana mereka.

"Lalu bagaimana jika kami tidak saling cinta. Apa aku tidak akan menderita? Pikirkan itu Fic! Hidupku, jangan kalian korban kan untuk Perusahaan!"

"Nona. Seiring berjalannya waktu, cinta akan datang. Nona belum pernah mencoba bukan? Kalian belum pernah saling dekat. Jika kalian sudah dekat nanti, aku yakin salah satu dari mereka akan ada yang menempati hati Nona." Fic berkata dengan penuh percaya diri.

"Apa Nona tidak bisa melihat? Triple K, bukan hanya tampan, pria pria tangguh, baik hati dan bisa diandalkan. Menjadi idola para wanita."

"Tapi bagiku tidak!" Seketika Ellena berdiri.

"Aku mencintaimu Fic! Dari dulu, bahkan dari aku kecil. Aku menunggu waktu dewasa hanya untuk mengatakan ini padamu. Aku sudah menunggu selama ini Fic."

Fic benar benar terbelalak, meskipun sempat menduga, tapi dia tidak menyangka jika Ellena akan senekat ini mengutarakannya.

"Kau bicara apa? Kau jangan membual Nona Ellena!" Fic juga berdiri. Menatap Ellena dengan jarak dekat.

"Aku tidak pernah membual dan aku tidak pernah bermain main dengan perasaanku Fic! Aku mencintaimu!" Ellena masih berteriak.

"Cukup Ellena!" Fic juga berteriak.

"Apanya yang cukup!Aku tidak percaya jika kau tidak merasakan ini. Kau hanya berpura pura tidak tau bukan? Kau sebenarnya tau itu Fic. Kau hanya pura pura buta dan Tuli. Demi apa! Demi mereka! Dan memilih mengabaikan aku!"

"Itu tidak mungkin Nona. Kau hanya salah mengartikan perasaanmu. Percayalah, itu bukan cinta." kini Fic terduduk lemas di bangku. Pikirannya kembali bleng. Dia tidak lagi sanggup menatap wajah gadis yang masih berdiri di sampingnya itu. Fic menunduk, meremas lututnya sendiri.

"Mana mungkin."

"Itu tidak mungkin."

"Kau tidak percaya padaku. Aku jatuh cinta padamu dari dulu Fic. Aku mencintaimu!" Ellena mengguncang bahu Fic.

"Berhenti Nona!" Fic berdiri lagi.

"Cukup.!" Fic mencengkeram kedua bahu Ellena. Menatapi kedua mata Ellena.

"Kau tidak waras Ellena."

Ellena membalas tatapan Fic. Matanya kembali berkaca kaca.

"Kau mengatakan aku tidak waras?"

"Lalu bagaimana denganmu!" Ellena mendorong dada Fic.

"Apa kau tidak merasakan hal yang sama? Jujur padaku Fic! Bagaimana perasaanmu padaku! Kau juga merasakan apa yang aku rasakan bukan?" tubuh Fic bergetar. Menahan antar emosi dan perasaan yang akhir akhir ini sudah menyebar ke seluruh sarafnya. Dan tanpa Fic sadari, menyinggahi hatinya.

"Fic!" Ellena menggengam lagi tangan Fic. Wajah Fic terangkat. Getir, saat ini hatinya ketika pandangannya bertemu kembali dengan mata Ellena.

Fic menarik tubuh Ellena untuk duduk.

"Fic! Aku mencintaimu."

Fic mendekap kepala Ellena, beberapa kali mencium pucuk kepala Ellena.

"Tenanglah, tenanglah. Itu hanya sementara. Kau belum mengerti saja. Selama ini kau belum pernah dekat dengan pria lain. Kau hanya terbawa kedekatan kita saja." bisik Fic, mencoba menenangkan hati Ellena. Fic percaya jika perasaan Ellena hanya lah sementara.

"Tidak Fic! Ini benar. Bukan hanya karena kita dekat. Aku nyaman saat didekat mu. Aku bahagia saat bisa bersamamu. Aku takut kehilangan jika kau jauh. Lalu aku cemburu jika membayangkan kau bersama orang lain." Ucap Ellena, mengangkat wajahnya.

"Nona. Aku ini pantas menjadi Pamanmu. Kau tidak akan lupa itukan?" Fic mengusap wajah Ellena. Tiba tiba Ellena merengkuh Tengkuk Fic. Mencium Bibir Fic dengan cukup dalam.

"Nona!" Fic menahan tubuh Ellena. Tapi Ellena tidak berhenti, tetap melakukannya.

Kali ini Fic kacau, antara takut namun tubuh berkhianat, sesaat terpejam terlena dengan perlakuan Ellena. Pikiran jernihnya hancur seketika. Gemuruh dadanya yang hebat belum lagi getaran hati yang tiba tiba saja meledak ledak.

Tangan Fic merengkuh pinggang Ellena ketika Ellena menekan lehernya. Tanpa balasan dari Fic, Ellena memperdalam ciumannya.

Bibir Fic yang cukup gemetaran itu berusaha untuk tidak membalas, hingga bergerak pelan menggigit bibir Ellena.

"Fic." Ellena melepaskan ciumannya, mengusap bibirnya yang terasa sakit.

Fic sendiri mengusap bibirnya.

"Kenapa bodoh sekali." nafasnya naik turun.

"Aku hanya ingin kau tau, kalau aku sungguh sungguh mencintaimu."

"Tak harus melakukan ini." ucap Fic.

Fic mengangkat tubuh Ellena dan membawanya ke dalam mobil. Ia cepat menyusul.

Mereka sama sama terdiam untuk waktu yang lama. Fic meremas rambutnya. Melirik Ellena yang menunduk, Kemudian terlihat mengusap bibirnya.

Fic mengulurkan tangannya , menyentuh bibir Ellena.

"Masih sakit?"

Ellena hanya mengangguk. Fic menggeser duduknya, mengangkat wajah Ellena.

"Maafkan Fic. Itu tadi sungguh tidak sengaja." Mengusap usap bibir Ellena dengan jarinya.

Ya Tuhan!

Sungguh jantung Fic kembali berdebar kencang. Seperti hendak menyesap bibir itu.

Fic memejamkan matanya sebentar.

"Jika kau ingin Fic selamat. Jangan ulangi lagi. Demi apapun Nona. Ini salah." ucap Fic.

"Kau menolak ku?" Ellena menarik tangan Fic saat Fic kembali ke tempat duduknya.

"Ini bukan masalah Tolak menolak Nona! Kau harus tau posisi ku. Aku berada dimana?" Fic meluruskan pandangannya.

"Aku bekerja untuk Ayahmu. Itu karena jasa Tuan Ken. Aku tidak mungkin mengkhianatinya."

"Kau memilih mengkhianati ku? Kita sudah sangat lama bersama Fic! Mana bisa kita mengabaikan perasaan yang tanpa kita sadari ini yang sudah lama sama sejak dulu?"

Fic menoleh kembali. "Cobalah membuka hatimu untuk orang lain. Kau pasti akan segera melupakan perasaan ini."

"Jika tidak berhasil bagaimana?"

"Fic yang akan menghindarinya."

"Kau akan pergi? Kau sudah berjanji padaku Fic. Kau tidak akan pergi sebelum aku mengijinkan mu."

Fic tidak menjawab lagi. Kini menghidupkan mesin mobil dan melaju.

"Aku belum mau pulang Fic. Berhenti!" Ellena berteriak. Fic tidak lagi mendengar.

"Fic. Apa kau juga mencintaiku?" Fic tetap tidak bersuara.

"Jawab!"

Fic menoleh, "Berhentilah Nona."

"Aku butuh jawabanmu."

Fic menepikan mobilnya dan berhenti.

Menoleh pada Ellena yang masih menunggu jawabannya.

"Sekarang, nasib Fic ada di tangan Nona sendiri. Jika Nona berharap Fic di tendang dari rumah itu. Maka lanjutkan saja keinginan mu. Fic tidak keberatan. Asal Nona senang." Fic kembali melaju.

Ellena bungkam, sampai mereka tiba di rumah. Tidak ada percakapan lagi. Tenggelam dalam pikiran masing masing yang kacau.

Fic cepat membuka pintu mobil dan membuka pintu untuk Ellena. Mempersilahkan Ellena untuk masuk saat pelayan membuka pintu.

Fic mengantar Ellena sampai ke kamar. Membuka pintu kamar Ellena.

Menoleh pada Ellena yang tidak bergerak.

"Masuklah! Aku akan memanggil pelayan untuk menyiapkan makan malam mu."

Ellena belum bergerak.

"Kau mau makan di kamar atau di meja makan?" Fic bertanya.

Ellena tidak menjawab.

"Nona. Kau tidak mendengar ku?"

Ellena tetap tidak bergeming.

Fic menarik lengan Ellena untuk ke dalam.

"Lepas Fic. Aku butuh jawabanmu!"

Fic hanya menghela nafas, melangkah keluar dan menutup pintu.

"Fic!" jantung Fic hampir terlepas, ketika Mira sudah berada di belakangnya.

"Nyonya!"

"Kalian sudah pulang? Cepat sekali?"

"Nona Ellen." Fic melirik pintu.

"Angin malam sepertinya tidak baik untuk Nona. Aku sengaja mengajak Nona pulang cepat!" Fic terlihat gugup.

"Ah baiklah. Terimakasih sudah memperhatikan kesehatan Putri ku."

Fic hanya mengangguk.

"Aku akan memanggil pelayan untuk menyiapkan makan malam Nona." Fic cepat berlalu.

Mira bisa melihat kegugupan Fic. Cepat membuka pintu untuk memastikan keadaan Putrinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel