Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Diacuhkan Orangtua

Selesai menjalankan hukuman, Jesica segera pulang. Sesampainya di rumah Jesica tidak mendapati siapapun kecuali pembantunya yang masih sibuk mengerjakan pekerjaan rumah.

Jesica ingin sekali membeli sepatu yang sudah lama dia idamkan. Dia ingin meminta uang pada Ayahnya, tapi kenyataannya Ayah dia tidak pulang malam ini.

“Bun, Jesica minta uang buat beli sepatu baru,” kata Jesica mendekati Bundanya yang sedang mengerjakan tugas dari kantor.

“Pakai aja sepatu yang ada, jangan boros,” kata Arum Mama Jesica. Mendengar hal itu Jesica langsung masuk ke dalam kamarnya.

Dari sejak dia SD Jesica tidak pernah diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Semenjak kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan mereka. Bahkan saat ulang tahun pun Jesica tidak mendapatkan ucapan selamat, apalagi kado. Justru mereka keluar kota untuk bekerja dan meninggalkan Jesica bersama pembantu mereka.

Nenek dan Kakek Jesica pun tidak ada yang menyayangi Jesica. Saat Jesica berkunjung mereka selalu acuh pada Jesica. Entah apa salah Jesica sehingga diacuhkan oleh keluarganya.

Terdengar mobil Arum keluar rumah, Jesica tidak tahu kemana Bundanya pergi. Mereka tidak pernah pamit jika bepergian kalau bukan Jesica yang tanya.

“Non Jesica, Mari makan!” ajak Mbok Atun pembantu yang sedari kecil merasa Jesica. Jesica mengikuti Mbok Atun ke meja makan.

“Hanya ini Mbok makanannya?” tanya Jesica melihat hanya ada sedikit menu.

“Iya Non, tapi Bunda sudah bilang suruh masak sedikit saja. Karena Bunda ada acara makan malam bersama temannya di luar,” jawab Mbok Atun.

Mereka lalu duduk dan makan berdua, sejak kedua orang tuanya jarang makan di rumah Mbok Atun yang selalu menemani Jesica makan. Entah apa yang orang tuanya lakukan di luar sana sehingga lupa akan anaknya di rumah.

“Apa Jesica tidak penting lagi ya Mbok, dimata Ayah dan Bunda?” tanya Jesica. Mbok Atun terdiam, dia menyadari Jesica mulai kehilangan sosok orang tuanya. “Sampai Jesica diabaikan mereka.” Jesica merasa sedih.

Hanya diam yang bisa Mbok Atun lakukan, dia tidak bisa memberi penjelasan pada Jesica. Dulu waktu dia masih kecil Mbok Atun masih bisa menangis beda dengan sekarang.

Selesai makan Jesica masuk ke dalam kamarnya, dia menghubungi Aura. Tapi tidak diangkat, tiba-tiba Aura mengirim pesan bahwa dia sedang di luar bersama keluarganya. Muncul rasa iri dihati Jesica, dia tidak pernah diajak orang tuanya keluar.

Waktu itu Jesica mengajak kedua orang tuanya makan mala diluar, tapi malah Jesica dimarahi.

“Bunda sama Ayah nggak bisa makan sama kamu di luar, lebih baik kamu ajak saja Aura.” Arum menolak ajakan Jesica. “Lagian kami sudah ada acara sendiri,” kata Arum seketika Jesica sedih.

“Pergilah! Ayah izinkan tapi maaf Ayah tidak bisa menemani kamu,” kata Andi Ayah Jesica waktu itu. Akhirnya Jesica pergi sendirian, dia memesan taxi online menuju ke sebuah cafe. Di sana Jesica memesan makanan yang dia suka. Akhirnya Jesica memutuskan untuk tidak pulang dan menginap di sebuah penginapan.

Tidak ada yang menelfon dimana keberadaan dia, entah Ayah atau Bundanya. Justru Mbok Atun yang menelfonnya. Tapi tidak diangkat oleh Jesica.

Paginya Jesica pulang, dia langsung ganti seragam dan pergi sekolah tanpa menyapa kedua orang tuanya. Melihat Jesica pulang saja mereka tidak bertanya dari mana Jesica, dan semalam dengan siapa. Mereka cuek sekali, oleh karena itu sampai saat ini Jesica juga cuek dengan urusan orang tuanya.

Sudah pukul 22.30 Jesica baru selesai menulis, tapi Ayah atau Bundanya tidak ada yang pulang. Jesica memutuskan untuk segera tidur agar besok tidak terlambat.

Paginya dia bangun dan lansung mandi, di meja makan sudah ada sarapan untuk Jesica. Mbok Atun masih sibuk ditempat cuci. Hanya ada sedikit nasi goreng tandanya orang tuanya tidak pulang.

“Mbok Jesica hari ini tidak pulang ya, Jesica mau nginap di rumah teman. Jesica udah bawa baju ganti juga.” Jesica pamit dengan Mbok Atun tanpa sarapan terlebih dahulu. Kali ini Jesica pak ojek online, dia enggan membawa sepeda.

Mbok Atun menatap kepergian Jesica dengn tatapan sedih. Dia merasa kasihan melihat Jesica yang selalu kesepian di rumah. Bahkan terkadang untuk acara sekolah Jesica saja Mbok Atun yang disuruh hadir.

Setelah Itu Arum pulang, dia tidak melihat Jesica. Mbok Atun mendekati Arum yang sedang duduk dibelakang rumah sendirian.

“Non Jesica bilang, malam ini dia menginap di rumah temannya Bu,” kata Mbok Atun. “Bu tolong beri perhatian sedikit saja pada Jesica, kasihan dia selalu kesepian.” Mbok Atun mulai bicara. “Setiap pagi kalian kerja, malamnya pergi lagi, kalau nggak pergi ya sibuk dengan urusan masing-masing. Apa kalian tidak kasihan sama dia?” tanya Mbok Atun.

“Mbok Atun nggak urusin keluarga saya, Mbok Cuma pembantu. Lagian Jesica udah besar, waktu kecil kita tinggal terus saja dia nggak komplain. Apalagi sekarang dia sudah besar, temannya banyak. Dia bisa cari hiburan bersama temannya,” bantah Arum.

“Saya pastikan kalian akan menyesal jika tidak mendengar ucapan saya.” Mbok Atun lalu pergi meninggalkan Arum.

**

Jesica duduk di kursinya, Aura menatap wajah Jesica. Dia seperti melihat raut kesedihan di wajah sahabatnya itu.

“Kamu kenapa? Masalah lagi sama keluarga kamu?” tanya Aura yang sudah paham dengan keadaan rumah Jesica.

“Malam ini aku nggak pulang, aku mau menyendiri. Aku ingin tahu sejauh mana mereka memperhatikan aku,” jawab Jesica menoleh kearah Aura.

Pelajaran di mulai, tidak ada masalah selama di sekolah. Padahal biasanya ada saja yang mengerjakan Jesica setiap hari.

Jesica menunggu ojek di depan gerbang ditemani oleh Aura. Aura berniat untuk menemani tapi Jesica menolak. Aura kasihan sekali melihat Jesica yang selalu dilanda masalah entah di rumah atau di sekolah.

Tidak berapa lama, ojek online datang. Jesica segera pergi, dia akan pergi ke sebuah tempat di mana orang tuanya tidak akan menemukan dia. Jesica mampir di SPBU dulu untuk ganti baju.

“Aku akan buat hari ini hari yang bebas,” kata Jesica lalu keluar dari kamar mandi SPBU dengan memakai celana jeans dan jaket hoodie. Tidak akan ada yang mencari dia, Ayahnya ataupun Bundanya. Dia akan bebas, Jesica akan menikmati harinya seorang diri disana. “Selamat datang hari kebebasan,” kata Jesica tersenyum girang. Beberapa orang memperhatikan dua dengan aneh. Mungkin orang mengira Jesica kurang waras.

Hampir satu jam perjalanan akhirnya Jesica sampai. Dia masuk ke dalam penginapan, setelah memesan kamar dia langsung masuk ke kamarnya. Jesica mengambil buku diary dia dari dalam tas. Lalu dia membukanya, ada sesuatu jatuh dari sana.

Sebuah foto terjatuh, foto Jesica bersama kekasih masa kecilnya bernama Erik. Melihat foto itu, Jesica mendapat ide untuk mencari kembali Erik.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel