Pustaka
Bahasa Indonesia

Kampung Sex

109.0K · Ongoing
Slawi media
104
Bab
19.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Pemuda tampan yang mengontrak sebuah rumah di perkampungan yang dipenuhi oleh wanita-wanita penghibur.

RomansaBillionaireDewasaLove after MarriageCinta Pada Pandangan PertamaKampusSweetWanita Cantikactionpetarung

Menemukan sebuah cincin

Di jalan yang sepi seorang lelaki sedang berjalan dibawah derasnya hujan, ia menelusuri jalan setapak menuju rumah kontrakan yang selama ini ia tinggali, kilatan petir terus menyambar di atas awan hitam, lelaki tersebut sangat kedinginan karena baju yang dipakai sudah basah kuyup terkena guyuran air hujan.

Lelaki tersebut terus berjalan melewati jalan setapak yang menuju ke rumah kontrakan tersebut, di tengah perjalanan ia melihat kilatan cahaya yang mendarat di sebuah rumah kosong di tepi jalan, lelaki itu menghampiri rumah kosong tersebut dan mencari cahaya yang di lihatnya tadi.

‘’Perasaan cahaya tadi jatuh ke sini? cahaya apa itu?’’ gumam lelaki tersebut sambil mencari keberadaan cahaya yang di lihatnya barusan, lalu ia pun melihat sebuah cincin yang mengkilap memancarkan cahaya berwarna biru.

Lelaki itu mengambil cincin tersebut dan di amati terus menerus ‘’cantik sekali cincin ini?’’ ucap lelaki tersebut sambil mengamati benda itu lalu di sematkan ke jari manis miliknya, ia pun pergi meninggalkan rumah kosong tersebut dan melanjutkan perjalanan menuju ke rumah kontrakan.

Setelah sampai di rumah ia bergegas untuk mandi dengan air hangat yang diambil dari termos dan dicampur dengan air dingin, selesai mandi ia membuat makanan untuk dirinya sendiri.

Hari semakin larut, lelaki itu pun terlelap di keheningan malam yang di selimuti dengan tetesan air hujan, cincin yang dipakainya mengeluarkan cahaya berwarna biru menghiasi kamar tersebut.

Sinar matahari mulai masuk ke celah-celah jendela membuat mata lelaki itu perlahan terbuka, ‘’hoam..sudah pagi rupanya’’ ucap lelaki tersebut sambil menutup mulutnya, lalu ia bergegas menuj ke kamar mandi.

Selesai berpakaian lelaki itu berjalan keluar dari rumah untuk membeli sarapan pagi, disekitar rumah kontrakan tersebut setiap pagi hari ada yang menjual nasi maupun bubur ayam.

‘’Eh Bang Rizal, mau beli nasi atau bubur?’’ ucap penjual itu kepada Rizal.

‘’Nasi aja mang, kalau bubur cepat lapar lagi, hehehe..’’ balas Rizal kepada penjual tersebut sambil tersenyum cengengesan.

‘’Bisa aja bang Rizal ini?’’ sahut penjual tersebut sambil geleng-geleng kepala kepada Rizal.

Setelah penjual tersebut membuatkan pesanan untuk yang lain lalu penjual tersebut membuatkan untuk Rizal, ‘’ini bang nasinya?’’ ucap penjual tersebut sambil menyodorkan plastik yang berisi pesanan Rizal tersebut.

‘’Makasih mang, ini uangnya?’’ balas Rizal sambil menyodorkan uang kepada penjual tersebut.

Rizal pun kembali kerumah kontrakan sambil berjalan menikmati suasana pagi hari, setelah sampai di rumah ia lalu memakan nasi yang di belinya tersebut, Rizal sangat menikmati makanan itu walaupun cuma nasi dan lauk seadanya.

Rizal lalu berangkat bekerja, ia berjalan menuju ke pasar, setiap hari Rizal menjadi kuli panggul di pasar yang ada di wilayah tersebut ‘’pagi Lex?’’ ucap Rizal menyapa temannya yang sama-sama berprofesi sebagai kuli panggul.

‘’Pagi juga Zal, kita disuruh mengangkut barang-barangnya Pak Komar yang sebentar lagi datang?’’ balas Alex sambil memberi tahu kepada Rizal kalau mereka di suruh untuk mengkut barang.

‘’Siap Lex, semoga hari ini job kita semakin banyak Lex?’’ sahut Rizal sambil tersenyum kepada Alex.

‘’Iya Zal, semoga aja doa kamu terkabul’’ jawab Alex sambil mengnggukkan kepalanya.

Mereka berdua menunggu barang milik Pak Komar datang sambil nongkrong di kedai kopi, mereka berdua mengobrol panjang lebar di kedai tersebut dengan secangkir kopi kesukaan mereka.

Setelah barang tersebut datang, Rizal dan Alex bergegas mengangkut barang-barang tersebut kedalam toko milik Pak Komar, satu persatu barang tersebut di angkut oleh mereka berdua sampai selesai tak tersisa.

‘’Copet..copet..tolong?!’’ suara teriakan wanita yang minta tolong karena di copet.

Rizal dan Alex menoleh ke arah suara tersebut, Rizal melihat orang yang sedang berlari sambil membawa tas Ibu itu, lalu Rizal berlari mengejar orang tersebut, copet itu terus berlari kencang yang di ikuti oleh Rizal.

Rizal terus mengejar copet tersebut sampai masuk ke perkebunan yang ada di sekitar pasar, ‘’woi berhenti!!’’ teriak Rizal menyuruh copet itu untuk berhenti.

Copet itu terus berlari kencang menghindari kejaran dari Rizal sambil sesekali menoleh ke belakang, ‘’woi berhenti!!’’ teriak Rizal lalu melompat sambil melayangkan tendangannya ke arah copet tersebut ‘’hiatz..wush..dugh..dugh..’’ kaki Rizal berhasil mengenai copet itu.

‘’Srakh..kedebugh..’’ copet itu tersungkur jatuh ketanah, ‘’wush bugh..bugh..’’ sebelum copet tersebut bangun, sebuah bogem mentah sudah mengenai muka copet itu, ‘’auwh..’’.

‘’Ampun bang? Ampun?’’ ucap copet itu kepada Rizal.

‘’Mana tas yang kamu copet itu?’’ balas Rizal sambil menarik kerah baju copet tersebut.

‘’Ini bang’’ sahut copet itu sambil mengangkat tas yang di copet itu dan memberikan kepada Rizal.

‘’Lain kali kamu jangan mencopet di wilayah ku, ngarti!!?’’ bentak Rizal sambil menghempaskan tubuh copet tersebut ke tanah.

‘’Iya bang, maaf?’’ sahut copet itu sambil memegangi sudut bibirnya.

Rizal berjalan kembali menuju ke pasar lalu menghampiri Ibu yang ke copetan tersebut, ‘’ini tas Ibu?’’ ucap Rizal sambil memberikan tas tersebut kepada Ibu itu.

‘’Makasih nak, sudah menolong Ibu? Ini sedikit buat kamu?’’ balas Ibu itu sambil memberikan beberapa lembar uang yang berwarna biru.

‘’Tidak usah Bu? Sudah menjadi kewajiban ku untuk menjaga pasar ini dari copet-copet yang serakah?’’ jawab Rizal sambil tersenyum kepada Ibu tersebut.

‘’Sekali lagi terima kasih nak?’’ balas Ibu itu dan berterima kasih kepada Rizal.

‘’Iya Bu sama-sama, sekarang aku pergi dulu? Ibu hati-hati di jalan jangan sampai kecopetan lagi?’’ ucap Rizal sambil menasehati Ibu tersebut.

Rizal kembali menemui Alex yang dari tadi di depan toko Pak Komar, ‘’gimana copetnya Zal?’’ ucap Alex yang melihat Rizal duduk di sampingnya.

‘’Sudah lari, tapi tas yang di copet sudah aku kembalikan kepada Ibu yang kecopetan tersebut?!’’ balas Rizal sambil tersenyum dan menepuk pelan punggung Alex.

‘’Bagus! Itu baru jagoan ku?’’ sahut Alex sambil mengacungkan jempolnya kepada Rizal.

‘’Bisa aja kamu?!’’ balas Rizal sambil menepuk lengan milik Alex.

Hari semakin sore Rizal dan Alex pergi meninggalkan pasar tersebut menuju ke rumah masing-masing, Rizal berjalan kerumah kontrakannya sambil bersiul-siul kecil, setelah sampai ia pun masuk kedalam rumah tersebut dan bergegas untuk mandi.

Selesai itu Rizal membuat makanan untuk makan malam dirinya, ia hidup sendirian setelah di tinggal istrinya kabur bersama lelaki lain, setelah makan malam Rizal duduk di kursi yang ada di ruang tengah sambil melihat-lihat cincin yang di temukan malam kemarin.

Cincin yang cantik berwarna biru dan ada sedikit lobang kecil di tengahnya membuat cincin tersebut semakin indah di pandang, Rizal sangat menyukai cincin tersebut, ia terus merawat dan membersihkan debu-debu yang menempel di cincin itu, sudah dua hari Rizal memakai cincin itu.

*Bersambung*