
Ringkasan
Di balik setiap senyuman tersembunyi rahasia gelap. Darius, seorang pria yang ambisius, menjalani hidup dengan satu tujuan melampiaskan kemarahannya atas tragedi yang merenggut istirnya tepat di hari pernikahannya. Dia pun mengadopsi Maya, gadis muda yang terikat pada masa lalunya, ia bermaksud untuk menghancurkan dunianya. Namun, seiring waktu, rencana balas dendamnya mulai kabur di antara batas penebusan dan cinta yang tak terduga. Dalam perjalanan ini, baik Darius maupun Maya harus menghadapi luka-luka terdalam mereka dan menemukan apakah cinta mampu menyembuhkan luka atau justru menciptakan yang baru. Sebuah kisah tentang dendam, penebusan, dan cinta yang bersembunyi di balik rasa sakit yang tak terucapkan.
HARI KELULUSAN YANG MENGUBAH SEGALANYA
Kerumunan bergemuruh, namun Maya hanya merasakan suara detak jantungnya yang semakin kencang, menggema mengalahkan sorak-sorai di sekitarnya. Di antara toga-toga hitam dan senyum penuh kemenangan, dia berdiri kaku, seolah bayang-bayang gelap menyelimuti. Ini adalah hari kelulusannya, hari yang seharusnya diisi kegembiraan. Namun, di tengah keramaian itu, Maya merasakan kehadiran seseorang yang tak dia harapakan untuk hadir.
Dengan satu tatapan sekilas, ia menemukannya. Darius, pria dengan karisma dingin dan mata tajam yang menembus seperti belati, berdiri di tepi kerumunan. Maya tersentak, Sejenak, napasnya tercekat, senyumnya memudar. Setiap ingatan tentang lelaki itu kembali menyergapnya, menjeratnya dalam ketakutan yang tak terelakkan.
Ini bukan hari kelulusan biasa. Dan di bawah pandangan Darius yang tak berpaling, Maya tahu, kebebasannya belum dimulai—bahkan mungkin takkan pernah.
“Hey, Maya! Ayo foto bersama!” teriak teman dekatnya, Lyla, sambil melambai-lambai.
“Ya! Tunggu sebentar!” Maya menjawab, melangkah menuju Lyla. tapi hatinya terasa terbelah. Dia tahu, di antara lautan kebahagiaan ini, ada satu tatapan yang terasa dingin, menelusup seperti duri yang menusuk jantungnya.
Darius, seorang Pebisnis sukses yang dikenal karisma dan ambisinya, berdiri di antara kerumunan orang tua dan tamu undangan, tatapannya tajam meneliti setiap gerakan.Di pinggir lapangan, sosok itu berdiri. Darius, pria dengan tatapan tajam dan wibawa yang tak bisa dipungkiri, mengawasi Maya tanpa ragu.
Maya mengingat betul saat dia diadopsi oleh Darius, saat hidupnya mulai terjerat dalam bayang-bayang lelaki itu. Pertemuan mereka saat Maya berusia lima belas tahun adalah awal dari rantai yang hingga kini belum terputus.
Kala itu, Darius datang dan mengadopsi dirinya. lalu, setelah itu dia tidak pernah melihat sosoknya lagi. Namun, wajah dingin pria itu selalu melekat di pelupuk mata dan ingatan Maya. Kini, saat dia berhasil lulus, semua rasa takut dan trauma kembali menyeruak.
Pada saat ini satu-satunya keindahan bagi Maya hanya Rezvan kekasihnya.
Sementara itu, di sisi lain, Darius mengamati Maya dengan hati yang bergejolak. “Dia tidak tahu betapa berbahayanya berada di dekatku,” pikirnya. Lalu, tatapannya beralih ke arah Rezvan, pacar Maya yang sudah menunggu dengan gelisah. “Anak muda itu berani sekali,” gumamnya, senyum sinis mengembang di wajah Darius Smith ketika melihar Rezvan menyematkan sebuah cincin pasangan di jari Maya.
Tangan Rezvan penuh dengan bunga. “Aku ingin memintamu untuk….” Suara pria itu terhenti saat melihat sosok Darius yang mendekat.
“Maaf, anak muda. Tapi, aku harus berbicara dengan Maya sekarang,” Darius memotong dengan suara yang tegas.
Maya terkejut, dia merasa terjepit antara Darius dan Rezvan. “Tapi…,” Rezvan mencoba bersuara, namun Darius mengangkat tangan. “Ini urusan ku,” katanya, tanpa memberikan kesempatan bagi Rezvan untuk berargumentasi.
"Maya. Aku hanya ingin…,” Rezvan terdiam, wajahnya memucat seraya membasahi bibir bawahnya.
“Jangan sekali-kali kau mendekati gadis ini lagi,” suara Darius menggelegar, mengundang perhatian orang-orang di sekitar
Tanpa menunggu jawaban, Darius meraih tangan Maya dan menariknya menjauh, meninggalkan Rezvan yang berdiri mematung. Maya mencoba melawan, namun genggaman Darius terlalu kuat. Dengan satu tarikan, ia membawa Maya ke dalam mobil, meninggalkan kebahagiaan kelulusannya di belakang. Mobil melaju cepat, senyap, menambah berat suasana. Di dalam hati Maya, tumpukan pertanyaan dan ketakutan bergemuruh, namun ia memilih diam.
“Kenapa kau melakukan ini padaku?” Maya akhirnya bersuara, mencoba menahan getaran di suaranya. “Ini hidupku, bukan milikmu.”
Darius menatap ke depan, tatapannya tajam menusuk jalan yang berkelok di depan mereka. “Hidupmu adalah milikku, sejak hari itu,” katanya dingin. “Kau pikir bisa melangkah bebas, setelah menghancurkan apa yang seharusnya menjadi milikku?”
.
Jantung Maya berdegup kencang seraya memperhatikan tatapan orang di sekitarnya.
Maya, dalam kebingungannya, merasa seolah terjebak dalam jaring laba-laba yang semakin erat.
“A-aku…,” dia mencoba berkata tapi kalimatnya malah tertelan kembali ke dalam perut.
Maya merasa seolah berjalan menuju kegelapan, ditarik jauh dari cahaya kebahagiaan yang telah diraihnya dengan susah payah.
Akhirnya, mereka tiba di kantor Darius, gedung megah yang menjadi simbol kekuasaan dan kontrol dari seorang Darius Smith. memarkir mobil dan melangkah keluar, diikuti Maya yang masih kebingungan.
“Masuk!” perintah Darius, suaranya serak dan penuh kekuasaan. Maya melangkah masuk, merasa seolah berhadapan dengan monster yang tak bisa dihindari.
“Ini bukan saatnya untuk bermain-main, Maya,” Darius memulai, suaranya penuh tekanan. “Kau telah mengacaukan hidupku, dan sekarang aku akan mengajarkanmu tentang sebuah konsekuensi.”
Maya terdiam, tatapannya menunduk. “Aku tidak melakukan apa-apa. Semua itu tidak ada hubungannya denganku!”
“Oh, tentu ada. Sejak kau masuk ke hidupku, sejak kau buat semuanya hancur,” Darius berkata dengan dingin. “Dan kau harus membayar untuk itu.”
“Kau tidak bisa menyiksaku!” Maya berteriak, keberanian muncul dalam dirinya meski ketakutan menggelayuti hatinya. Diadopsi oleh keluarga Smith tidak semerta-merta dia bisa merasakan fasilitas kemewahan aseet keluarga Smith. Dia di sana bahkan setara dengan pelayan lainnya yang bekerja di sana. Yang membedakan hanyalah kamar yang Maya tempati sedikit lebih besar dan tidak harus berbagi kamar dengan pelayan lainnya.
“Tentu saja aku bisa,” jawab Darius, mendekat dengan langkah perlahan. “Kau tidak mengerti kekuatan yang kumiliki, kan? Aku bisa mengubah hidupmu dalam sekejap.”
Maya mundur sedikit, menahan rasa panik yang mulai muncul. “Tidak bisakah kau melepaskanku! Aku hanya ingin hidupku normal.”
“Normal?” Darius tertawa sinis. “Setelah semua yang terjadi, tidak ada yang normal untukmu.”
Maya menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata. Di saat-saat tertekan seperti ini, dia ingin melawan, tetapi setiap kali dia melihat ke dalam mata Darius ketakutan mengalahkan keberaniannya.
“Aku ingin kamu tahu satu hal, Maya. Ketika aku mengadopsimu, aku berjanji akan menjagamu. Tapi bukan tanpa alasan,” Darius menjelaskan, suaranya berubah menjadi lebih tenang. “Aku tidak ingin melihatmu berbahagia seperti saat tadi.”
Maya merasa hatinya tercekat. “Kau ingin menghancurkan hidupku?” tanyanya, suaranya nyaris berbisik.
“Tidak, aku ingin mendidikmu. Aku ingin kau memahami bahwa hidup ini tidak seindah yang kau bayangkan,” jawab Darius dengan nada penuh determinasi. “Dan untuk itu, kita harus mulai dengan pelajaran pertama.”
Maya ingin berteriak, ingin melarikan diri dari semua ini. Namun, kakinya terasa berat, seolah terikat oleh kata-kata Darius. Dia tahu, di dalam hati, bahwa semua ini tidak hanya tentang pembalasan dendam. ada sesuatu yang lebih dalam.
“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Maya, merasakan ketegangan yang semakin meningkat.
Darius mendekat, wajahnya kini hanya berjarak beberapa inci dari wajah Maya. “Aku akan memastikan kau tidak akan pernah melupakan siapa dirimu dan bagaimana hidup ini bisa menjadi sangat kejam,” bisiknya, senyum sinis muncul di sudut bibirnya.
Maya merasakan ketakutan merayap di sekujur tubuhnya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi dia tahu satu hal, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Darius menegakkan tubuhnya dan berbalik, meninggalkan Maya yang masih terdiam, kebingungan antara rasa takut dan rasa ingin tahunya. “Apa yang akan terjadi padaku?” pikirnya dalam hati.
Di tengah ketegangan yang menggantung, pertanyaan besar bergetar di udara. Apa yang direncanakan Darius untuk Maya? Dan apakah dia akan bisa menemukan jalan untuk melawan takdir yang seolah sudah ditentukan untuknya?
