Pustaka
Bahasa Indonesia

KARMA

101.0K · Tamat
Phoenix
87
Bab
71.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

TAMAT (87 BAB) Kehidupannya hancur, saat mengetahui istrinya berselingkuh dengan orang kepercayaannya. Amarah menguasai dan membuatnya berkendara sampai ke jembatan terpanjang di kota. Bisikan aneh menguasai kepalanya dan menghipnotis dirinya, agar mengakhiri hidup dengan melompat. Ia pun melompat dalam mantera gaib yang menguasai dirinya. Namun, takdir berkata lain. Hidupnya tidak berakhir, melainkan takdir melemparkan dirinya ke dunia pada masa lalu. Ada misi yang harus diselesaikan dan jika berhasil, maka ia akan memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidupnya. Ikuti kisah seorang pria kaya raya penuh kekuasaan yang terlempar ke zaman dahulu, menjadi seseorang yang tidak penting dan biasa dipanggil dengan sebutan SAMPAH.

Pengembara WaktuSupernaturalFantasiPengkhianatanTuan MudaRevengeMenyedihkanDewasaZaman Kuno

Bab 1 . Setelah Apa Yang Aku Lakukan

Tangannya terkepal erat di atas meja, lalu dengan seluruh kekuatan, Robert Gao mendorong jatuh semua benda yang ada di atas meja.

Praaannggg!!!

Gelagar suara gelas dan botol pecah memekakkan telinga saat menghantam lantai.

"Diammmm!!!" amuk Robert Gao, dirinya tidak lagi mampu mendengar penjelasan bawahannya. Tangannya bergetar hebat, hal yang selalu ditakutinya akhirnya terjadi.

Kecurigaannya selama ini terbukti, semua jelas terpampang di foto-foto itu.

Pria di hadapannya menunduk ketakutan, siapa yang tidak akan takut saat Tuan mengamuk.

"Panggil dia kemari!"

"Sekarang!!!" Robert Gao menendang pecahan kaca di lantai. Beruntung kakinya terbalut sepatu kulit asli, jika tidak maka hal tersebut akan melukai dirinya.

Akal sehatnya telah hilang dan tergantikan oleh amarah serta kebencian yang mendalam.

Pria yang diperintah olehnya tadi berlari keluar ruang kerjanya dan hampir terjungkal karena rasa takut yang telah mengambil alih dirinya.

Robert Gao menggunakan kedua tangannya, menyisir rambutnya ke belakang dan berusaha mengatur nafas. Setelah semua yang dilakukannya, wanita itu masih tega bertindak begitu kejam terhadap dirinya.

"Kau memanggilku?" Nyonya Gao masuk ke dalam ruang kerjanya dan menatap Robert Gao dengan penuh kebencian.

"Apakah itu dirimu?" Robert Gao menunjuk ke arah foto-foto yang berserakan di lantai.

Nyonya Gao memungut selembar foto yang ada di lantai dan menatap cukup lama. Cepat atau lambat hal ini akan diketahui oleh suaminya dan jika sekarang adalah waktunya, maka dirinya akan menghadapi semua konsekuensi dari perbuatannya.

"Ya!" Nyonya Gao menjawab tanpa menatap kearahnya.

Robert Gao tidak menyangka istrinya akan mengakui hal itu dan bahkan tidak berusaha mencari alasan. Dirinya lebih berharap kebohongan akan keluar dari mulut wanita itu daripada mengakui perselingkuhannya.

Robert Gao berjalan menghampiri Nyonya Gao dengan langkah yang lebar, lalu mencengkeram erat kedua pundak wanita itu.

"Setelah apa yang aku lakukan setidaknya kamu harus berbohong untuk menjaga perasaanku!" desis Robert Gao di sisi wajah istrinya.

Nyonya Gao tertawa sinis dan berkata, "Setelah apa yang kamu lakukan, aku semakin ingin pergi meninggalkanmu!"

"Kauuu.....!!" amuk Robert Gao dan mendorong tubuh istrinya dengan kasar.

BRUKKK!!

Nyonya Gao terjatuh keras di atas lantai, tubuhnya terasa sangat sakit. Namun, itu sepadan dengan hubungan mereka yang akan segera berakhir.

"Kau tahu bagaimana aku sangat mencintaimu! Bagaimana kamu tega melakukan hal ini kepadaku?" raung Robert Gao sambil mengepal kedua tangannya. Jika tidak, mungkin dirinya akan memukul wanita yang sangat dicintainya itu.

"Kamu... Kamu hanya memikirkan dirimu! Pernahkah kamu berpikir untuk diriku? Pernahkah kamu bertanya apakah aku menginginkan semua ini?" raung Nyonya Gao. Air mata mulai mengalir membasahi wajah cantiknya. Bibir mungilnya bergetar saat mengatakan isi hatinya.

Robert Gao menatap wanita itu, bahkan setelah semua yang dilakukannya, wanita itu tetap tidak mencintainya.

Bukan kisah cinta indah yang terjadi di antara mereka berdua. Namun, Robert Gao sudah berusaha sangat keras memperbaiki kesalahannya, dirinya akan memenuhi semua permintaan istri tercintanya. Pernikahan mereka sudah berjalan selama 5 tahun, selama ini dirinya selalu mencoba mempercayai istri tercintanya.

"Tidakkah kamu malu jika anak kita mengetahui hal tersebut?" tanya Robert Gao. Energinya banyak terkuras karena perselingkuhan istrinya, jika wanita itu sudah tidak peduli padanya, setidaknya wanita itu pasti memikirkan perasaan putra mereka.

Tangan Nyonya Gao yang menopang tubuhnya di atas lantai terkepal erat. Dirinya tidak pernah mencintai suaminya itu, selama ini dirinya hanya bertahan untuk putra mereka. Cinta terlarangnya memberikan warna bagi kehidupannya. Walaupun pria itu mengatakan mencintai dirinya, tetapi setelah apa yang terjadi terhadap kedua orangtuanya, apakah pria itu masih berharap dirinya dapat menerima cinta itu?

Nyonya Gao menguatkan hatinya, kalimat yang akan diucapkannya mungkin akan membuat nyawanya melayang. Namun, itu lebih baik daripada dirinya harus melayani hasrat pria itu.

"Kau yakin dia anakmu?" ujar Nyonya Gao lirih. Nyonya Gao mengangkat wajahnya dan menatap langsung ke dalam mata pria itu, suaminya.

"Apa?" tanya Robert Gao. Dirinya menghampiri istrinya dan berlutut di samping wanita itu.

Tangannya yang masih bergetar menangkup wajah istrinya dengan kasar.

Sakit terasa di wajahnya, tetapi tatapan suaminya cukup membuat hatinya menciut. Mata suaminya sangat merah, penuh dengan amarah dan rasa benci. Nyonya Gao menutup matanya, dirinya akan menerima apapun yang akan dilakukan suaminya dan berharap hubungan mereka segera berakhir.

"TATAP MATAKU!!!" raung Robert Gao. Dirinya hampir tidak mengenali suaranya sendiri. Kemarahan menguasai dirinya, tangannya gatal ingin mencekik leher jenjang istri tercintanya.

Bulu mata Nyonya Gao bergetar dan perlahan membuka mata, menatap dirinya.

"Katakan sekali lagi!" Robert Gao berbisik di sisi wajahnya.

"Apa... apa kau yakin dia adalah putramu?" gumam Nyonya Gao lirih. Suaranya sangat kecil dan bergetar hebat. Dirinya tidak menyangka masih memiliki keberanian untuk mengulangi ucapannya.

Robert Gao melepaskan tangannya dari wajah Sang Istri dengan kasar. Nyonya Gao kembali terjatuh ke belakang dan berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup sangat liar.

Robert Gao berjalan ke arah lemari kerjanya, membuka kasar pintu lemari itu dan mengeluarkan sepucuk pistol berwarna hitam.

Klik!

Robert Gao mengokang pistol itu dan suara itu bergema nyaring di ruangan.

Nyonya Gao merasakan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Awalnya, dirinya yakin pria itu akan melepaskannya karena dirinya tahu jelas betapa pria itu sangat mencintainya.

"Kau kira aku akan melepaskan dirimu begitu saja? Apakah kau kira karena cintaku padamu, kau bisa berbuat sesuka hatimu?" geram Robert Gao, tangannya yang memegang pistol gemetaran. Pengkhianatan dan penghinaan ini cukup membuat akal sehatnya menguap.

"BUNUH... BUNUH AKU!!!" jerit Nyonya Gao yang sudah tidak memiliki kekuatan untuk berdiri, kakinya lemas karena ketakutan.

Robert Gao dengan tangan yang gemetaran, mengarahkan pistol ke kepala wanita itu dan moncong pistol melekat di kening yang sudah dipenuhi butiran keringat.

Nyonya Gao memejamkan matanya erat, jika ini merupakan akhir hidupnya maka dirinya akan menghadapinya dengan sisa keberanian yang dimilikinya.

Robert Gao menjauhkan pistol itu dari kepala istrinya dan tertawa histeris. Tawa yang penuh penghinaan dan ejekan.

"Aku tidak akan membunuhmu, itu terlalu mudah bagimu!" Robert Gao berjalan mengelilingi ruang kerjanya. Dirinya berpikir keras, apa yang harus dilakukannya agar wanita itu merasakan sakit yang sama dengan dirinya.

Robert Gao berpikir dengan menopang dagunya di atas moncong pistol yang dipegangnya. Apakah dirinya mulai gila? Saat ini dirinya berpikir keras apa yang harus dilakukan untuk menyakiti wanita itu.

Robert Gao berjalan kembali ke arah istrinya yang masih terduduk di lantai. Dirinya berjongkok di samping wanita itu dan menatapnya dengan penuh kebencian, seraya berkata, "Aku akan membunuhnya, aku yakin kamu akan lebih sedih dibandingkan jika diriku yang mati!"

Nyonya Gao menatap Robert Gao, hatinya menciut melihat tatapan pria itu. Biasanya pria itu akan menatapnya dengan penuh kasih sayang, tetapi saat ini tatapan pria itu membuat dirinya merinding ketakutan.

"Aku... mohon... jangan..." Nyonya Gao terbata-bata, suaranya tercekik dan rasa kering menyelimuti kerongkongannya.

Melihat bagaimana istrinya memohon untuk pria lain, membuat dirinya semakin berang.

Robert Gao berdiri dan hendak melangkah keluar dari ruangan ini. Namun, langkahnya terhenti oleh pelukan di kakinya.

"Aku... mohon...!' ujar Nyonya Gao dengan suara bergetar, tidak hanya suaranya tetapi seluruh tubuhnya juga gemetaran.

Robert Gao menendang kakinya kuat, seketika pelukan wanita itu terlepas dan tubuh Sang Istri terjungkal ke belakang. Langkah lebar Robert Gao mantap meninggalkan ruang kerjanya. Dirinya akan membunuh pria itu.