Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 8

"Mbak Kamini!"

Kamini menoleh dan tersenyum kepada Sardi. Ia berjalan menghampiri Sardi yang sedang memangkas rumput di sebelah ayunan.

"Iya Kang, eh kenalan dulu atuh, saya teh Kamini panggil aja Ami. Ami mah gadis desa juga nggak usah dipanggil Mbak," ujar Kamini dengan malu-malu dan mengulurkan tangannya.

Sardi merasa serba salah kemudian melepas sarung tangannya dan menjabat tangan Kamini yang halus.

"Maaf tangan Akang kasar."

"Ah ... biasa saja atuh Kang, teman-teman Ami tangannya lebih kasar lagi. Kan mereka buruh pemetik teh," ujar Kamini dengan tersenyum ramah. Ia menganggap kata-kata Sardi sesuatu yang lucu.

"Oh ya Kang tadi ada apa panggil saya ya? Apa cuma mau kenalan aja?" tanya Kamini polos.

Belum sempat Sardi membalas Dira sudah sampai di sebelah Kamini dan mengulurkan syalnya yang paling bagus kepada Kamini.

"Eh apa ini Teh Dira?" tanya Kamini setelah menatap name tag milik Dira yang tersemat di gaun kerja bagian dada.

"Ini buat nutupin itu, tanda cupang," tunjuk Dira salah tingkah dengan wajah yang merona dan mengulum senyum.

"Hah ... cupang? Mana Teh ada ikan cupang. Hayok main, kita adu," ujar Kamini bersemangat, seraya mengedarkan matanya di sekeliling tempatnya berdiri dan mencari keberadaan ikan tersebut.

"Aduh ... bukan ikan cupang Sayangkuh ... ini tanda merah-merah di leher Mbak Kamini," ujar Dira dengan gemas. Majikan barunya ini ternyata polos sekali.

Kamini teringat cumbuan Dirandra semalam dan tadi pagi, akhirnya wajahnya menjadi merona dan ia merunduk malu.

Dira semakin gemas melihatnya kemudian membantu Kamini memakaikan syalnya yang kebetulan cocok dengan gaun yang Kamini pakai.

Sardi sedari tadi menatap Kamini dengan pandangan tak berkedip sampai Kamini menghilang ke dalam pintu penghubung dengan ruang makan.

Dira mengguncang bahu pemuda tersebut. "Dih ... melamun aja, baru lihat gadis geulis begitu. Ingat istri orang itu jangan ganggu," ujar Dira menggoda Sardi.

Sardi tersipu kemudian memakan sarung tangannya lagi dan melanjutkan pekerjaannya.

***

Tania melihat kedatangan putra sulungnya Dirandra beserta Yolanda, kemudian ia mengerutkan keningnya tak ada Kamini bersama dengan mereka.

"Di mana Kamini?" tanyanya dengan tidak sabar setelah Dirandra dan Yolanda duduk berseberangan dengannya.

"Masih tidur di kamar," jawab Dirandra.

Orangtua beserta kedua adiknya tersenyum simpul.

"Sudah belah duren rupanya, semoga aku segera punya keponakan ya Mas," ujar Dirga santai.

Dirandra mendengkus melirik adiknya yang tampak menyeringai ke arahnya.

"Coba aku sudah pulang kemarin tentu aku nggak akan sepenasaran ini dengan istri keduamu," ujar Tanti adik bungsu Dirandra yang seumuran dengan Kamini.

Dirga terkekeh. "Nggak cuma kamu aja Sayang, Mas juga," imbuhnya.

Dari ekor matanya Dirandra melihat siluet Kamini mendekat, ia mengertukan dahinya kemudian bangkit berdiri berjalan menuju dapur.

"Mau ke mana Nak? nasimu bahkan belum kamu sentuh," tanya Tania.

Dirandra menatap bundanya. "Sepertinya ada Kamini di dapur."

"Wih segitu hafalnya baru juga kemarin ketemu. Eh iya 'kan baru ketemu kemarin?" ujar Tanti. Menatap ke arah Yolanda meminta jawaban.

Yolanda hanya menganggukkan kepalanya dengan kaku, buku jarinya sudah sangat erat memegangi sendok dan garpu.

Sabar Yolanda jangan sampai mereka tahu rencanamu. Batinnya.

Kamini memasuki area dapur bermaksud ingin membuat es teh dikarenakan dirinya yang merasa gerah. Entah mengapa sepagi ini matahari sudah terik dan perjalanan dari pavilion, berserta syal yang bertengger anggun di lehernya semakin membuatnya bertambah gerah. Ia mengambil gelas dan membuka pintu kulkas seketika terhenti kemudian mengendus pangkal lengannya.

Aduh sial teh nggak pake deodorant mana parfum dari Lika masih di tas lagi. Semoga nggak bau acem deh !

Kamini tersenyum sendiri mengingat kebaikan si kembar yang menjadi temannya sejak mereka tinggal di Cianjur dulu. Keduanya selalu membawakannya oleh-oleh dari luar negeri untuknya.

Dirandra bersandar pada pilar penghubung ruang makan dengan dapur dengan menyilangkan tangan di depan dadanya. Ia tersenyum simpul memperhatikan kegiatan sang istri.

"Sedang apa?"

Kamini terlonjak karena pertanyaan Dirandra, ia tak menyadari jika ia sudah tidak sendirian di dapur.

"Eh ... Tuan!"

"Kok Tuan lagi? Hayo panggil apa?"

"Eh ... Mas. Ini mau bikin es teh."

Dirandra mengerutkan dahinya. "Sepagi ini minum es teh? Bagusan jus. Ayo sekalian kita makan pagi sama-sama."

"Tapi-" protes keengganan Kamini karena ada Yolanda di sana terpotong.

"Tidak ada tapi, kau juga istriku." Dirandra tahu Kamini pasti merasa sungkan bergabung bersama anggota keluarganya yang lain. Terlebih Yolanda tampak kaku dan dingin saat ini.

Kamini menuruti ajakan Dirandra dengan tertunduk lesu.

***

Kamini sudah mendudukkan dirinya di samping Dirga. Ia sengaja memilih tempat duduk terjauh dari Yolanda.

Dirandra semakin mengerutkan keningnya dan menatap tajam ke arah Kamini. Ia tidak suka Kamini dekat dengan Dirga atau laki-laki manapun.

"Tempatmu di sini, bukan di situ," ujar Dirandra menunjuk kursi di sebelahnya.

Akhirnya Kamini kembali bangkit dan mendudukkan dirinya di samping Dirandra.

"Punten semuanya, selamat pagi. Ami ikut sarapan ya," ijinnya.

"Tentu, mulai saat ini kamu harus ikut sarapan bersama kami," ucap Burhan.

Kamini sebenarnya sangat merasa heran, tidak biasanya istri kedua diterima dengan tangan terbuka seperti dirinya. Apalagi bisa dibilang ia hanya istri yang terikat kontrak, benar bukan pernikahannya bisa dibilang pernikahan kontrak.

Dirga sedari tadi menatap Kamini yang kebetulan duduk di seberangnya, persis berhadapan langsung.

Mirip sekali, coba dia nggak pakai kacamata persis. Plek ketiplek.

Tanti menatap Dirga yang sedari tadi tampak mengamati wajah Kamini. Ia tersenyum, ia menebak kakaknya pasti berpikiran jika Kamini mirip dengan Edna sahabat baik Dirga di kampus dulu. Ia saja tadi sempat tertegun menatap Kamini mirip, hanya saja gadis di depannya ini kurang perawatan dan berkacamata.

Duh kacamatanya jadul banget. Coba dilepas pasti secantik teh Edna.

Kamini tampak risih, berulang kali ia menelusup kan jarinya dikarenakan gatal oleh keringat akibat gerah dan membetulkan letak syal yang melilit indah di lehernya yang jenjang.

"Kamu mirip sahabatku lho," ucap Dirga pada akhirnya ia tak sabar mengutarakan isi hatinya.

"Ami? Ah mungkin karena muka Ami pasaran aja," kilahnya.

"Temanmu pasti cantik-cantik."

"Iya memang cantik kok dia, dia seumuranku. Kamu juga cantik kok," ujar Dirga terus terang.

Dirandra meneguk salivanya kasar dan memicingkan mata menatap Dirga.

Dirga melirik pada sang kakak, "Kenapa melihatku begitu? Kalau Kamini nggak cantik nggak mungkin kamu mau iya' kan?"

"Nak lepas saja syalnya, udaranya gerah begini lho," ujar Tania yang merasa prihatin karena sedari tadi ia melihat menantunya itu merasa tidak nyaman.

"Ehh ..."

Aduh masa iya Ami lepas ini ada bekas cium begini. Gimana bilangnya ya masa iya bilang ada 'cupang', geli ah kayak digigit ikan cupang. Ah iya.!

"Emm ini karena ada kiss marks, gitu teh bahasa kerennya," jawab Kamini dengan lugunya.

Burhan, Tania, Dirga dan Tanti tersenyum dan serempak menggeleng-gelengkan kepalanya melirik ke arah Kamini dan Dirandra. Sedangkan Yolanda berdeham memecahkan kecanggungan yang mulai memenuhi benaknya. Yolanda yakin Dirandra pasti sengaja meninggalkan tanda di tubuh Kamini.

"Siapa yang nakal Kamini?" goda Dirga.

Kamini menatap Dirga dan meletakkan sendoknya.

"Nakal kenapa?" tanyanya polos dengan alis bertaut.

"Itu kiss marks," terang Dirga dengan mengulum senyum. Ia menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak.

"Oh ini teh kerjaan Mas Dirandra," jawab Kamini dengan menepuk lengan Dirandra. Wajahnya merona malu.

"Eluh ... eluhh ... Manisnya kakak iparku ini," goda Tanti.

Dirandra mencondongkan tubuhnya ke arah Kamini dengan mendekatkan bibirnya di telinganya.

"Nakal tapi kamu suka kan?" bisikan pelan dan dalam. Seketika wajah Kamini semakin merona.

"Sudah-sudah jangan teruskan lagi kasihan Kamini." Burhan menengahi, ia tidak tega dengan menatap wajah Kamini yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel