DIPUTUSIN PACAR?
"Hmmp, kusam dan jelek," celetuk Bima.
Bima menatap Santi yang menginjak harga diri Amelia. Ia sengaja memegang tangan Amelia dan berbisik, "Jika kamu jelek dan kusam, kenapa para investor terpanah melihatmu? Bahkan beberapa dari mereka ingin menikahimu?"
Mata Amelia melotot dan memilih menjauh. Ia sadar akan dirinya yang tidak sempurna. Ia hanya tersenyum miris melihat Santi.
"Santi, kita memang keluarga. Tapi, jaga sikapmu. Aku manusia, bukan hewan yang seenaknya kamu injak!" Amelia menegaskan siapa dirinya.
"Hewan ya? Kenapa lu enggak menyadari kalau hewan? Harusnya lu sadar! Kalau diri lu hewan, bukan manusia!" Santi menunjuk kepala Amelia.
Baru kali ini harga dirinya terinjak di depan umum. Bagaimana bisa Santi mengatakan tidak enak seperti itu? Apalagi posisi saat ini, pusat perbelanjaan yang sedang ramai.
Sebagai atasan, Bima tidak terima dengan omongan Santi. Ia pernah merasakan di posisi seperti itu. Bima memegang tangan Amelia, "Mel, ayo pergi!"
Amelia menuruti keinginan Bima. Mereka membalikkan badannya. Namun Santi masih saja memakinya.
Teriakan Santi membuat semua orang menoleh. Wajah Amelia semula ceria berubah menjadi mendung. Ia menahan air matanya. Kali ini Santi benar-benar mempermalkan.
"Aku akan mengajakmu ke atas gedung," ajak Bima yang sengaja berhenti membeli teh kemasan.
Setelah membeli, Bima mengajaknya ke lantai atas. Bima tidak sengaja melihat wajah Amelia yang tidak baik-baik saja.
Amelia tidak menjawab, tapi mengiyakan. Iya, menurut saja kepada Bima. Tanpa disadari Amelia, ada beberapa pria bertubuh kekar. Bima hanya memberikan kode agar mereka tidak terlalu dekat.
Lalu Santi, Santi sangat penasaran sekali. Ia melihat kekasihnya. Tanpa disadari oleh Santi, Burhan sangat ketakutan. Ia memegang tangan Santi.
Santi melangkahkan kakinya untuk mengikuti Amelia. Dengan cepat, Burhan memegang tangan Santi. Sekujur tubuhnya bergetar, tapi ini bukan penyakit jantung, melainkan ia tahu siapa Bima sesungguhnya.
"Jangan kamu ikuti dia!" Burhan berkata tegas.
"Ah, kenapa kamu takut? Kalau kamu tidak menurutiku, aku tidak akan memberikan kehangatan malam ini," ucap Santi yang mulai mengintimidasi Burhan.
Mau tidak mau Burhan mengikuti Santi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi esoknya. Ia berharap Bima tidak melacak pekerjaannya.
Santi berjalan dengan sangat cepat. Ia sangat berambisi untuk mendapatkan Amelia. Ia ingin sekali menghancurkan Amelia.
Amelia? Amelia sangat kecewa terhadap Santi. Ia jarang sekali keluar ke pusat perbelanjaan. Ia memilih diam di kantor. Ketika waktunya makan siang, Amelia memilih memesan makanan. Lalu ia memutuskan untuk tidur.
"Santi, berhentilah!" Burhan sengaja menghentikan Santi.
"Mengapa aku disuruh berhenti?" Santi tetap berjalan. "Aku belum puas melihatnya hancur!"
Burhan memilih menelan salivanya. Sebenarnya Burhan tahu siapa itu Amelia. Ia sangat mengenalnya karena kecerdasannya. Ia memang sering bekerja sama dengan BS Star Company dalam pengiriman barang.
Namun sekarang ia mendapatkan masalah. Ia menuruti keinginan Santi untuk mengejar Amelia. Sungguh di luar dugaan, ia sekarang menantang mautnya sendiri.
Amelia dan Bima memasuki lift. Santi bersama Burhan melihat jelas mereka memasuki lift. Namun di luar lift, ada sekelompok orang yang berdiri. Mereka sengaja melaksanakan perintah dari Bima.
Bima segera menutup liftnya. Sedangkan Santi yang penuh percaya diri mendekati lift itu. Santi menerobos melewati para pengawal itu. Namun mereka segera menghentikannya. Mereka langsung memblokade agar Santi tidak menyentuh lift itu.
"Maaf, Nyonya, Anda tidak boleh mendekat," salah satu dari mereka bersuara.
"Apa! Kamu panggil aku nyonya!" Santi murka dan langsung memaki mereka.
Para pengawal itu hanya menggeleng. Salah satu dari mereka menghubungi security. Tak lama kepala security datang. Mereka meminta kepala security mengusirnya.
Santi tidak terima dan berteriak. Banyak sekali pengunjung yang melihatnya. Jujur, ia tidak memiliki malu dengan tragedi itu. Lalu bagaimana dengan Burhan?
Burhan memilih pergi. Wajahnya sangat gelisah dan pucat. Karirnya di dunia bisnis berada di ujung tanduk. Ia hanya menunggu pagi agar bisa memastikan semuanya baik-baik saja.
Amelia, ia sudah berada di rooftop pusat perbelanjaan. Tempatnya sangat mewah dan eksklusif. Tempat ini diperuntukkan untuk Bima dan para sahabatnya. Sang pemilik memang membuatnya menjadi tempat bersantai di malam hari.
"Ini tempat apa?" Amelia melihat kemewahan rooftop tersebut.
"Ini tempat yang sengaja dibangun untuk merenung," celetuk Bima.
"Ha!" Amelia sangat terkejut. "Memang ada ya?"
"Jelas ada," ledek Bima yang memberikan teh panas itu ke Amelia.
Amelia menerimanya dan duduk. Pikirannya bingung tanpa sensor. Wajahnya panas seakan ingat kejadian tadi. Dari dulu Santi memang sudah menginjak harga dirinya. Bahkan sering dibuat malu.
Tidak ada yang menghentikannya. Bahkan semakin parah atas tindakannya. Amelia melepaskan tangannya untuk tetap diam. Bukannya tidak tegas, tapi ia memang memilih mengalah agar ia tidak memperkeruh suasana.
"Apa hubungan kamu dengan gadis gila itu?" Bima sengaja duduk di samping Amelia.
"Pak, kenapa bapak duduk di samping?" Amelia mulai curiga.
"Memangnya tidak boleh?" Amelia mulai curiga.
"Jangan curiga terlebih dahulu," kesal Bima.
Amelia bingung dengan sikap bos besarnya. Ia takut dengan skandal baru. Amelia ingin menghindari masalah. Ia tahu sang bos besarnya sudah berkeluarga. Makanya Amelia memilih untuk tidak mendekat.
"Santai aja kali," celetuk Bima. "Dia siapa sih?"
Amelia terdiam sejenak. Ia bingung harus cerita dari mana. Ia memilih untuk menatap bulan. Bima masih menunggu jawaban Amelia. Ia tidak menyuruh Amelia untuk menjelaskannya sekarang.
"Kalau kamu belum siap, tidak perlu dijelaskan!" Bima menyuruh Amelia tidak bercerita.
"Bukannya tidak mau bercerita, tapi merasakan hati aku hancur," ucap Amelia sambil meminum teh itu.
"Diputusin pacar?" Bima bertanya sambil meledek.
Bukannya sedih, Amelia malah tertawa. Diputusin? Hah! Tidak benar sama sekali. Saat ini dirinya belum memiliki pacar. Bukannya tidak mencari, ia sengaja menghabiskan hidupnya untuk mencari uang. Ia tahu jika dirinya tidak memiliki uang, ia akan ditindas sama mereka.
Bima yang mendengarnya menjadi bahagia. Hanya celetukkan kecil bisa membuat Amelia bahagia. Dibalik itu semuanya, Bima bukan pria sempurna. Di luar permukaan ia pria dekat dengan karyawannya. Namun Bima adalah ketua mafia dari Red Dragon.
Apakah Bima akan mengajak masuk ke dunia mafia? Bima tidak akan melibatkan Amelia ke sana. Ia tidak ingin membuat Amelia ketakutan.
"Darimana aku punya pacar? Tuh di meja banyak sekali pekerjaan," jawab Amelia. "Sering sekali aku mengejar bapak untuk meminta tanda tangan."
"Memangnya aku sepopuler itu ya?" Bima bertanya sambil bercanda.
"Paling populer. Mengejarmu adalah tugas utamaku. Kalau aku tidak mengejar, bagaimana para karyawan untuk menyetujui kerja sama dengan klien?" Amelia meminum tehnya. "Tapi kenapa bapak tidak menjadi model?"
"Dikira model itu gampang apa? Lebih baik aku bergulat di kasur sambil mendesain senjata." Bima berkata di dalam hati.
"Bapak enggak jawab?" Amelia penasaran sekali.
