Prolog
Kebahagiaan terlihat jelas di wajah sepasang suami istri yang kini ada di salah satu kamar rumah sakit
swasta ternama yang ada di Jakarta, mereka begitu bahagia karena malaikat kecil yang mereka tunggu
telah lahir ke dunia.
"Ih lucunya, matanya mirip kamu mas" ucap istrinya
"Hehehe, iyalah masa mirip orang lain." Jawab suaminya sedang istrinya terkekeh geli karena
kebodohannya sendiri.
"Kamu udah nyiapin nama dia masih?" Tanya istrinya, suaminya terseyum lembut lalu mengangguk.
" Udah kok, nama dia Noushin Gazala Achilles."jawab suaminya dengan senyum di wajahnya.
"Nama yang bagus, tapi manggil dia apa mas? Masa Nou tau Shin kayak apa aja" tanya istrinya bingung.
"Gazala kita bakal panggil dia Gaza atau Zala, lebih mudah di sebut dan di ingat" jawab suaminya istrinya
hanya mengangguk lalu tersenyum kearah anaknya yang kini terlihat tersenyum senang karena telah
memiliki nama.
Beberapa tahun kemudian.....
Zala kecil terlihat begitu bahagia, dia mempunyai apa yang di punyai semua orang yaitu orang tua. Ibu
juga ayahnya, setiap hari dia selalu di limpahkan dengan kasih sayang dari orang sekitarnya. Namun
sayangnya kebahagiaan itu tak bertahan lama, rasa bahagia yang dia rasa hancur seketika saat kedua
orang tuanya bertengkar hebat. Zala kecil hanya bisa menangis, dia tidak tau apa yang terjadi. Umurnya
masih terlalu belia untuk paham kondisi keluarganya apalagi dia tidak pernah mengalami hal semacam
itu, bukan hanya hari itu saja kedua orangtuanya bertengkar namun hampir setiap hari.
Lambat laun Zala kecil terabaikan, dia seperti tak pernah hadir di antara keluarga kecilnya. Senyum
keceriaan yang selalu terukir di bibirnya kini sirnah begitu saja, hanya air mata yang terlihat. Wajah
sedihnya selalu menghiasi muka polosnya, saat itu Zala kecil tak bisa menghentikan pertikaian antar
kedua orang tuanya membuat keduanya memutuskan untuk berpisah. Zala kecil hanya diam saat tubuh
mungilnya di seret kasar oleh sesosok tangan, dia mengikuti langkah wanita di depannya yang dia anggap
ibunya. Wanita itu membawanya pergi jauh dari rumah megah yang dulu pernah memberikan
kebahagiaan padanya, hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah desa terpencil.
Mereka akhirnya menetap disana dan ibunya menikah lagi dan itu awal dari penderitaannya, awal dari
kehidupannya. Di desa itulah titik awal dari perjalanan hidupnya, membuat dia menjadi sosok yang
tertutup namun dewasa.
