Pustaka
Bahasa Indonesia

Jamila

56.0K · Ongoing
Ida Nur Khasanah
48
Bab
145
View
9.0
Rating

Ringkasan

Jamila seorang janda yang menjadi primadona para pria, dicelakai oleh seseorang namun ditolong oleh Aji. Karena menolong Jamila, Aji menjadi lumpuh. Demi membalas budi pada Aji, kedua orang tua Jamila meminta agar dia menikah dengan Aji. Awalnya Jamila menolak tapi akhirnya mau menerima permintaan orang tuanya. Setelah menikah Aji malah membenci Jamila dan menganggap Jamila adalah wanita pembawa sial. Aji dihasut oleh Ibu dan saudara-saudaranya agar membenci Jamila. Akankah Aji akan menerima Jamila dan mencintai Jamila? Atau justru Jamila akan menjadi janda untuk yang kedua kalinya?

RomansaPernikahanIstriLove after MarriageDewasa

Permintaan Bapak

Malam ini hujan deras, karena ini sudah musim penghujan. Dia seorang janda bernama Jamila sedang duduk bersama kedua orang tuanya. Ya, saat ini mereka sedang membicarakan kejadian yang menimpa Jamila satu bulan lalu.

Sebulan lalu Jamila hampir saja tertabrak mobil, saat itu Jamila hendak pergi membeli siomay. Karena jarak rumah dari penjual siomay dekat Jamila berjalan kaki. Waktu itu hujan deras Jamila berjalan dengan membawa payung menuju penjual siomay.

Tanpa disadari ada mobil yang akan menabrak Jamila. Namun, Jamila Selamat karena ada seorang pria bernama Aji yang menyelamatkan Jamila. Jamila selamat tapi justru Aji yang tertabrak mobil. Hingga akhirnya Aji dinyatakan lumpuh oleh dokter akibat kecelakaan itu.

“Jamila, menikahlah dengan Aji,” ucap Joko Bapak Jamila yang saat itu duduk dikursi tidak jauh dari tempat Jamila duduk.

Bagai disambar petir, Jamila tidak menyangka Bapaknya akan meminta dia menikah dengan Aji yang lumpuh itu. Jamila diam saja, dia bingung harus jawab apa. Diantara dia dan Aji tidak pernah ada rasa cinta, apalagi keinginan untuk menikah.

“Jamila, dia yang telah menyelamatkan kamu. Setidaknya anggap saja menikah dengan dia adalah cara kita membalas budi pada Aji,” kata Joko sembari menyesap rokoknya.

Rasanya Jamila ingin menangis mendengar ucapan Bapaknya itu. Bagaimana tidak, sebenarnya Jamila sudah punya pria pujaan yang lain. Meskipun Jamila tahu pria itu tidak akan membalas cintanya karena sudah beristri. Tapi kenapa harus menikah dengan Aji? Hanya untuk sebuah balas budi? Pikir Jamila.

“Maaf Pak, apa tidak ada cara lain untuk balas budi pada Aji? Apa itu saja caranya?” tanya Jamila. “Bukan maksud hati Jamila menolak tapi Jamila belum siap menikah lagi.” Jamila mencari alasan agar Bapaknya tidak memaksanya menikah dengan Aji.

“Tidak ada, kasihan dia Jamila karena dia lumpuh tidak ada wanita yang mau menjadi istrinya. Bahkan mantan kekasihnya saja sudah meninggalkan dia,” jawab Joko yang membuat hati Jamila semakin galau.

Jamila meminta waktu untuk berpikir, dia tidak mau terlalu cepat ambil keputusan. Karena kegagalan sekali sudah cukup bagi dia dan tidak untuk kedua kalinya. Jamila berharap selama berpikir Bapaknya berubah pikiran dan membatalkan niatnya untuk menikahkan Jamila dengan Aji.

Malam itu Jamila tidak bisa tidur, dia terus memikirkan permintaan Bapaknya. Jamila tahu Aji orang yang baik dan ramah, tapi Jamila tidak mencintai Aji. Ya, itu alasan Jamila saat ini menolak menikah dengan Aji. Apalagi keluarga Aji terkenal matre dan suka gibah. Mana mungkin Jamila bisa hidup di lingkungan seperti itu.

Petir yang terus terdengar menambah Jamila semakin gelisah. Rasa takut, dan kasihan menjadi satu. Jamila mencoba memejamkan mata namun tetap tidak bisa tidur nyenyak. Hingga pukul dua dini hari Jamila baru bisa tidur nyenyak.

“Jamila, bangun! Sudah siang!” teriak Ibunya yang bernama Sri dari luar kamar. Sri menggedor-gedor pintu kamar Jamila. Sudah menunjukkan pukul 08.25 tapi Jamila masih asyik bermimpi.

Sri terpaksa menggedor pintu kamar Jamila, karena ada tetangga yang ambil pesanan. Tiba-tiba Jamila muncul dengan wajah yang masih kusut dan rambut acak-acakan.

“Itu ada Yu Atun ambil pesanan, katanya kemarin barangnya sudah ready.” Sri berlalu kedapur melanjutkan aktivitas di dapur.

Jamila berjalan menuju ruang tamu, Yu Atun sedang duduk memainkan ponselnya. Jamila mengambilkan pesanan Yu Atun lalu memberikannya pada Yu Atun. Yu Atun memberikan uang pas pada Jamila.

“Aku dengar kamu akan menikah dengan Aji?” tanya Yu Atun. Seketika Jamila kaget, siapa yang bicara pada Yu Atun? Apa Ibunya? Pikir Jamila.

Jamila hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan Yu Atun tadi. Karena tidak mendapat jawaban Yu Atun langsung pulang. Jamila berjalan ke dapur mendekati Ibunya.

“Bu, darimana Yu Atun tahu saya mau nikah sama Aji?” tanya Jamila pada Sri yang sedang menyiapkan makanan Jamila. Sri tampak kaget mendengar pertanyaan Jamila tadi.

“Ibu tidak tahu, Bagaimana bisa Yu Atun tahu sedangkan kita baru membicarakan semalam? Apa Bapakmu? Ah sepertinya tidak mungkin,” jawab Sri sambil bertanya pada Jamila.

Jamila berjalan lemas menuju kamar mandi, hari ini dia akan pergi ke ekspedisi untuk mengirim barang pesanan pelanggan. Tidak ada setengah jam Jamila sudah siap berangkat ke ekspedisi menaiki sepeda motornya. Namun, tidak lupa dia makan terlebih dahulu.

Jamila sampai ditempat ekspedisi sudah pukul 09.45, tadi Jamila sambil CODan juga. Jamila melihat sang pujaan hati yang bekerja ditempat ekspedisi, namanya Faris.

Selesai dari tempat ekspedisi Jamila mampir beli es degan dulu. Hari ini sepertinya tidak hujan, tapi tidak tahu kalau malam. Hujan biasanya datang setelah magrib sampai tengah malam.

“Eh Jamila, aku dengar kamu mau menikah lagi ya. Tapi mengapa kamu mau menikah dengan pria lumpuh seperti itu?” tanya Susi tetangga Jamila yang rumahnya selisih 5 rumah dari rumah Jamila.

Jamila hanya diam saja, malah Jamila asyik melihat beberapa pria yang sedari tadi melihat dia. Mereka tampak terpesona dengan kecantikan Jamila. Kedua pria itu mendekati Jamila dan berkenalan. Susi merasa kesal karena dicuekin Jamila. Susi langsung pindah tempat dan membeli makanan lain.

Sesampainya di rumah, Jamila memberikan es degan pada Ibunya. Bapaknya sudah berada di warung bakso. Joko mempunyai usaha warung bakso, musim hujan begini bakso milik Joko ramai. Sri segera kembali ke warung yang letaknya ada di depan rumah Jamila.

Jamila membaringkan tubuhnya di atas kasur, dia mulai memposting jualannya diaplikasi biru miliknya. Sedang asyik menjawab pertanyaan para pelanggan, tiba-tiba terdengar suara orang marah. Jamila segera keluar rumah, karena arah suara tadi dari warung bakso Bapaknya.

“Joko, ingat janjimu padaku. Bahwa kamu akan menikahkan Jamila dengan anakku Aji. Kalau tidak maka aku akan meminta ganti rugi atas kelumpuhan Aji,” ucap Ibunya Aji yang bernama Santi di hadapan para pembeli bakso.

Jamila baru tahu, bahwa yang membuat Bapaknya minta dia menikah dengan Aji adalah Bu Santi. Jamila mendekat ke warung bakso. Bu Santi menatap sinis kearah Jamila.

“Kamu harus menikah dengan Aji.” Bu Santi menunjuk wajah Jamila yang ada dihadapannya. “Jika kamu menolak, kamu harus ganti rugi 100 juta.” Dia menurunkan jarinya yang menunjuk Jamila.

Semua yang mendengar kaget dengan ganti rugi yang diminta Bu Santi. Tentu saja keluarga Jamila tidak sanggup membayar ganti rugi sebanyak itu. Apalagi Joko hanya penjual bakso dan Jamila jualan online yang untungnya tidak seberapa.

“Baiklah, aku akan menikah dengan Aji.” Jamila menjawab dengan lantang dan tegas dihadapan semua orang. Semuanya tampak kaget dengan jawaban Jamila. Terutama pria yang selama ini menyukai Jamila. Bu Santi tampak tersenyum senang mendengar jawaban Jamila.