6. Jalan-Jalan, yuk? (1)
Bab 6 :
Jalan-Jalan, yuk? (1)
******
"KAMU tau ke mana chicken nugget yang Mama simpen di kulkas, Nad?" tanya Elin, mama Nadya, saat Nadya baru saja keluar dari kamar mandi—yang ada di dapur—untuk mencuci tangan. Nadya terperanjat, ia sangka yang bertanya padanya barusan adalah hantu. Mata Nadya memelotot, sebelah tangannya memegangi dadanya; jantungnya rasanya mau copot.
Nadya menggeleng. "Ya ampun, Ma! Kirain tadi siapa looh!"
Elin mengernyitkan dahi, menutup pintu kulkas, lalu menatap anak sulungnya itu sembari berkacak pinggang. Wanita itu menghela napas. "Kamu kira siapa emangnya? Hantu? Itu chicken nugget yang Mama simpen di freezer kok hilang, ya?"
Nadya menyatukan alis, mendekati mamanya sembari berkata, "Mana aku tau, Ma. Mungkin Papa, tuh. Papa kan suka nggoreng chicken nugget pas tengah malem. Sambil nonton bola, katanya."
"Ck," decak Elin. "padahal adikmu ngerengek tuh minta digorengin."
"Lha, kan dia udah makan malem," ujar Nadya heran. Elin hanya mengedikkan bahunya, lalu beranjak mengambil botol susu yang ada di lemari makan. Susu itu jelas akan diberikan kepada adik Nadya yang bungsu, Mario, yang baru saja berumur satu tahun. Adik bungsunya itu tidak mau meminum ASI, jadi Elin memilih untuk membeli susu bayi dalam kemasan kotak, sebanyak tiga sampai empat kotak setiap bulannya.
Adik Nadya yang mau makan chicken nugget itu pasti adalah Beni, si nomor dua yang baru kelas tiga SD. Wajahnya hampir mirip dengan Nadya, hanya beda jenis kelamin dan umur, tetapi bagi Nadya si Beni itu nakalnya bukan main. Pengacau kelas kakap. Hiperaktif, songong, nyebelin, pokoknya semuanya, deh. Namun, biar begitu...Nadya tetap sayang juga. That's what sibling is.
Nadya kemudian memilih untuk pamit kepada mamanya. "Ma, aku ke kamar, ya."
"Iya. Besok kamu ada ulangan nggak?" tanya mamanya. Nadya sudah meninggalkan dapur, posisinya sudah agak jauh, sehingga cewek itu menjawab mamanya sembari berteriak, "Gak ada, Ma!"
Sesampainya di kamar, Nadya mendapati ponselnya yang ada di atas bantalnya itu bergetar. Cewek itu melebarkan mata dan mendekati ranjangnya, kemudian meraih ponselnya dan mendapati bahwa ada sebuah pesan masuk.
Jantung Nadya serasa berhenti berdegup saat ia melihat nama Aldo tertera di layar ponselnya. Tangan cewek itu rasanya tak sabar; ia ingin membuka pesan itu cepat-cepat, tetapi ia merasa sangat malu dan gugup.
Aldo mengiriminya pesan?
Mengingat kembali kejadian dua hari yang lalu, saat ia diantar Aldo pulang karena terkena bola, Aldo mengatakan sesuatu yang membuatnya serasa terbang ke langit ketujuh. Terngiang di telinganya suara Aldo yang terdengar begitu merdu bersamaan dengan embusan angin saat itu:
'...sebenarnya alasan aku itu banyak, Nad, tapi pada akhirnya aku cuma bisa bilang ke kamu kalau alasanku itu hanya satu...karena aku nggak bisa membedakannya. Soalnya, semua alasannya itu adalah kamu.'
Nadya merona. Aldo membawa seluruh kehangatan ke dalam jiwanya. Satu hal yang ia tahu, Aldo itu ternyata begitu manis. Ia tak memiliki perasaan apa-apa kepada Aldo, tetapi kali ini ia benar-benar yakin bahwa...Aldo berhasil mencuri hatinya. Aldo berhasil mengalihkan dunianya. Aldo berhasil membuat Nadya menatap cowok itu, hanya cowok itu.
Dunia Nadya serasa dijungkirbalikkan, padahal di sisi lain…Nadya sendiri merasa bahwa cerita aneh tentangnya dan Aldo ini mungkin hanyalah mimpi. Mimpi: sebuah dunia yang bisa membuatmu masuk ke dalam petualangan dan kejadian-kejadian yang tak masuk akal.
Duh, kok Aldo ngomong gitu, sih...
Nadya tak tahu apakah ia yang tolol atau Aldolah yang terlalu mendadak mengatakan sesuatu seperti itu. Akan tetapi, pada akhirnya Nadya membuka pesan dari Aldo itu dengan jantung yang berdebar.
Nad, lagi apa?
Kita...jalan-jalan, yuk? Kalo kamu mau, aku jemput. Biar aku yang minta izin ke ortu kamu.
Mata Nadya membulat. Aldo...mengajaknya jalan-jalan? Tunggu, sekarang sudah jam setengah tujuh malam. Apakah bakal diizinkan oleh kedua orangtuanya?
******
"Malam, Om, Tante," sapa Aldo saat pintu rumah dibuka oleh mama Nadya. Papa Nadya kebetulan sedang duduk di sofa yang ada di ruang tamu, lalu mama Nadya mempersilakan Aldo masuk. Mama Nadya menyambut Aldo—tamu yang menurutnya asing itu—dengan senyuman manis, soalnya Nadya sudah bilang bahwa akan ada 'temannya’ yang datang.
"Eh...malam juga... Kamu temennya Nadya, ya? Ayo masuk!" ajak mama Nadya dengan ramah. Aldo menunduk seraya berterima kasih. Aldo menyapa papa Nadya sejenak dan dibalas dengan anggukan ramah oleh papa Nadya.
Sesungguhnya, Elin tahu kalau cowok tampan yang datang ini pastilah tidak hanya berteman dengan anak perempuannya. Cowok ini sepertinya sudah berhasil mengambil hati Elin dan juga suaminya sejak cowok itu menyapa mereka berdua.
"Tante siapin minum dulu, ya?" ujar Elin. Aldo, yang duduk berseberangan dengan papa Nadya, langsung menatap mama Nadya dengan mata yang melebar sembari berkata, "Ah...nggak usah, Tante. Nggak usah repot-repot."
"Udah, nggak apa-apa. Sebentar, ya," ujar Elin dan wanita itu langsung meninggalkan ruang tamu untuk menuju ke dapur. Aldo agak menganga, kemudian cowok itu tersenyum tatkala menyadari bahwa ada seseorang yang baru saja sampai di ruang tamu.
Itu Nadya. Memakai baju tidur bergambar panda yang di atas kepalanya ada tulisan 'Chuu!' serta ada simbol love di dekat tulisan itu. Aldo menatap baju Nadya lekat-lekat, kemudian cowok itu tersenyum. Ia akhirnya beralih menatap wajah Nadya yang kini juga sedang menatapnya balik.
"Yaya? Ngapain kamu di situ? Sini, temen kamu dateng, nih," panggil papa Nadya. Nadya biasa dipanggil 'Yaya' hanya oleh papanya dan itu artinya papanya menyuruhnya untuk mendekat. Nadya agak kaget saat papanya tiba-tiba memanggilnya, tetapi akhirnya Nadya berjalan pelan dan duduk di sebelah papanya. Nadya menatap Aldo sejenak, tersenyum, lalu sedikit menunduk. Nadya masih merasa malu dengan ucapan Aldo dua hari yang lalu, terutama...sekarang Aldo terlihat sangat tampan. Aldo tampak macho memakai jaket kulit berwarna hitam. Jaket itu agaknya cowok itu gunakan untuk melapisi kaus V-neck tipis yang berwarna abu-abu. Kalung perak Aldo yang berliontin simbol infinite itu begitu cocok di leher Aldo yang terlihat sangat menggoda.
Nadya sudah tahu dari lama kalau Aldo itu ganteng. Akan tetapi, sekarang rasanya Nadya jadi benar-benar memperhatikan cowok itu. Apakah itu terjadi karena sekarang otak Nadya berpikir bahwa Aldo itu adalah...kekasihnya? Iya, mereka memang sepasang kekasih, tetapi...bagi Nadya…
Ah, sulit dijelaskan.
Tambahannya, wangi tubuh Aldo yang selalu sama: wangi segar yang membuat nyaman dan membuat siapa pun ingin terus menciumnya. Parfum merk apa yang sebenarnya Aldo pakai? Nadya mendadak ingin tahu. Akan tetapi, cewek itu tak sempat berpikir lama-lama tentang merk parfum karena pipinya malah merona terlebih dahulu sebelum benar-benar memikirkan soal itu.
Aldo tersenyum, kemudian cowok itu beralih menatap papa Nadya yang kini sedang menatapnya dengan penasaran.
Papa Nadya terlihat seperti masih berusia tiga puluh tahun, padahal sejatinya umur pria paruh baya itu sudah 41 tahun. Nadya benar-benar mewarisi wajah manis papanya.
"Ada apa kamu datang malam-malam begini, Nak?" tanya papa Nadya sembari menatap Aldo dengan alis yang menyatu. Tak biasanya ada teman Nadya yang bermain ke rumah Nadya malam-malam begini, apalagi yang bermain ini adalah laki-laki.
"Em... Maaf ganggu malam-malam, Om," ujar Aldo dengan sopan. "Sebenarnya, begini, Om... Kalau Om sama Tante ngizinin...saya mau ngajak Nadya jalan-jalan."
Nadya meneguk ludahnya, menunggu respons papanya. Sementara itu, papanya mengernyitkan dahi. "Jalan-jalan ke mana?"
Tibalah mama Nadya di ruang tamu, wanita itu mulai menaruh beberapa gelas sirup di atas meja. Aldo tersenyum pada mama Nadya, kemudian cowok itu menatap papa Nadya lagi dan menjawab dengan sopan, "Saya mau ngajak Nadya ke mall yang nggak jauh dari sini, Om. Di sana ada konser band lokal. Saya janji bakal bawa Nadya pulang sebelum jam sepuluh malam."
Mama Nadya kini duduk di sebelah Aldo dan menatap Aldo seraya tersenyum jail. "Kamu pacar Nadya, ya?"
Nadya kontan terkejut. Nadya langsung menatap mamanya dengan mata yang melebar. Nadya lalu melihat ke arah Aldo yang juga tampak sedikit melebarkan mata, tetapi agaknya Aldo tak terlalu terkejut.
Tiba-tiba Aldo tersenyum lagi. Senyumannya tampak begitu manis dan tulus. Aldo tampak begitu tenang dan bersahaja. Cowok itu kemudian mengangguk singkat pada mama Nadya.
"Iya, Tante," jawab Aldo. "saya pacarnya Nadya. Saya minta maaf karena baru ngasih tahu soal ini ke Om dan Tante, tapi...saya janji saya bakal jaga Nadya." []
