Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Tetap Melangkah Maju

Istri Yang Dicampakkan Menjadi Sultan

Bab 7

"Udah nggak usah cemberut gitu, nanti cantiknya hilang lagi," rayu Farhan.

"Transfer dulu dong, Mas. Aku mau belanja, skincare aku udah pada habis soalnya."

"Iya, nanti Mas transfer ya. Soalnya ini lagi ada urusan penting," ujar Farhan.

Sambungan panggilan video itu terputus saat seseorang yang ditunggu Farhan sudah datang. Wanita berumur empat puluhan itu menarik kursi dan duduk di hadapan Farhan dan langsung memesan makanan dan minuman. Farhan memang ingin meminta bantuan pada adik dari almarhum ayahnya untuk bisa membujuk Farida. Mereka memang tidak dekat tapi setidaknya jika orang yang dituakan berbicara, Farida tidak mungkin bisa mengelak.

"Tante Sinta bisa 'kan bantu Farhan?"

"Kamu juga beg* banget sih, udah tahu Farida itu sayang banget sama Alia. Kalau mau Farida maafin kamu salah satu caranya ya kamu balikan sama Alia," saran Sinta.

"Nggak mungkin lah kalau Farhan balikan sama Alia," seru Farhan. Farhan memang tidak mengatakan pada Sinta jika dirinya akan menikahi wanita lain. Sinta hanya mengetahui Farhan menceraikan Alia hanya karena Alia belum bisa memberikannya seorang anak.

"Denger, ya. Kamu mau deketin Farida meskipun kamu kasih mobil atau rumah sekalipun tapi dia tetap nggak bakalan maafin kamu. Kamu kayak nggak kenal kakakmu itu, Han."

Farida memang tidak akan mempan jika dirayu dengan menggunakan materi. Ia sosok wanita penyayang yang tidak pernah bisa menukar kasih sayangnya itu dengan apapun. Farhan merasa ragu jika mengatakan ia akan menikahi wanita lain dan ingin meminta restu dari Farida. Farhan dan Farida tidak dekat dengan keluarga besar mereka karena mendiang orang tua mereka pernah memiliki masalah dengan keluarga besar.

"Tapi … Farhan mau nikah sama perempuan lain, Tan," ungkap Farhan dengan ragu.

"Farida tahu soal ini?"

"Kalau Alia nggak kasih tahu ya Mbak Farida nggak mungkin tahu," jawab Farhan.

"Lelaki semuanya emang sama, kalau banyak duit bisa seenaknya. Bagus kalau cewek kamu itu mau nerima kamu kalau misalkan nanti kamu jadi miskin lagi, kaku nggak gimana? Udah dapet istri baik malah ditinggalin," tutur Sinta sambil menikmati makanannya, meskipun ucapannya terkadang kasar tapi Sinta tidak mendukung apa yang dilakukan oleh Farhan ini. Farhan yang disudutkan juga tidak bisa berkata apa-apa, ia merasa malu dan terhina mendengarnya.

"Farhan itu minta saran, Tan. Fa–"

"Cuman satu caranya, kamu balikan lagi sama Alia. Pilihan ada di tangan kamu," ujar Sinta dengan santainya membuat Farhan malah mengacak rambutnya frustasi karena ia tidak mungkin melakukan itu.

***

"Habis perawatan wajah Mbak Alia kelihatan lebih cantik dan fresh," puji Ratna membuat Alia tersipu malu. Ia memang jarang sekali dipuji oleh orang karena memang dirinya jarang memakai polesan make-up saat di rumah. Bahkan jika ada acara atau pesta Alia tampil seadanya saja dan itu membuat kecantikannya terpendam.

"Panggil Alia aja, biar nggak terlalu formal," ujarnya.

"Ya udah, berangkat yuk. Biar nggak telat," ajak Ratna.

Beruntung karena Ratna memiliki mobil, Alia tidak harus pesan taksi online setiap akan pergi. Mungkin jika ia sudah memiliki tabungan Alia pasti akan membeli kendaran, ia tidak ingin merepotkan orang lain.

Sebuah danau buatan di tengah kota menjadi pilihan untuk pemotretan. Alia bertemu dengan Jodi di sana, Jodi memang menjadi salah satu model tambahan tapi bukan menjadi brand ambassador seperti Alia. Sosoknya yang memang friendly membuatnya gampang akrab dengan Alia. Meskipun merasa tidak nyaman tapi Alia mencoba untuk lebih akrab dengan orang-orang sekitar. Itu juga salah satu pesan dari Maurin.

"Boleh pinjem hp kamu, nggak?" tanya Jodi kala itu saat istirahat setelah pemotretan.

"Maaf, tapi buat apa, ya?"

"Mau telepon manager aku, soalnya hapeku dia yang bawa," jelas Jodi, Alia dengan polosnya memberikan ponselnya pada Jodi.

Lelaki itu hanya menahan senyumnya karena ia memang sengaja melakukan itu untuk mendapatkan nomor Alia. Saat pertama melihat Alia, Jodi memang sudah terpesona pada wanita polos itu. Ia bahkan rencana mendekati Alia.

"Bisa, Mas?" tanya Alia.

"Lupa ternyata hpnya aku simpan di tas ini," seru Jodi sambil mengangkat tas di pangkuannya.

"Aku juga biasa pelupa kayak gitu," ujar Alia sambil tertawa kecil membuat Jodi terpaku untuk menatap lebih lama sosok Alia yang sangat mempesona. Aura wanita itu memang semakin terpancar, ia terlihat lebih percaya diri dari biasanya.

Tepukan di bahu Jodi membuat lelaki itu langsung terkesiap dan menoleh. Sang manager mengajaknya untuk berbicara meninggalkan Alia yang kini hanya duduk dan menunggu dipanggil lagi. Ratna sedang mempersiapkan pakaian yang akan digunakan oleh Alia. Untuk pemotretan kali ini, Alia harus beberapa kali berganti pakaian. Ia bahkan merasa kerepotan karena baju yang dikenakanannya memiliki desain yang rumit. Tapi ia mencoba menjalaninya dengan senang hati, ia harus bisa mencintai pekerjaannya agar semua yang dikerjakan tidak terasa berat.

"Al, ada beberapa penawaran masuk. Buat jadi model gaun pengantin sama minuman, kamu mau nggak?" tanya Ratna.

"Kalau menurut Mbak tawarannya bagus aku ikut aja," jawab Alia.

"Di sini 'kan yang kerja kamu, Al. Kamu harus pintar memilih job yang buat kamu enjoy."

"Ya udah, aku ambil aja tawarannya," tutur Alia. Ia jelas tidak ingin menolak rezeki, siapa tahu jika ia menolak malah menghambat rezeki lainnya.

Jadwal Alia mulai padat hingga membuat dirinya selalu pulang larut malam. Minggu depan bahkan Alia akan berangkat ke negeri tirai bambu. Alia sudah bisa menjiwai menjadi seorang model meskipun dengan waktu yang singkat itu semua dibarengi dengan kerja keras dan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

Di salah satu show Alia bertemu dengan Monika dan Dinda. Monika terlihat menatap Alia meremehkan, ia bahkan mengatakan sesuatu yang menyakitkan saat di dengar.

"Meskipun lo jadi model tapi nggak bakalan bisa saingi gue. Cewek kampung kayak lo cuman bisa jadi model murahan."

Alia hanya membalas dengan senyum singkat, Dinda yang menggantikan Monika meminta maaf. Alia yang memeng mengetahui karakter Monika memaklumi dan tidak menganggap ucapan menyakitkan itu.

"Sabar ya, Al. Harus kuat-kuat mental emang kalau di dunia entertain itu," bisik Ratna.

"Iya, Mbak. Sekarang baru kerasa, ternyata jadi seorang entertain itu nggak gampang, ya," tutur Alia.

"Meskipun nggak gampang tapi sesuai sama penghasilannya."

Apa yang dikatakan Ratna memang benar, Alia bahkan belum genap satu bulan bekerja tapi uang yang dikantonginya bahkan sudah ada ratusan juta. Ia berencana untuk membuatkan usaha untuk orangtuanya agar sang ayah tidak bekerja lagi. Farhan beberapa kali mengirimkan pesan dan menelpon Alia tapi diabaikan oleh wanita itu. Ia sudah menduga jika apa yang dibicarakan Farhan pastilah bukan sesuatu yang penting.

Bersambung ….

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel