Bab 7. Rencana Baru
"Hei! Anak sialan, kenapa kau masih duduk saja di lantai,” ejek Gabriell.
“Bukankah itu sangat cocok untuknya,” jawab teman sekantor lainnya.
Aurora sudah terbiasa, namun, lagi-lagi ia menangis dan pergi ke toilet untuk meluapkan emosinya. Seorang laki-laki mengikutinya sampai ke toilet dan menunggunya di luar.
Hiks! Hiks! Hiks!
“Kenapa kalian melakukan semua ini padaku, apa salahku, kenapa kalian tega,” oceh Aurora, dengan gelagapan yang masihh berada di dalam toilet.
‘Kurasa dia memang butuh seseorang untuk menjaganya,’ batin Alex, yang menunggu istrinya masih menangis di toilet.
Tok! Tok! Tok!
Krek!
Aurora kaget ketika ia membuka pintu toilet itu, karena ternyata suaminya Alex yang entah sudah berapa lama berdiri di depan pintu toilet tersebut.
“Kenapa kau ada disini, apa kau tidak punya pekerjaan,” tanya Aurora, dengan gelagapan dan menundukan wajahnya.
“Seharusnya aku yang bertanya padamu, bukan kau yang bertanya,” jawab Alex.
Aurora hanya diam, ia tidak mungkin menceritakan semuanya kepada Alex kenapa dia berada di toilet sekarang.
“Tidak ada hal yang harus aku jawab,” ucap Aurora, lalu pergi meninggalkan Alex yang masih berada di toilet tersebut.
Alex berjalan menggikuti Aurora dari belakang, ia ingin melihat kemana istrinya tersebut akan pergi. Kali ini Alex juga ingin tau apa rencana Gabriell untuk mencelakai Aurora.
“Dia sangat keras kepala, aku sungguh tidak bisa melakukan apa-apa,” ucap Alex yang masih kesal dengan tingkah Aurora.
Gabriell melihat Aurora dan Alex yang terlihat berjalan beriringan, dia yang sangat penasaran akhirnya mengikuti mereka berdua. Tidak sampai di sana, Gabriell juga melihat raut wajah sanga kakak yang terlihat sangat sedih, membuat dia sangat bahagia.
Menurut Gabriell kebahagiannya adalah melihat sang kakak yang menderita dan dibenci oleh orang di sekitarnya. Ditambah sang Nenek dan juga seluruh keluarga besar Zucca tidak menyukainya.
“Ini baru permulaan Aurora, kau tunggu saja hal menarik dan kejutan untukmu akan segera tiba!” ucap Gabriell yang masih memandang Aurora dan juga Alex dari kejauhan.
“Aurora tunggu,” panggil Alex yang masih mengejar Aurora yang berjalan dengan cepat.
‘Alex kenapa lagi ikutin aku, ini orang lama-lama menyebalkan!’ batin Aurora, yang masih tidak mau bicara dengan Alex.
Alex yang tidak ingin terus-terus mengejar Aurora yang tidak berhenti, ia menarik tangan Aurora lalu sang istrinya pun terjatuh ke dalam pelukannya.
Alex memandang Aurora penuh dengan kemenangan, ia tersenyum seolah-olah mengejek istrinya. Sementara Aurora berusaha untuk pergi dari hadapan Alex.
‘Sialan Alex! Aku harus apa sekarang?!’ batin Aurora yang masih berusaha untuk menghindar dari Alex.
“Sekarang katakan apa yang terjadi di sana?” tanya Alex, yang berdiri di hadapan Aurora dengan tajam menatap wanita tersebut.
“Tidak ada, jangan bertanya padaku lagi,” pergi meninggalkan Alex.
Alex hanya menarik nafas dalam-dalam saat melihat Aurora pergi meninggalkannya, lalu Alex hanya mengikuti sang istri dari belakang.
Sementara sepasang mata hari memandang mereka berdua dari kejauhan, sosok tersebut tersenyum lebar menyaksikan hal yang membuat dia terlihat sangat bahagia.
Di Sisilia
“Dia ternyata memang seorang yang sangat pintar, tidak salah jika Papanya sangat menyayanginya!” ucap Genaro dengan datar.
“Aku akan gunakan desain ini, tapi juga harus memiliki rencana baru untuk perusahaan ini,” ucap Genaro, lalu melanjutkan pekerjaannya.
Semua karyawan TGR merasa bersalah karena sudah membocorkan desain tersebut, meskipun Alex sudah tidak ada di perusahaan tersebut. Namun, tetap saja, mereka sudah berjanji kepada Alex untuk tidak memberikan desain tersebut kepada siapapun.
Karyawan TGR yang masih tidak ingin menggikuti atau patuh kepada Genaro akan membuat rencana baru, mereka akan menggagalkan rencana Genaro untuk memakai desain tersebut.
“Langkah apa yang akan kita ambil, ingat kita berhadapan dengan siapa sekarang. Jika kita ketahuan maka habislah kita,” ucap mereka bertiga, saling mengingatkan satu sama lain.
“Kalian masih ingat tidak dengan sniper tuan muda, aku yakin dia tidak akan berpihak kepada tuan Genaro,” ucap salah satu dari mereka.
Mereka saling memandang satu sama lain, masih mengingat sosok seseorang yang baru saja mereka sebutkan tersebut.
“Tapi kita tidak pernah melihatnya, kalian tau wajahnya selalu tertutup?” tanya salah satu dari mereka.
“Itulah tantangan yang akan kita lakukan,” ucap salah satu dari mereka. “Namun, kita harus melakukannya secara rahasia,” lanjutnya.
Mereka saling memandang dan tersenyum bersama, lalu kembali ke tempat duduk mereka dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.
Leon, Roman, dan Renzo, mereka bertiga adalah seseorang yang juga merupakan orang kepercayaan Alex, mereka akan selalu membantu Alex jika ada kesulitan apapun itu. Bagi mereka Alex adalah segalanya, dan mereka akan melakukan apapun yang bersangkutan dengan Alex.
Mereka bertiga meretas data informasi tentang sniper yang selalu membantu Alex, mereka tidak akan pernah berhenti sebelum berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan.
“Berapa lama kita membutuhkan waktu untuk menggali informasinya?” tanya Roman kepada Renzo.
“Tidak akan lama, tunggu sebentar. Akan aku pastikan semuanya baik-baik saja,” jawab Renzo, penuh semangat.
“Kalau begitu aku akan mencari hal yang lain, kalian lanjutkan saja semuanya,” ucap Leon.
Mereka masih fokus dengan pekerjaan masing-masing, namun mereka beberapa menit akhirnya menemukan apa yang mereka cari-cari.
“Astaga, aku benar-benar tidak percaya ini,” ucap Renzo, yang masih kaget melihat hal tersebut.
“Kenapa kau diam, jawab pertanyaanku?!” ucap Alex dengan sedikit kesal.
“Ada apa, apa yang kau temukan?” tanya Leon penasaran, lalu mendekati Renzo.
“Oh Tuhan… apa ini nyata?” ucap Leon, masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Mereka bertiga masih menggali informasi tentang sniper tersebut, ternyata selama ini sniper tersebut yang belum berhasil ditundukan oleh Genaro.
Achilleo Cammaro, seorang laki-laki keturunan Afganistan. Ia adalah seorang tentara angkatan udara, yang difitnah lalu pergi dari Afganistan, dan menjadi anak buah Alex pada beberapa tahun yang lalu.
“Renzo, coba lihat dengan teliti lagi. Mungkin kita bisa menemukan tempat tinggalnya sekarang,” ucap Roman.
“Informasinya sudah tidak ada lagi, tidak mungkin kita akan menemukannya dengan mudah. Kau tau pekerjaannya itu berurusan dengan nyawa,” jawab Leon.
“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Renzo.
Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk meretas data pribadi Achilleo Cammaro lebih dalam lagi, setelah selesai mereka menemukan petunjuk tentang Achilleo.
Achilleo adalah teman masa kecil Alex, mereka berpisah ketika ayah Achilleo pindah ke Afganistan tempat asal mereka. Setelah dewasa mereka bertemu kembali tetapi hanya sebentar, karena Achilleo seorang tentara.
“Apa kau tidak ingin pulang, sekarang sudah saat kita pulang?” tanya Genaro, yang mendekati Florenza masih sibuk dengan komputernya.
“Bagaimana dengan desainnya, apa kau sudah membuat keputusan?”
