Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Bekerja Kembali

Kehadiran Anthony ternyata memang bisa mengurangi beban Indira, biasanya Indira begitu super sibuk. Akan tetapi, setelah seminggu Anthony membantunya, Indira bisa lebih santai dalam bekerja.

Bahkan dia sudah tidak pernah lembur lagi dan selalu pulang tepat waktu. Bahkan Indira sudah jarang berangkat bersama Melly, karena Anthony selalu sigap dalam hal mengantar jemput Indira.

Seperti hari ini misalnya, begitu banyak berkas yang harus Indira kerjakan. Akan tetapi dengan sigap Anthony membantunya, bahkan Anthony lebih sering berada di dalam ruangan Indira, daripada di dalam ruangannya sendiri.

"Ekhm! Kalian serius sekali," ucap Merry yang ternyata sudah berada di ruangan Indira. 

Indira dan Anthony langsung bangun dan menyapa Merry, istri dari Edbert tersebut.

"Selamat pagi, Nona Merry,'' sapa Indira. 

"Selamat pagi, Kak Merry," sapa Anthony. 

Merry langsung tersenyum melihat mereka yang begitu kompak.

"Pagi semuanya,'' balas sapa Merry.

"Kakak, sudah pulang?" tanya Anthony. 

"Sudah, aku kemari mau memberikan ini untuk kalian," ucap Merry. 

Merry lalu mengangkat dua paper bag di tangannya, dia memberikan satu paper bag untuk Anthony dan satunya untuk Indira. 

Indira nampak senang, wajahnya penuh binar bahagia mendapatkan oleh-oleh dari istri bosnya.

"Terima kasih, Nona," ucap Indira tulus. 

"Makasih ya, Kak." Anthony langsung menghampiri Merry dan memeluknya. 

Tidak lama kemudian datanglah Edbert ke dalam ruangan tersebut, tanpa basa-basi Edbert langsung memukul bahu Anthony. Anthony langsung mengaduh,  seraya melerai pelukannya.

"Aduh! Kenapa Kakak jadi galak?" tanya Anthony. 

"Jangan dekat-dekat dengan istriku!! Apalagi memeluknya seperti tadi!!" kesal Edbert. 

Dia tidak suka saat melihat istrinya dipeluk oleh pria lain, walaupun itu adalah sepupunya sendiri.

"Ya ampun, kakak sekarang cemburuan," ucap Anthony. 

Merry nampak tersenyum senang, ternyata kebersamaannya selama 2 minggu bisa mendekatkan dirinya dengan suaminya.

Namun, dia juga tidak menyangka jika reaksi dari Edbert akan seperti itu. Wajah Edbert masih terlihat tidak bersahabat, Merry segera memeluk suaminya agar bisa lebih tenang. 

"Dia adik sepupu kamu, Honey. Jangan marah," ucap Merry lembut. 

Edbert nampak menghela napas dalam, terlihat sekali jika dia sedang berusaha untuk menenangkan hatinya.

"Baiklah."

Edbert langsung merangkul pundak istrinya dan membawanya keluar dari ruangan Indira. Indira dan Anthony nampak saling tatap, kemudian merekapun mengatupkan mulutnya menahan tawa.

Anthony pun jadi berpikir, ternyata seorang Casanova macam kakak sepupunya bisa bertaubat setelah menikah dengan Merry. Wanita yang mempunyai hati dan sifat yang begitu lembut.

"Ra, gue ke ruangan gue dulu," pamit Anthony. 

"Iya, Bang," jawab Indira. 

Selepas kepergian Anthony, Indira bekerja dengan sangat serius. Karena memang banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan hari ini.

Setelah semua pekerjaan selesai, Indira pun langsung merapikan berkasnya. Kemudian dia pun keluar dari ruangannya dan langsung menuju ruangan Edbert. 

Sampai di ruangan Edbert, Indira langsung menyerahkan semua berkas yang dibawanya. Dengan cepat Edbert pun mengambil berkas tersebut dari tangan Indira.

Edbert membaca dan memahami isi dari berkas tersebut, tidak lama dia pun membubuhi tanda tangan di setiap berkas yang di bawa oleh Indira. 

Setelah menandatangani semua berkas-berkas, Edbert  pun langsung berdiri dan menghampiri Merry. 

"Sayang, aku mau meeting sebentar." Edbert mencium kening istrinya, kemudian tatapannya beralih pada Indira. "Kamu jangan kemana-mana, Indira. Temani istri saya di sini!!"

Indira pun langsung membungkuk hormat.

"Siap, Tuan."

Edbert pun langsung merapihkan bajunya yang tidak kusut, kemudian Edbert mencium bibir istrinya dengan lembut. 

Indira langsung menundukkan wajahnya, dia tidak pernah berciuman. Saat melihat akan hal itu, dia merasa sangat malu. Bahkan, wajahnya terlihat memerah.

Edbert langsung pergi tanpa memedulikan Indira, sedangkan Merry nampak terkekeh melihat Indira yang terlihat sedang tertunduk malu. 

"Kemarilah Indira, duduklah bersamaku," pinta Merry. Indira pun menurut. 

"Iya, Nona," jawab Indira.

Indira segera melangkahkan kakinya untuk menghampiri Merry, lalu dia pun langsung duduk tepat di samping Merry. 

"Apa ada yang anda butuhkan, Nona?" tanya Indira sopan. 

"Hanya ingin mengobrol, boleh?" tanya Merry. 

"Boleh, Nona," jawab Indira. 

"Kamu kenapa malu-malu seperti itu, apa kamu tidak pernah pacaran?" tanya Merry. 

Indira nampak menggelengkan kepalanya.

"Belum pernah, Nona."

Merry pun langsung tergelak, dia tidak menyangka di zaman yang sudah modern ini ada perempuan yang seperti Indira.

Perempuan yang tidak pernah berpacaran sama sekali, pantas saja Indira terlihat menundukkan kepalanya saat melihat dirinya sedang berciuman dengan Edbert, pikirnya. 

"Lalu, Bagaimana cara kamu menghabiskan masa remaja kamu?" tanya Merry. 

"Sekolah, Nona. Pulang sekolah, saya bekerja paruh waktu agar bisa kuliah," jawab Indira jujur. 

Merry nampak mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti, hanya saja dia merasa kasihan kepada Indira. Karena wanita itu seakan tidak pernah melakukan kesenangan.

"Jadi waktu kamu habis untuk sekolah dan bekerja?"

"Iya, Nona. Tapi saya bersyukur, karena tidak pernah pacaran," ucap Indira. 

"Bersyukur? Seharusnya kamu sedih, karena tidak pernah menikmati masa remaja kamu.m," tutur Merry. 

"Tidak, Nona. Justru saya senang, karena pria yang menjadi suami saya nanti, akan menjadi pria yang sangat beruntung," ucap Indira malu-malu. 

Merry nampak mengerutkan dahinya, dia benar-benar tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh Indira.

"Maksudnya?" 

"Semuanya masih ori, Nona," ucap Indira pelan. 

Merry pun langsung tertawa dengan lepas, dia sangat puas dengan jawaban dari Indira. Tapi saat mereka sedang asyik tertawa, tiba-tiba saja perut bagian bawahnya terasa sangat sakit, membuat dia meringis dan mengaduh kesakitan.

"Aduh!" ucap Merry  dengan tangan yang terlihat meremat perut bagian bawahnya. 

Indira langsung panik, dia bingung kenapa istri dari atasannya itu bisa kesakitan seperti itu.

"Nona, kenapa? Jangan bikin saya khawatir," ucap indira. 

Indira terlihat panik, dia tidak tahu harus melakukan apa.

"Jangan panik, Indira. Saya sudah sering mengalaminya, mungkin saya kecapean," jelas Merry. 

"Tapi, Nona. Kalau dibiarkan terus, bisa bahaya. Sebaiknya Nona memeriksakan diri ke rumah sakit," saran Indira. 

"Kamu benar, nanti aku akan ke rumah sakit," ucap Merry seraya tersenyum hangat. 

"Untuk meredakan sakitnya, saya buatkan teh jahe, oke?" ucap Indira. 

"Boleh, Ra. Boleh banget," ucap Merry. 

Indira segera bangun dan pergi menuju pantri, dia membuatkan teh jahe untuk Merry. Setelah jadi, Indira langsung kembali ke dalam ruangan Edbert. 

"Ini, Nona. Minumlah," titah Indira. 

Merry langsung mengambil teh jahe dari tangan Indira, kemudian meminumnya. Rasa hangat langsung terasa sampai ke dalam perutnya. 

"Terima kasih, Ra. Kamu baik sekali," ucap Merry. 

"Sama-sama, Nona. Jangan lupa, kalau bisa besok di periksa. Takutnya malah berbahaya, kalau didiamkan," usul Indira. 

"Besok saya periksa," ucap Merry. 

"Apanya yang akan diperiksa ,Sayang?" tanya Edbert khawatir. 

Setelah selsai meeting, Edbert langsung masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi karena dia begitu merindukan istrinya. Namun, ketika mendengar kata periksa, Edbert menjadi sangat khawatir.

Merry nampak tersenyum melihat kekhawatiran di wajah suaminya.

"Tidak ada, Honey."

"Jangan membuatku, khawatir," ucap Edbert. 

"Kami hanya mengobrol, Honey. Jangan salah paham," ucap Merry menenangkan. Walaupun pada kenyataannya dia sendiri mulai tidak nyaman dengan rasa nyeri yang sering dia rasakan.

"Benarkah?" tanya Edbert meyakinkan.

"Sangat benar," jawab Merry berusaha untuk tersenyum.

Edbert nampak menarik pinggang istrinya dengan gemas, lalu dia mencium bibir Merry dengan lembut. Indira yang melihatnya langsung berlari keluar dari ruangan tersebut. 

Merry dan Edbert langsung tertawa melihat tingkah Indira. 

"Lihatlah, Honey. Dia sangat lucu!" ucap Merry dengan tawa di bibirnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel