Pustaka
Bahasa Indonesia

Istri Kedua Sang Mafia

93.0K · Ongoing
Miss_Rain1909
98
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Hidup Laura benar-benar diseret dalam sebuah pusara kekacauan setelah menikah dengan Miko. Laura yang seorang pengacara tidak tahu bahwa suami yang baru dinikahinya adalah seorang Mafia berbahaya di Surabaya. Pria jahat yang menikahi Laura dengan maksud terselubung. Laura jadi semakin terancam saat Sabria, istri pertama Miko mulai mengirimkan pesan misterius kepada Laura. Ancaman demi ancaman agar wanita itu pergi dari hidup Miko. Wanita itu tak rela jika harus berbagi cinta. Rasa penasaran membawa Laura untuk menyelidiki lebih dalam tentang Miko. Sayangnya sebuah kekacauan malah membuat Laura terjebak dalam sebuah kesalah pahaman dengan Thomas, sang mantan kekasih. Belum selesai satu masalah, hadir pula sang pengusaha jahat Setiawan Santoso yang ingin mendapat perlindungan hukum darinya. Mampukah Laura menyelamatkan diri dari semua pusaran masalah yang melingkupinya? Akankah istri kedua sang mafia mampu bertahan di tengah kekacauan perselisihan antar dua kekuasaan jahat yang mengancam hidupnya?

RomansaMetropolitanPresdir

Pesan Misterius

[Sadarilah bukan hanya dirimu, wanitanya! Kau adalah salah satunya!]

Sebuah pesan tanpa identitas kontak terlihat masuk di telepon pintar milik Laura.

Wanita cantik berparas blasteran Indonesia-Belanda itu hanya melirik sekilas, lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya. Kesibukannya sebagai seorang pengacara membuat Laura tak menggubris pesan tersebut.

Peliknya kasus klien yang tengah ditanganinya, membuat Laura harus fokus. Ia tak mau pikirannya terganggu dan bercabang-cabang. Apalagi untuk sebuah pesan yang tidak jelas seperti itu.

"Lou! Sidang Nyonya Claudia dimundurkan. Reschedule jadwal untuk hari Kamis jam 09.00 bisa?" tanya Greya. Asisten yang dibayar biro hukum tempat Laura bekerja untuk membantunya mengkoordinasikan jadwalnya.

"Oh bisa, Grey. Gue kosongin jadwalnya. Klien prioritas itu, kita yang musti luangin waktu buat dia. Elo follow up ya, Grey. Tawarin apa dia mau konsul dulu sebelum menghadapi persidangan. Kalau iya, Elo jadwalin sekalian ya," jawab Laura. Matanya tak lepas dari lembaran berkas-berkas kasus yang sedang diperiksanya.

"Siap, Bos! Kalau goal, dapat apa nih cipratan feenya?" canda Greya penuh modus.

"Iyaaa ... iyaaa, tas Coach inceran Elo kemarin cukup kan?" tanya Laura paham.

Greya tampak berbinar lalu melempar senyuman pada Laura yang berarti, "Ahhh ... you know me so well, Lou!"

Laura hanya tersenyum melihat tingkah asistennya itu, lalu sibuk dengan berkas-berkasnya kembali.

Laura adalah seorang pengacara muda sukses yang berumur tiga puluh dua tahun. Ia baru saja menikah dengan seorang eksekutif muda bernama Mikola Andara. Pria yang baru saja dikenalnya setahun yang lalu lewat aplikasi kencan online 'timber'.

Sebagai seorang pengacara muda yang sukses Laura memang tidak punya waktu untuk berkenalan dengan pria dan berkencan secara normal. Hidupnya dipenuhi kasus-kasus pelik yang membutuhkan konsentrasi dan banyak waktu untuk diselesaikan.

Namun ibunya Nyonya Halimah Sastrowardoyo yang masih keturunan darah biru dan masih kerabat sultan di Jogjakarta itu selalu memaksanya untuk segera menikah. Itulah yang membuat Laura akhirnya mengunduh aplikasi kencan online dan mulai berkenalan dengan suaminya.

Sebuah panggilan masuk ke gawai Laura. Miko!

"Hai, Sayang. Lagi apa?" sapa Miko penuh kasih sayang. Ya iyalah mereka baru saja menikah seminggu yang lalu.

"Aku sedang mempelajari kasus baru. Ada apa?" tanya Laura datar. Matanya tak lepas dari berkas-berkas dan kertas-kertas yang bertebaran di mejanya.

"Aku rindu, kujemput ya. Kamu pulang jam berapa?" tanya Miko.

"Mmmm, boleh. Kamu selesai jam berapa? Nanti aku ngikut kamu aja," jawab Laura masih datar.

"Jam setengah tujuh gimana? Aku sekalian mau ajak kamu fine dinning di resto yang kamu mau waktu itu loh," jelas Miko.

"Yang di menara BCA Thamrin itu?" tanya Laura membelalakkan mata.

"Iya, Sayang. Yang pemandangan kota Jakartanya kelihatan dari ketinggian," jawab Miko sabar.

"Awww, aku mau banget. Tapi, pakai baju kerja biasa aja apa boleh masuk? Enggak harus rapi?" tanya Laura.

"Loh, kiriman aku belum sampai?" tanya Miko.

"Kiriman apa?" tanya Laura bingung.

Sesaat bersamaan dengan kebingungan Laura, Agnes, resepsionis di bagian lobby kantornya, masuk. Ia membawakan sebuah kotak berukuran 50x30cm berwarna hitam.

"Bu, Laura. Ada kiriman untuk ibu," ujar Agnes sambil tersenyum manis.

"Apa ini?" tanya Laura menjeda telepon dari Miko dan menerima kotak hitam dari Agnes tersebut.

"Dari Pak Miko katanya, Bu," jawab Agnes masih tersenyum. Ia lalu meninggalkan kotak itu di meja Laura yang berantakan dan bergegas keluar ruangan.

"Ma kasih ya, Nes," ujar Laura setengah berteriak.

Agnes membalikkan badan dan tersenyum sebelum menutup pintu ruang kerja Laura.

"Kiriman ini maksud kamu?" tanya Laura sambil membuka kotak hitam tersebut.

Sebuah gaun mini warna hitam bertabur manik-manik kristal yang cantik ada di dalam sana. Lengkap dengan memo bertuliskan 'Untuk Ratuku, Bersinarlah malam ini. Your beloved husbie Miko'.

"Suka?" tanya Miko singkat.

"Suka banget!!!" seru Laura terharu. "Ma kasih, Sayang. Kok romantis banget ada apa sih?" tanya Laura penasaran.

Sekelebat bayangan tentang pesan yang masuk ke gawainya beberapa saat lalu, terlintas di pikiran Laura.

"Ini permintaan maaf, karena setelah pernikahan kita, aku belum mengajak kamu berbulan madu," jawab Miko romantis.

"Oh, ya ampun. Sayang, kamu enggak perlu sampai berbuat seperti ini. Memang kan kita sama-sama sibuk. Aku juga banyak kasus yang harus diselesaikan," ujar Laura bahagia.

"Nanti jam enam atau setengah tujuh kujemput ya. Di kantor ada peralatan mandi dan make up?" tanya Miko.

"Ada kok, aku bakalan dandan cantik buat kamu," jawab Laura. Senyumnya merekah sempurna menghiasi wajah cantik wanita blasteran tersebut.

"Oke, sampai nanti malam ya sayang," pamit Miko mengakhiri panggilan.

Laura membubuhkan sebuah kecupan sebelum menutup telepon. Ia lalu membuka aplikasi obrolan di gawainya dan memilih mengarsipkan pesan dari nomor tak dikenal itu tanpa membukanya.

"Banyak orang iseng! Abaikan saja, Lou," batinnya cuek. Lalu kembali sibuk dengan berkas-berkas di mejanya.

Namun pesan misterius itu kembali datang ketika Laura tengah bersiap untuk acara makan malam mewahnya bersama Miko.

[Cinta memang buta. Berhati-hatilah! Suami yang romantis dan penuh perhatian tidak selalu baik-baik saja.]

Wajah Laura seketika berubah murung melihat notifikasi obrolan di aplikasi hijaunya.

"Siapa? Ada masalah apa si nomor ini?" tanya Laura penasaran. Ia hanya membuka aplikasi obrolan di gawainya dan mengamati pesan dari nomor yang sama itu tanpa membukanya.

"Lou, masih lama? Aku udah mau pulang nih. Barangkali bareng turun," ujar Gina menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan Laura.

Laura membalikkan badan setelah yakin gaun dan riasannya sempurna.

"Wow!!!! Nyonya muda, anda cantik sekali," komentar Greya.

"Iya dong, hadiah suami gitu loh," jawab Laura dengan nada sombong yang dibuat-buat.

"Bungkus satu dong buat gue, kalau ada temen Pak Miko yang kece badai," pinta Greya dengan setengah memohon.

"Heiiii! Bule Australiamu itu mau di kemanain?" Seloroh Laura mengingatkan.

Greya hanya tersenyum lalu mengapit lengan bos sekaligus sahabatnya itu dengan erat.

"Keluar sama gue ya. Sekalian gue pesen taksi online," pinta Greya.

Laura yang memang sudah siap mengangguk. Wanita itu lalu menenteng tas kerja dan mini bag yang akan digunakannya untuk dinner.

Kedua wanita itu bergandengan keluar bangunan gedung biro konsultasi hukum terkenal di bilangan Sudirman.

Ketika sampai di depan gedung mobil Miko rupanya baru saja tiba sehingga Laura langsung perpamitan pada Greya.

[Yakin, suamimu memang pria yang baik? Pikirkan lagi!]

Ketika baru menghempaskan pantatnya di mobil Miko, kembali Laura mendapat pesan misterius tersebut. Wajahnya yang sumringah seketika berubah cemberut.

"Kenapa, Sayang?" tanya Miko. Lelaki itu melihat perubahan air muka Lauran yang begitu mendadak.

Apakah Laura akan jujur pada Miko atau tidak?