Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

14. Diary Mawar

"Merebut kebahagian orang lain, tidak bisa selamanya bahagia."

Langit tersadar kala matahari masuk dari celah jendela yang terbuka. Tidak perlu lagi merasa heran dia ada dimana. Dia sudah sangat hafal betul bau obat-obatan yang menyengat ini.

Jawabannya hanya satu kalimat. Rumah sakit. Tapi yang jadi pertanyaan Langit bukan itu. Siapa yang membawanya ke sini.

Ceklek

Langit menoleh ke arah pintu ruangannya yang terbuka, dia melihat seorang dokter dan seorang suster masuk.

Dokter itu memeriksa keadaan Langit.  Bertanya ini itu tentang keadaannya. Dokter telah selesai dengan tugasnya.

"Dokter."  panggil Langit lirih.

"Ya? Ada keluhan lainnya.?" Langit menggeleng.

"Siapa yang bawa saya ke sini?." Dokter itu menatap Langit ragu, lalu dia tersenyum.

"Senja dan Okta." Langit bingung kenapa dokter itu bisa menyebutkan nama Kedua sahabatnya. "Ada apa?." Langit hanya menggeleng.

Ceklek

Wajah Senja pertama kali terlihat dengan membawa roti dan buah apel. Dia masuk dan menyalami dokter yang memeriksa Langit. Senja  merapatkan jaket tebalnya.

"Apa kabar Om?." Sapa Senja ramah.

"Om baik. Kalau gitu Om tinggal dulu ya Ja, jagain pacar kamu." Senja hendak protes dengan yang di tuduhkan Anjas, tapi pintu lebih dulu di tutup.

Senja berjalan ke brankar Langit, menaruh apa yang dia bawa ke nakas. Dia memencet hidung mancung Langit lebih dulu sebelum dia duduk. Senja merasa gamang, bagaimana ia harus bersikap saat ini?.

"Kamu kok kenal sama dokter Anjas?." Tanya Langit pada Senja yang asyik membuka bungkus roti.

"Adiknya Mama tiri Ku. Kamu mau roti?." Langit mengangguk. Akhirnya Senja memilih menyuapi Langit. "Makan yang banyak biar cepet sembuh,  ntar kita makan es cream lagi berdua, oke."

Jari Senja membentuk huruf O tanda oke. Yang di balas Langit dengan anggukan. Langit mengamati tangan Senja, di sana terdapat plester bergambar hati. Tiga hari yang lalu, dia yakin kalau luka sayatan Senja sudah sembuh.

"Ja, kamu gores lagi ya?." Senja diam, dia menarik kembali roti yang ada di depan bibir Langit.

"Enggak kok, itu luka kemarin yang kamu Obatin, lukanya kena minyak panas, waktu bantuin Bunda tadi goreng ikan."  Senja kembali menyuapkan Langit dengan roti yang dia buka. "Oh ya Lang, besok aku mau ke Malang sama Bunda, kamu mau oleh-oleh apa?." Senja berusaha mengalihkan pandangan Langit dari  tangannya.

Maaf Lang, aku langgar Janjiku sama kamu. Aku nggak bisa janji sama kamu Lang. Batin Senja.

"Apa aja, yang penting kamu selamat waktu pulang." Senja merona di buatnya.

"Baper jangan?." Tanya Senja, lalu  mereka berdua tertawa.

"Ja, kata om kamu, aku sakit apa?." Tanya Langit, dia mencoba peruntungannya.

Semoga Senja gak tahu. Batin Langit.

Maaf Lang, aku harus tutupin penyakit kamu, aku dan Okta akan bersikap biasa aja. Batin Senja.

"Anemia. Kamu kurang makan yang bergizi dan kurang istirahat. Jadi sekarang kamu harus makan  bubur ini ya, mumpung masih hangat."  Langit mengangguk dan menerima suapan dari Senja.

Senja diam-diam mengamati wajah pucat Langit, dia mencoba untuk bersikap biasa saja. Senja tidak mau kalau Langit, akan merasa di kasihani saja, jika Senja mengatakan yang sejujurnya.

???

Almira berjalan memasuki rumah Adam. Rumah ini kosong, sejak keduanya meninggal. Almira tidak terima kenyataan kalau Senja adalah anak kandung Adam.

Tadi pagi kuasa hukumnya Adam datang. Dia mengatakan bahwa ahli warisnya adalah Senja. Perusahaan yang bergerak di bidang garment, dan rumah megah ini semuanya atas nama Senja.

Senja Bahira Rajasthan

Nama itu mengganggu pikiran Almira. Kenapa Senja adalah anak Kandung Adam. Sedangkan Mawar kenapa diam saja saat Adam mengumumkannya.

Almira masuk ke kamar Mawar yang berada di lantai dua. Dia membuka laci  nakas dekat tempat tidur. Di sana ada sebuah buku diary berwarna merah milik Mawar.

Almira membawanya pulang. Mungkin buku ini cukup untuk mengungkap siapa Senja sebenarnya.

Buku bertuliskan nama Mawar Arista cukup membuat dirinya penasaran. Dia membuka buku itu. Ada foto seorang perempuan yang pernah menamparnya bersama dengan Adam. Di balik foto itu ada nama Siska dan Adam.

Aku melakukan dosa yang besar, aku sudah memisahkan mereka. Tapi aku terlalu cinta dengan mas Adam .

Mawar

Mas Adam masih mencintai Siska. Padahal aku sudah berusaha untuk menjadi seperti Siska, tapi tetap saja dia tidak menyentuh Ku, dia mengusir Ku.

Mawar

Siska, Siska,Siska.  Hanya ada nama Siska di hati mas Adam. Sampai dia tidur pun nama itu selalu dia sebut.

Mawar

Aku benci dengan Senja, aku tidak mau dia memonopili mas Adam. Tapi aku terlalu kelewatan padanya, aku menjadikan dia pembantu. Bahkan Senja masih perhatian padaku saat aku sakit. Dimana Ibu dan Almira?

Mawar

Senja Bahira Rajasthan anak kandung dari Adam Rajasthan dan Siska Alifah. 

Dia mirip sekali dengan Siska, Senja hadir membawa kebaikan dalam rumah ini. Sejak kehadiran Senja, mas Adam jadi sedikit perhatian padaku. Usaha mas Adam juga meningkat.

Terimakasih Senja, maafkan Mama yang sudah memisahkan Ayah dan Bunda mu nak.

Mawar.

13 tahun yang lalu, aku bertemu dengan mas Adam. Aku juga yang menjebaknya dengan cara kotor. Aku membuatnya meniduri diriku dan menyuruhnya menikahiku. Siska wanita yang baik, dia bahkan dengan rela melepaskan mas Adam untuk menikah denganku.

Maafkan aku Siska.

Mawar.

Almira melemparkan buku diary Mawar ke pintu kamarnya. Dia bahkan terlalu shock untuk mengetahui fakta yang sebenarnya.

Senja benar-benar anak Adam. Dan kakak kesayangannya Mawar, telah menjadi pelakor di kehidupan rumah tangga Adam dan Siska.

Cerita yang dia tahu dari Mawar saat itu adalah, Senja anak dari selingkuhannya Adam. Adam berselingkuh karena dia Mandul. Ya.  Mawar mandul. Dan Adam berselingkuh dengan Siska wanita murahan.

Dan Almira menyalahkan Senja atas apa'pun yang tidak dia lakukan. Senja hanya diam dan tidak membalas apa'pun,  dia tetap baik padanya. Bahkan kesalahan Almira sangat fatal, dia pernah menjual Senja.

Almira menangis dan memanggil ibunya. Dia menuruni tangga dengan berlari agar sampai di depan ibunya.

Di ruang keluarga, ibunya dan Anjas sedang berbincang. Almira memeluk kaki ibunya dan menangis tersedu-sedu.

Ibu Almira sudah mengingatkannya bahwa Senja tidak pernah salah, yang salah adalah Mawar. Tapi dia tidak pernah mendengarkan.

"Maafin Mira bu, Mira salah bu sama Senja. Mira salah besar sama dia. Mira...  Hiks... Mira terlalu percaya dengan hasutan kak Mawar dulu." Almira menangis tersedu-sedu.

Anjas dan ibunya hanya tersenyum. Mereka merasa lega, karena Almira akhirnya mengetahui fakta yang sesungguhnya.

"Minta maaf lah pada Senja dan Siska."

Minta maaf?

Dia bahkan sudah lupa bagaimana caranya meminta maaf. Dia lupa bagaimana bersikap sopan di depan orang lain. Dia sudah lupa semuanya.

???

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel