Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9

Bohong banget kalo Leo gak kebayang-bayang malem dimana dia merusak Anin. Gadis kecil yang sudah hidup berdampingan dengan keluarga sejak dulu kala.

Kesalahan fatal yang Leo lakuin gak sepenuhnya dia sesali, katakan dia brengsek, tapi Leo menyukai sensasi saat miliknya bersatu dengan milik Anin. Bangsat! Umpat Leo dalam hati, bisa-bisanya dia mikir kayak gitu.

"Bang? Lagi ngapain?" Kai masuk dan menghampiri Leo yang sedang rebahan di kasur.

"Napa? Minta uang?" sergah Leo cepat.

Kai berdecak, "gue mau nanya, kenapa ya Anin akhir-akhir ini beda banget. Lo ngerasa gak sih?"  Leo merasa tertohok dengan pertanyaan adiknya. Tentu saja Anin berubah karena ulah Leo.

"Masa sih?" Leo berlagak sok cuek menanggapi pertanyaan Kai.

"Iya. Mana sekarang makannya nanas mulu, gak gatel apa mulutnya ya? Heran gue." Leo tau kenapa Anin sering memakan nanas akhir-akhir ini, itu juga karena dirinya.

"Lo ngomongin Anin, kenapa? Naksir lo sama cewek teletubies?" tanya Leo mencoba mengalihkan topik.

Kai menampilkan senyum layaknya orang kasmaran, perasan Leo mendadak gak enak melihat senyuman yang terpatri di wajah adiknya ini. "Lo emang gak nyadar? Gue dari sd emang udah suka kali sama dia. Sayang aja friendzone."

Jika Dewa Zeus punya waktu luang untuk menyambar Leo dengan petirnya, ia akan sangat bersyukur dan berterima kasih. Cobaan apalagi ini? meniduri gadis yang tidak bersalah, ditambah gadis tersebut adalah orang yang adiknya sukai.

"Anin gak ada isinya. Cari yang lain aja!" bohong banget, tubuh Anin adalah tubuh gadis yang paling Leo sukai dari tubuh gadis-gadis lain yang pernah dirinya lihat.

Kai tertawa. "Tapi Anin cantik, baik pula. Lo ingat gak waktu lo mabok? Gue minta tolong dia jagain lo aja mau. Eh pas gue pulang udah gak ada, padahal udah gue bawain martabak." jelas gak ada, orang abis gue lecehin. Batin Leo.

"Masa? Gue tidur waktu mabok jadi gak nyadar deh." tidur pala lo empuk.

Gak sia-sia kalo dulu Leo ikut eskur teater di sekolahnya, dia jadi jago berpura-pura sekarang.

"Klise gak sih kalo gue ngarep gue berjodoh sama dia?"

Kepala Leo mendadak berat. Coba bayangin, adik lo nikah sama cewek yang pernah lo perkosa. Pasti runyam.

"Pikirin tuh ujian!" sungut Leo. Kai mungkin lagi dalam mood terbaiknya karena hari ini dia banyak tersenyum.

Ponsel Leo bergetar, pertanda ada notifikasi masuk. Saat melihat siapa yang mengirim pesan, jantung Leo mendadak berhenti sesaat.

        

Chanyeol begitu lega mengetahui bahwa Anin sudah datang bulan. Setidaknya, Anin tidak harus menanggung malu karena hamil di luar nikah.

"lo kenapa senyum-senyum?" tanya Kai penasaran. Dengan cepat, Leo langsung menutup ruang obrolannya dengan Anin.

"Gapapa." tanpa Kai sadari, yang membuat kakaknya tersenyum adalah orang yang sama dengan orang yang membuat dirinya tersenyum.

        ***

Hari ini, Anin bahagia bukan main. Saat sedang buang air kecil, ada bercak kemerahan di celananya. Pertanda kalau dia sedang datang bulan.

Seperti mendapat lotre, akhirnya benih busuk Leo tidak bersarang di tubuhnya.

Tapi entah mengapa, Anin merasa harus memberi tahu Leo tentang hal ini.

Selama hampir 3 minggu lebih sejak kejadian menjijikan tersebut, Anin selalu memakan makanan yang tidak dianjurkan untuk ibu hamil.

Saat sedang bahagia menikmati sakitnya sensasi datang bulan, ada seseorang yang mengetuk pintunya, siapa sih?

"Masuk!" ucap Anin dari dalam kamar. Ternyata si tampan hehehe.

"Halo anin!" sapa Sena sok ramah. Ibu Anin memang sudah percaya dengan tiga saudara ini, jadi gak usah kaget kalo mereka gampang dapet izin untuk ke kamar Anin.

Anin tersenyum melihat wajah Sena. "Apaan, pasti mau minjem pulpen kan?" tanyanya sok tahu. Sena tuh emang paling hobby minjem alat tulis milik Anin, karena Anin punya semuanya lengkap.

"Hahahaha kok tau?"

"Tau lah. Hapal gue sama kelakuan lo." ada rasa aneh saat melihat Sena, dulu Anin sangat berharap jika Sena adalah sosok yang akan menjadi kekasihnya kelak. Lebay ya. Tapi mengingat apa yang sudah terjadi antara Anin dan Leo, kakak kandung Sena. Anin menjadi kecil hati dan tidak pantas untuk Sena.

"Minjem tipe ex dong! Sama pensil!" kata Sena. Anin terkekeh melihat Sena yang seperti anak kecil.

"Itu di laci meja belajar gue. Ambil sendiri ah lagi mager."

Sena berdecak. "Jadi cewek mageran. Entar jodohnya jauh lu!" Anin tersenyum miris, maunya gitu Hun, biar lo gak tau aib gue sama kakak lo.

"Berisik ah. Udah ketemu belom?"

"Bentar!"

Sena sudah mendapatkan alat tulis yang dia cari. Tapi, ada yang menarik perhatiannya. Yaitu berupa obat-obatan yang letaknya tersembunyi.

Dalam satu stripe itu terdapat sekitar 4 garis, masing-masing garis berjumlah tujuh obat dan satu obat perharinya, hanya tinggal sisa tujuh tablet lagi yang berarti Anin sudah meminumnya selama tiga minggu.

Seingatnya dia juga pernah melihat bungkus obat seperti yang Anin punya ini, namun dimana dan milik siapa dia masih lupa. Masa bodo lah, pikirnya.

"Gue pinjem dulu ya!" Sena mengangkat tipe ex dan pensil milik Anin di udara, seperti anak kecil.

"Jangan lupa balikin!" Sena menanggapi ucapan Anin dengan jempol yang terangkat.

Sesampainya dia di rumah, Sena melihat Leo yang sedang duduk sambil nonton tv, atau tv yang nontonin dia karena Leo sibuk main ponsel.

"Dari mana dek?" tanya Leo.

"Rumah Anin." jawab Sehun. Leo mendesah pelan, kenapa hari ini adik-adiknya harus menyebut nama Anin di depan wajahnya sih?

Lel melanjutkan langkahnya menuju kamar, tapi baru 2 langkah dia teringat sesuatu.

Obat yang Sehun liat di laci Anin adalah obat yang pernah Sehun liat juga di kamar Leo sekitar 3 minggu yang lalu.

"Obat apa nih bang?" tanya Sena penasaran.

"Pil kb." jawab Leo sekenanya.

"Buat?"

"Biar gak hamil."

"Temen lo hamil?" tanya Sena penasaran.

"Enggak. Temen gue lupa pake pengaman. Jadi minum itu."

Kira-kira begitu penggalan obrolan singkat antara Sena dan Leo beberapa minggu yang lalu.

"Bang, obat yang waktu itu gue tanya lo masih ada?"

Leo menatap Sena bingung. "Yang mana?" tanyanya.

"Yang buat gak hamil itu."

"Udah gak ada. Kan udah gue kasih temen gue. Kenapa?"

"Hehehe kepo aja."

Saat memunggui Leo dan kembali berjalan, pikiran Sena bercabang. Gak mungkin kan Anin minum obat pencegah kehamilan? Terus, kenapa waktunya berdekatan pada saat Sena pertama kali melihat obat itu di kamar Leo?

        

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel